Rabu, 29 April 2020

Akurasi Hanya 5 Persen, India Batalkan Pesanan Alat Tes Corona dari China

Pemerintah India membatalkan pesanan alat uji cepat (rapid test) virus Corona (COVID-19) dari China setelah ditemukan alat yang rusak. India juga menarik perlengkapan uji cepat virus yang sudah digunakan di beberapa negara bagian.
Dikutip dari laman BBC News, alat uji cepat COVID-19 ini disinyalir dapat mendeteksi antibodi dalam darah yang mungkin terinfeksi virus tersebut dengan waktu sekitar 30 menit untuk melihat hasilnya. Tentu tes tersebut dapat membantu pihak petugas untuk cepat memahami skala infeksi di wilayah tertentu.

Namun, menurut banyak ilmuwan, rapid test tersebut tidak dapat menguji virus Corona dalam tubuh atau digunakan untuk mendiagnosis COVID-19 pada pasien. Kit tes tersebut juga juga gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh Dewan Penelitian Medis India (ICMR).

Sebelumnya, negara bagian di India mendorong ICMR untuk mengizinkan pengujian dengan kit uji cepat COVID-19. ICMR yang awalnya menolak, akhirnya membuka jalan dengan mengimpor kit dari dua perusahaan China.

Sayangnya, setelah diimpor, kit uji cepat COVID-19 hanya memiliki tingkat akurasi sekitar 5 persen. India bahkan menggunakan kit uji coba tersebut kepada pasien yang sudah positif, namun hasil tes malah menunjukkan hasil 'negatif'. Sementara itu, pihak China telah menolak klaim India atas tes kit yang rusak.

"Kualitas produk medis yang diekspor dari China diprioritaskan. Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk China sebagai 'salah' dan melihat masalah dengan prasangka yang belum terjadi," ujar juru bicara kedutaan besar China Ji Rong.

India sendiri kini memiliki 31.324 kasus positif virus Corona, dengan 1.008 kasus kematian menurut data dari Research Center Johns Hopkins University, Rabu (29/4/2020).

Protes Kekurangan APD, Dokter di Jerman Ramai-ramai Pose Telanjang

Sekelompok dokter di Jerman berpose telanjang sebagai bagian dari protes kurangnya alat pelindung diri (APD). Kelompok ini menamai diri mereka 'Blanke Bedenken' atau memiliki arti kekhawatiran kosong.
Salah satu dokter dari kelompok itu mengatakan merasa berisiko terinfeksi virus Corona akibat kurangnya APD. Permintaan mereka untuk APD lengkap seperti masker dan sarung tangan belum dipenuhi selama beberapa bulan terakhir.

"Ketelanjangan adalah simbol betapa rapuhnya kita tanpa perlindungan," kata Ruben Bernau, seorang dokter dalam kelompok ini, dikutip The Guardian.

Banyak dokter yang bergabung kedalam kelompok ini, turut menyuarakan kurangnya pasokan APD. Dalam posenya, para dokter ini berlindung di balik tisu toilet, peralatan medis, hingga resep yang mereka buat.

"Tentu saja kami ingin terus merawat pasien yang masih perlu menerima pemeriksaan. Untuk itu kami membutuhkan APD yang tepat," ujar Jana Husemann seorang dokter umum.

Sebelumnya, dokter di Jerman telah meminta lebih banyak APD kepada pemerintah sejak mewabahnya virus Corona di negara tersebut. Namun permintaan tersebut hingga kini belum terpenuhi, yang membuat timbulnya protes dari para dokter.

Baru-baru ini sebuah studi dari asosiasi asuransi kesehatan Jerman menemukan, dokter di Jerman kekurangan 100 juta masker sekali pakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar