Minggu, 26 April 2020

Disebut Para Ilmuwan, Apakah Vaksin TBC Bisa Bantu Lawan Virus Corona?

Hingga saat ini, vaksin untuk virus corona masih belum ditetapkan secara pasti, meskipun sudah banyak negara yang berlomba untuk membuatnya. Tapi, ternyata para ilmuwan sedang menguji vaksin tuberculosis (TBC) yang sudah lebih dulu ada.
Vaksin ini diuji agar mengetahui, apakah bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi gejala pernapasan pada orang yang terinfeksi virus corona. Vaksin yang sedang diuji adalah Bacille Calmette-Guerin (BCG).

Mengutip dari The Star, vaksin ini diperkenalkan pada 1920-an untuk memerangi TBC dan sedang diteliti oleh ilmuwan di Australia dan Eropa. Uji klinis vaksin ini nantinya akan difokuskan untuk dua kelompok yang berisiko tinggi terhadap COVID-19, yaitu petugas kesehatan dan orang lanjut usia.

Apa yang telah ditemukan?

Vaksin BCG mengandung strain bakteri tuberkulosis yang mendorong tubuh untuk mengembangkan antibodi yang bisa menyerang bakteri TB. Ini disebut respon imun adaptif, karena tubuh akan mengembangkan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme penyebab penyakit tertentu atau patogen.

Vaksin ini juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh bawaan dan pertahanan lini pertama yang mencegah berbagai patogen masuk ke tubuh dan menyebabkan infeksi. Setelah divaksinasi BCG, studi di Guinea-Bissau menemukan angka kematian turun hingga 50 persen, yang meliputi semua kalangan usia.

Meski begitu, sampai saat ini para ilmuwan belum memiliki data yang akurat untuk membuktikan efek vaksin BCG untuk mengatasi virus corona. Mereka juga harus menentukan vaksin BCG mana yang bisa digunakan, karena vaksin itu terdiri dari berbagai jenis dan kapasitas.

Sampai saat ini, para ilmuwan butuh beberapa bulan untuk mendapatkan hasil dari uji coba vaksin BCG untuk melawan COVID-19. Mereka mengingatkan untuk tidak terburu-buru untuk mendapat vaksin ini karena belum diuji secara luas dan akurat.

Berapa Lama Gejala Virus Corona Akan Muncul Sejak Terinfeksi?

Pandemi virus corona kini semakin menyebar di berbagai negara. Gejala yang muncul saat seseorang mengalaminya pun berbeda-beda, mulai dari demam, batuk, sesak napas, diare, hingga kehilangan indra penciuman dan perasa.
Tapi, berapa lama gejala itu akan terjadi?

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejala tersebut diperkirakan akan muncul antara 2-14 hari setelah terinfeksi virus. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine, menemukan bahwa 97 persen orang yang terinfeksi akan mengalami gejala selama 11 hari.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata periode inkubasi yang dialami oleh si pasien COVID-19 adalah kurang lebih lima hari. Berarti selama itu orang yang terinfeksi bisa saja menularkan penyakitnya tanpa disadarinya.

Untuk mengetahui lebih jelasnya, Rumah Sakit Zhongnan, di Wuhan mengidentifikasi pola gejala yang dialami pasien COVID-19. Akhirnya mereka menemukan dua fase gejala, pertama berlangsung selama tujuh hari dan berikutnya dua minggu.

Dikutip dari Daily Star, hari pertama setelah terinfeksi gejala yang muncul kebanyakan seperti demam, batuk, diare, dan mual. Hari selanjutnya, barulah rasa lelah dan sesak napas di tubuh itu mulai muncul.

Bagi ibu menyusui, di hari kelima ia sudah mulai kesulitan memberikan ASI pada bayinya. Sedangkan pada usia lanjut, keluhan yang dirasakan semakin menjadi, ditambah penyakit bawaannya yang sudah dimilikinya lebih dulu.

Namun, menurut penelitian beberapa orang bisa saja mengalami penyakit serius setelah gejala ini terjadi, seperti pneumonia akut. Meski begitu, sekitar 85 persen kasus gejala akan mulai berkurang dan kebanyakan akan hilang setelah tujuh hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar