Belakangan ini, beberapa pihak yang menyebut bahwa virus corona COVID-19 tak bisa hidup di Indonesia karena cuaca panas. Sebelumnya narasi yang sama juga pernah tercetus saat kasus virus corona belum terdeteksi di Indonesia. Banyak yang mengaitkan iklim tropis membuat Indonesia 'kebal' corona.
Kemunculan infeksi pertama di Indonesia hingga kini telah 1.790 kasus tentu saja membantah anggapan tersebut. Hingga kini belum ada penelitian yang menunjukkan virus corona bisa mati di cuaca panas.
"Kalau itu postulatnya (anggapan-red) maka di daerah yang panas seperti Saudi Arabia itu mati semua (virusnya), kan lebih panas dari kita," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Daeng M Faqih, dalam konferensi pers daring Katadata, Jumat (4/3/2020).
Selain itu, banyak yang menggaungkan berjemur dapat mencegah penularan virus corona. Bahkan ada waktu-waktu terbaik yang disarankan agar serapannya lebih maksimal.
Disebutkan oleh dr Daeng, berjemur bisa menjadi salah satu cara meningkatkan daya tahan tubuh. Namun jangan menjadi terlalu yakin bahwa virus akan mati hanya dengan berjemur di sinar matahari.
"Jangan sampai terlalu percaya diri bahwa berjemur, virus akan mati. Virus itu bertahan lama bukan di badan atau baju, tapi di tenggorokan karena reseptor virusnya di tenggorokan kita. Itu akan bertahan hidup kecuali imunitas kita bisa melawan," jelasnya.
"Jadi jangan berjemur dianggap bebas virus, itu hanya sebagian kecil (upaya pencegahan) saja," pungkasnya.
Antisipasi Corona Gelombang Kedua, Lebih dari 1 Juta Warga China 'Dilockdown'
Lebih dari setengah juta orang di Jia, China, harus menjalani lockdown setelah ditemukannya kasus positif corona tanpa gejala. Tiga dokter dilaporkan tanpa gejala positif virus corona COVID-19.
Kabupaten Jia di Provinsi Henan dengan sekitar 570.000 penduduk telah menghentikan transportasi keluar-masuk dari daerah tersebut. Kebijakan ini diketahui sudah terjadi sejak Senin kemarin.
Mengutip Daily Mail, pejabat regional setempat telah memerintahkan semua desa, kota dan kompleks perumahan untuk 'lockdown' di tengah kekhawatiran akan adanya wabah baru. Berita itu muncul setelah Beijing menyatakan pada akhir pekan lalu bahwa sebagian besar wabah sudah berhenti. Kehidupan di semua provinsi, termasuk bekas episentrum, Hubei, perlahan-lahan kembali normal.
Gelombang kedua
Tetapi kekhawatiran tentang adanya gelombang kedua tetap ada mengingat masuknya orang-orang dari luar China bisa menjadi 'silent carrier' dan menyebarkan virus tanpa disadari.
'Silent carrier' adalah pasien yang tidak menderita gejala virus corona COVID-19, seperti demam, sakit tenggorokan, atau batuk. Sampai kemarin Kamis (2/4/2020), sebanyak 22 orang dilaporkan meninggal dunia dan 1.273 kasus positif di Henan, yang berbatasan dengan Hubei.
Dengan lebih dari 109 juta penduduk, Henan adalah provinsi terpadat ketiga di daratan China. Menurut Kantor Kontrol dan Pencegahan Coronavirus Kabupaten Jia, semua lingkungan harus memberlakukan tindakan isolasi yang ketat dan melarang penduduk mereka melakukan perjalanan yang tidak perlu.
Setiap keluarga dilaporkan hanya dapat mengirim satu anggota keluarga per hari-nya untuk berbelanja. Semua penghuni harus memakai masker saat berada di luar.
Mereka juga harus menggunakan kode kesehatan atau kupon kesehatan untuk membuktikan bahwa mereka bebas virus corona sebelum diizinkan pergi ke toko atau tempat umum lainnya. Provinsi-provinsi di sekitar China telah meluncurkan langkah-langkah pemeriksaan kesehatan yang ketat untuk mencegah terjadinya gelombang kedua. Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, para pekerja yang kembali dari provinsi Henan turun dari kereta yang diatur khusus di Stasiun Kereta Api Utara Shenzhen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar