Gara-gara Corona, sektor pariwisata di Bali mengalami penurunan hingga 93% dibandingkan tahun lalu, dengan sektor yang paling menderita adalah wisata bahari.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyebut pariwisata Bali mengalami penurunan hingga 93% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Dari data, bulan Januari 2020 kita sebenarnya ada growth 11% dibandingkan bulan Januari 2019. Bulan Februari 2020, ada penurunan 18% karena China lockdown. Bulan Maret 2020, ada penurunan 42% dibanding tahun lalu karena Eropa sudah tutup. Di bulan April, penurunannya mencapai 93%," ungkap pria yang akrab dipanggil Gus Agung itu dalam acara MarkPlus Industry Roundtable Sektor Pariwisata, Jumat (24/4/2020).
Dari berbagai jenis wisata di Bali, yang paling parah terkena dampak kerugian dari COVID-19 adalah sektor wisata bahari dengan nilai potensial loss mencapai sekitar USD 3 Miliar. Menyusul berikutnya sektor perhotelan dan juga MICE yang kerugiannya juga tidak sedikit.
"Yang terdampak total untuk Leisure gara-gara virus ini, dari Januari potential loss kita tahun 2020 kurang lebih US$ 9 miliar. Yang paling besar adalah wisata tirta atau wisata bahari karena kebanyakan wisatawan dari China dan Australia," imbuh Gus Agung.
Meski mengalami minus, Gus Agung tetap optimis pariwisata Bali akan pulih. Bali sampai saat ini sudah terbukti bisa bertahan dari bencana alam dan juga serangan teroris.
"Kalau pandemi sudah mulai datar, yang paling gencar kita sasar adalah wisatawan domestik. Mereka bisa liburan keluarga di Bali. Yang lainnya, turis China Eropa dan overseas mungkin tahun depan, dengan catatan semua sudah berjalan normal," pungkas Gus Agung.
Seperti Apa Tren Traveling Setelah COVID-19 Mereda?
Wabah pandemi Corona memukul pariwisata Indonesia. Setelah Corona, tren traveling diperkirakan akan berubah.
MarkPlus Inc, konsultan marketing di Indonesia melakukan survei cepat terkait dengan tren traveling setelah pandemi Corona. Hasil survei dipaparkan dalam diskusi yang bertema MarkPlus Industry Roundtable sektor pariwisata, yang diadakan secara daring, Jumat (24/4/2020).
Survei cepat diambil dari 182 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Responden pria berjumlah 68 persen sedangkan wanita 32 persen.
Dari hasil survei diketahui bahwa 54 persen wisatawan masih antusias untuk melakukan traveling setelah Corona. Mereka akan nyaman traveling setelah 4-6 bulan Corona usai.
Wisatawan yang berumur 25-34 tahun akan lebih banyak traveling dengan rebound yang lebih lama. Tren traveling yang jadi primadona adalah wisata domestik dengan angka 48 persen.
Sementara itu 25 persen dari responden belum memutuskan untuk liburan ke mana. Ada 16 persen responden yang memilih staycation dan 11 persen ke luar negeri.
"Tren liburan bersama teman juga akan bergeser menjadi wisata bersama keluarga. Hal ini dikarenakan ketakukan wisatawan karena wabah Corona," ujar juru bicara MarkPlus Inc.
Atraksi yang diperkirakan akan naik adalah kuliner, naik gunung dan wisata air. Wisata kuliner merajai di semua jenjang umur dengan total 55 persen. "Yang muda naik gunung dan wisata air, sedangkan wisatawan yang berumur akan lebih suka staycation," tambahnya.
Wisatawan yang ingin liburan ke luar negeri lebih memilih atraksi kuliner dan adventure. Sedangkan untuk milenial, tren short trip dengan total 43 persen. "Segmen yang paling cepat rebound adalah domestik. Staycation akan mendominasi setelah COVID-19," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar