Rabu, 29 April 2020

Beredar Pesan Bahaya Ventilator bagi Pasien Corona, Ini Kata Kadinkes

Beredar pesan di Whatsapp yang menjelaskan bahaya dari pemakaian ventilator bagi pasien COVID-19. Dalam narasinya disebutkan, terdapat cairan kental kental di paru-paru seperti jeli yang melekat kuat sehingga membuat paru-paru kehilangan fungsi ventilasi, yang membuat pasien dalam keadaan hipoksia (kurangnya pasokan oksigen) dan akhirnya mati karena gagal nafas.
"Cairan kental ini merenggut nyawa pasien Corona dan membuat penderita berjuang seperti tenggelam dlm sumur, berteriak 'tolong'. Mereka dipenuhi dengan keputus-asaan dan rasa sakit, terengah-engah, bahkan jika memakai masker oksigen dan ventilator, tidak dapat menghirup oksigen," seperti yang tertulis dalam narasi pesan terebut.

Kemudian disebutkan, bahwa penggunaan ventilator oksigen secara buta bisa berujung kontra-produktif kepada pasien. Tekanan oksigen dari ventilator malah akan mendorong lendir lebih dalam ke ujung paru-paru.

"Sehingga semakin memperparah keadaan hipoksia pasien. Dengan kata lain, pengobatan Barat hanya melihat hipoksia pasien, tetapi tidak melihat penyebab di balik hipoksia pasien," tulis potongan pesan tersebut.

Disebutkan juga, pemberian oksigen via ventilator akan sia-sia jika dahak tersebut tak dihilangkan dengan sejumlah obat yang disebutkan dalam pesan tersebut.

"Menurut penulis, dalam kasus seperti ini Bronchoscopy bisa menjadi pilihan. Baru baru ini juga dikabarkan bahwa penggunaan Ventilator pada pasien covid 19 ternyata banyak menimbulkan efek negatif.. tidak seperti yang diharapkan. Semoga ini semua bisa menjadi masukan dan pertimbangan bagi para staf medis yang saat ini sedang berjuang keras untuk menyembuhkan pasien yang terlanda wabah covid 19, juga sebagai tambahan pengetahuan," seperti yang tertuang dalam penutup pesan tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani mengatakan, bahaya penggunaan ventilator bagi pasien COVID-19 tidak benar sejauh ini. "Jadi perlu saya sampaikan ventilator itu ada beberapa jenis," ujar Berli, Rabu (29/4/2020).

Menurutnya, pemberian ventilator akan disesuaikan jenisnya tergantung dari kondisi pasien. "Kalau kondisinya berat dia harus menggunakan entilator yang membantu pernafasan secara aktif, kalau masih bernafas secara spontan dia menggunakan ventilator yang sistemnya oksigen terapi," ucap berlu.

"Jadi terkait dengan informasi ventilator berbahaya bagi pasien COVID-19, itu tidak benar," katanya.

4 Kasus Penularan Virus Corona Gara-gara Mudik dari Jakarta

 Pemerintah telah melarang mudik untuk menekan penularan virus Corona COVID-19. Namun, diperkirakan sudah ada sebagian warga yang keluar dari zona merah DKI Jakarta.
Ada kekhawatiran mudik membuka peluang bagi virus untuk menyebar ke daerah yang lebih luas. Ini disebabkan tidak semua orang yang mudik bisa dipastikan apakah ia benar-benar sehat bebas dari virus.

Setidaknya sudah ada 4 kasus konfirmasi virus corona yang dilaporkan berkaitan dengan pemudik dari Jakarta:

1. Kakek di Klaten
Seorang pasien usia 72 tahun berinisial SHS dari Klaten, Jawa Tengah, dikonfirmasi terinfeksi virus Corono dan menjalani perawatan di RSST Soeradji Tirtonegoro. Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Klaten, dr Cahyono Widodo, menyebut kemungkinan pasien tertular dari sang cucu yang baru saja kembali dari Jakarta.

"Pada kasus ini dimungkinkan pasien terpapar ketika kontak dengan cucunya yang pulang dari Jakarta pada tanggal 24 Maret 2020-11 April 2020. Karena kondisi fisik yang bersangkutan termasuk usia rentan dan mempunyai penyakit penyerta, sehingga mudah untuk tertular," kata Cahyono.

2. Satu keluarga di Cianjur
Satu keluarga di Kecamatan Karangtengah Cianjur terindikasi positif COVID-19 berdasarkan hasil rapid test. Keluarga asal Jakarta yang diduga terpapar virus Corona itu terdiri dari ibu dan dua anaknya.

"Pemudik ini total ada empat orang, ibu dan tiga orang anak. Yang anaknya itu dua positif berdasarkan rapid test, dan yang satu anak bungsu itu negatif. Anggota keluarga lainnya yang di Cianjur yang menjadi tujuan mudik juga negatif. Tapi tetap kami pantau untuk lebih dipastikan," kata juru bicara Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Cianjur, Yusman Faisal, beberapa waktu lalu.

Diberitakan sebelumnya selama beberapa hari di Cianjur keluarga tersebut berada di salah satu perumahan Kecamatan Karangtengah. Warga setempat memperhatikan sang ibu terus mengalami batuk yang tak kunjung sembuh sehingga melaporkannya ke RT dan RW.

3. Rombongan pemudik di Cilacap
Rombongan delapan pemudik yang datang dari Jakarta ke Cilacap naik mobil travel seluruhnya positif terpapar Corona hasil rapid test. Tes terhadap mereka dilakukan sebagai hasil tracing kejadian kakak salah satu pemudik meninggal mendadak setelah menerima pemudik tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar