PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk meningkatkan produksi aneka produknya hingga 30% karena permintaan yang tinggi saat COVID-19. Meskipun begitu, peningkatan penjualan hanya berkisar antara 5% hingga 10%.
"Produksinya meningkat hingga 30%, penjualannya meningkat tapi nggak banyak berkisar 5% hingga 10%," ujar Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat di Jakarta, Rabu (22/4/2020).
"Meningkat 30% karena untuk dibagikan. Lho gimana ga meningkat, setiap hari orang nelpon saya nanya ada nggak Tolak Angin, Vitamin C, dan sebagainya. Termasuk permintaan buat tenaga medis dari Persi (Perhimpunan Rumah Seluruh Indonesia)," imbuhnya.
Irwan menjelaskan produk harian yang dikonsumsi masyarakat seperti Tolak Angin, Vitamin C 1000, Sari Temulawak, Susu Jahe, dan sebagainya yang ditingkatkan produksinya. Beberapa produk tersebut juga yang sering dibagikan lewat CSR perusahaan dalam penanganan COVID-19 di Indonesia.
Diungkapkannya, kini ia sedang menggencarkan khasiat daun pepaya sebagai suplemen makanan dalam masa pandemi COVID-19 ini. Untuk itu, ia juga sering kali menyertakan produk Sari Daun Pepaya saat memberikan bantuan.
"Saya ingat dulu pas kena DBD, setiap hari minum dengan daun pepaya tersebut, jangan direbus yah. Cukup ampuh juga sebagai suplemen makanan," ujar Irwan.
Studi Sebut Pasien Corona dengan Gejala Pencernaan Lebih Berisiko Kritis
Sebuah studi dalam American Journal of Gastroenterology menunjukkan pengidap Corona memiliki kemungkinan mengalami gejala pencernaan seperti diare. Para penelliti menganalisis data yang ditemukan dari 206 pasien Corona di Hubei, China, ada 48,5 persen di antaranya tiba di rumah sakit dengan keluhan gejala seperti diare, muntah, dan sakit perut.
"Data ini menekankan bahwa pasien dengan gejala pencernaan mungkin telah terinfeksi setelah kontak dengan pengidap Corona sebelumnya. Sehingga gejalanya perlu dicurigai meski tidak dibarengi dengan batuk, demam, dan sesak napas," tulis penelitian tersebut, dikutip dari The Sun pada Rabu (22/4/2020).
Penelitian ini juga menyebut kalau pasien Corona dengan gejala pencernaan lebih lama mengidap virus Corona COVID-19. Bahkan jika dibandingkan dengan pasien Corona yang memiliki gejala pernapasan.
"Dalam penelitian ini, pasien Corona COVID-19 dengan gejala pencernaan memiliki hasil klinis yang lebih buruk dan risiko kematian lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak mengalami gejala pencernaan," ujar Brennan MR Spiegel dalam American Journal of Gastroenterology.
Karenanya, pasien Corona yang memiliki gejala pencernaan tetap perlu waspada. Kemungkinan beberapa pasien dengan gejala tersebut seiring waktu juga akan mengalami sakit, nyeri, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan ringan.
Kisah Gadis 12 Tahun Meninggal Usai Nekat Jalan Kaki 200 Km di Tengah Lockdown
Seorang gadis berusia 12 tahun di India, Jamlo Madkam, meninggal setelah nekat mudik ke kampung halaman dengan berjalan kaki sejauh 200 kilometer di tengah lockdown karena wabah virus Corona COVID-19.
Seperti dilansir dari laman CNN, gadis tersebut menghembuskan napas terakhir beberapa jam sebelum tiba di kampung halamannya.
Menurut laporan tersebut, Jamlo bekerja sebagai buruh tani di ladang cabai di Desa Perur, kawasan selatan Negara Bagian Telangana. Dia berharap bisa kembali bekerja setelah lockdown diperkirakan berakhir pada 14 April lalu, tetapi kemudian diperpanjang hingga bulan Mei.
Sehari setelah perpanjangan tersebut, Jamlo bersama 11 orang lain, termasuk iparnya, memutuskan pulang ke kampung halaman mereka di Negara Bagian Chattisgarh, di kawasan tengah India, karena tidak punya uang. Mereka nekat berjalan kaki karena tidak yakin kapan lockdown akan selesai. Setelah berjalan selama tiga hari, Jamlo meninggal akibat kelelahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar