Sabtu, 25 April 2020

Penumpang Turun 45%, Maskapai Indonesia Rugi Rp 1,2 Triliun

Memasuki bulan ke-4 sejak virus Corona mewabah, jumlah penumpang maskapai Indonesia menurun hingga 45% dengan kerugian mencapai Rp 1,2 Triliun.

Ketua Indonesia National Air Carrier Association (INACA), Denon B. Prawiraatmadja mengungkapkan selama masa pandemi Corona pihak maskapai sudah mengalami kerugian yang sangat besar. Jumlah penumpang pun menurun drastis, mencapai 45% dari biasanya.

"Selama 4 bulan dari Januari sampai April, jumlah penumpang di 4 bandara besar (Bali, Jakarta, Medan dan Surabaya) turun 45% untuk rute internasional dan 44% untuk rute domestik," kata Denon dalam acara MarkPlus Industry Roundtable Sektor Pariwisata, Jumat (24/4/2020).

Untuk persentasenya, Denon membandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2018. Dari bulan Februari, terjadi penurunan sebesar 9%. Kemudian di bulan Maret turun sebanyak 18% dan di bulan April, penurunan mencapai 30%.

"Total kerugian kita mencapai US$ 812 juta untuk market domestik dalam 3 bulan terakhir. Lalu, US$ 749 juta untuk market internasional. Rp 1 triliun untuk market internasional dan Rp 1,2 triliun untuk domestik,," imbuh Denon.

Menurutnya, pihak maskapai sangat bergantung dengan kebijakan pemerintah. Apalagi sejak 24 April hingga 1 Juni pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan untuk melarang penerbangan guna mencegah penyebaran COVID-19. Hal itu makin memperparah kerugian pihak maskapai.

"Kami sangat bergantung dengan kebijakan pemerintah. Dunia aviasi sangat patuh regulasi. Dalam hal ini, kami di INACA mencoba mengikuti ketentuan dari Kemenhub. Contohnya Physical Distancing on Board. Kapasitas seating kami sekarang cuma 50%. Tentu itu berdampak pada revenue. Untuk itu kami mohon untuk penyesuaian tarif batas atas dan tarif batas bawah agar maskapai tidak menanggung kerugian lebih banyak," pungkas Denon.

Usai Corona, Pariwisata Indonesia Tak Akan Sama Lagi

 Wabah pandemi Corona jelas membawa perubahan pada dunia, terutama pariwisata. Setelah wabah, tren wisata Indonesia diprediksi berubah.

"COVID-19 ini menarik, karena pariwisata tak akan pernah sama lagi," ujar Founder & Chairman MarkPlus Tourism Hermawan Kartajaya dalam diskusi dengan tema MarkPlus Industry Roundtable sektor pariwisata, yang diadakan secara daring, Jumat (24/4/2020).

Menurutnya, industri pariwisata harus mencari model baru untuk bertahan di tengah Corona. MarkPlus sendiri terus melakukan roundtable 2 kali seminggu untuk terus memantau perkembangan sektor pariwisata di Indonesia.

"Kita ini lagi new normal, nanti next normal, kemudian baru masuk post normal di tahun 2022," ungkapnya.

Isu kesehatan dan sanitasi kini menjadi fokus penting bagi wisatawan setelah Corona. Sehingga di masa depan, pariwisata diharapkan berubah ke arah sustainable tourism.

"Contohnya Bali, wisata alam da budayanya terus berkelanjutan seperti prinsip Tri Hita Karana. Meski terdampak namun Bali akan kembali lebih cepat karena punya branding," ujarnya.

Lagi Keliling Dunia, Pria Ini Terjebak di Hong Kong karena Corona

 Seorang pria memiliki misi untuk mengunjungi setiap negara di dunia dalam satu perjalanan. Namun gara-gara COVID-19, perjalanannya terhenti.

Seperti dilansir CNN Travel, Jumat (24/4/2020) pria berusia 41 tahun telah menjalani misi mengelilingi negara dengan backpacker. Torbjørn 'Thor' Pedersen telah melakukan perjalanan selama 6 setengah tahun dan sampai sekarang telah mencapai 194 negara.

Satu masalah yang dihadapi adalah ketika COVID-19 mulai mewabah ketika dia berada di Hong Kong. Berbagai pembatasan perjalanan yang dilakukan membuat perjalanannya tersendat selama puluhan hari.

Selama di Hong Kong, dia menghabiskan hari-harinya dengan melewati berbagai jalur pendakian, bekerja dengan masyarakat palang merah setempat dan juga memberikan motivasi. Tak hanya itu, pria ini juga mencatat perjalanannya di sebuah blog, Once Upon a Saga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar