Seorang turis Brasil berhasil diselamatkan usai terjebak di dalam bus legendaris yang diceritakan dalam buku dan film Into The Wild. Bagaimana kisahnya?
Dilansir dari The Star, Senin (20/4/2020), pria bernama Gabriel Dias Da Silva, turis dari Brasil itu, ditemukan kelaparan dan kedinginan di dalam bus. Kondisinya mirip dengan tokoh Christopher McCandless dalam kisah Into The Wild yang ditulis Jon Krakauer.
Da Silva ditemukan berkat sinyal SOS pada perangkat GPS-nya. Pria berusia 26 tahun itu dievakuasi oleh tim penyelamat yang ada di Fairbanks, Alaska.
Saat tim penyelamat menerima sinyal dari Da Silva, mereka langsung mengerahkan helikopter dan menyisir lokasi Da Silva. Dalam misi itu juga ada penerjemah yang membantu komunikasi tim dengan Da Silva yang hanya mampu berbahasa Portugis.
Meskipun kondisinya menyedihkan, Da Silva mengatakan bahwa ia tak terluka atau dalam kondisi bahaya. Ia dijemput di tepi Sungai Teklanika.
Da Silva rupanya telah berkemah lebih dari seminggu dan sampai di lokasi bus ketika jembatan es di sana masih utuh. Sayangnya, aliran sungai berubah menjadi deras ketika ia mencoba pulang.
Pada Maret lalu, Dewan Kota Denali Borough telah meminta bus itu dipindahkan dan menolak rencana pembangunan jembatan di Sungai Teklanika. Akan tetapi pemerintah Alaska menolak usulan tersebut. Bus yang terletak di perbatasan Taman Nasional dan Cagar Alam Denali itu akhirnya tetap berada di sana namun jalan menuju ke sana telah dipasangi tanda bahaya.
Kasus seperti yang dialami Da Silva ini bukanlah kali pertama terjadi. Ada saja turis yang nekat berkunjung ke sana meskipun alamnya masih liar. Sebelumnya sudah ada dua turis meninggal dunia, yaitu perempuan asal Belarusia dan perempuan asal Swiss yang hanyut di Sungai Teklanika.
McCandless adalah seorang petualang yang mampu bertahan hidup selama 114 hari di dalam bus. Ia juga meninggal di dalam bus itu. Kisahnya menjadi viral ketika buku Into The Wild rilis pada 1996 dan diangkat ke layar lebar pada 2007.
Jalur Kereta 'Hidung Setan'
Jalur kereta di negara ini luar biasa indahnya. Namun dibalik itu, jalur kereta ini dianggap menyeramkan. Namanya saja hidung setan.
Nariz del Diablo, inilah jalur kereta di Ekuador, Amerika Selatan. Jalur kereta ini berada di Pegunungan Andes. Terbayang sudah keindahan Gunung Andes, bukan?
Semua itu bermula pada tahun 1895, Presiden Ekuador saat itu, Eloy Alfaro merencanakan pembangunan jalur kereta dari kota pesisir Guayaqui ke Ibukota Ekuador, Quito. Jarak antara dua kotanya 400 km lebih, dengan posisi Guayaqui berada di selatan Quito.
Para kontraktor dari Amerika Serikat didatangkan untuk mengerjakan proyek ini. Begitu berita ini sampai ke masyarakat, pembangunan justru ditentang.
Masyarakat Ekuador percaya bahwa Pegunungan Andes memiliki 'penunggu', sehingga akan sulit ditaklukkan. Selain itu, warga juga tak mau jika nantinya Pegunungan Andes rusak karena pembangunan jalur kereta.
Kontrak pekerja sudah dilakukan, Sang Presiden terus berupaya untuk tetap membangun jalur kereta impiannya. Perlahan tapi pasti, rel-rel kereta mulai dirangkai hingga ke titik tersulit, Nariz del Diablo.
Nariz del Diablo memiliki arti hidung setan. Nama tersebut diberikan karea titik ini merupakan tebing terjal, bentuknya tegak lurus seperti sebuah hidung.
Karena konturnya yang seperti itu, para kontraktor dibuat pusing tujuh keliling Berbagai cara dilakukan, seperti salah satunya meledakan tanahnya dengan dinamit agar dapat membuat rangkaian jalur kereta.
Di lain sisi, masyarakat setempat punya kepercayaan lain. Mereka percaya, bahwa Nariz del Diablo adalah area yang manusia dilarang mendekat. Apalagi jika merusaknya, maka bencana akan muncul dan dibayar dengan nyawa manusia!
Benar saja, jalur kereta yang selesai di tahun 1902 ini memiliki catatan kelam. Ada sekitar 2.000 pekerja yang tewas selama menyelesaikan jalur ini.
Para pekerja tewas dengan berbagai sebab, ada yang terkena longsor, demam berdarah, badai dan lain-lain. Bagi masyarakat setempat, lagi-lagi mereka percaya kematian para pekerja dikarenakan penunggu Nariz del Diablo yang marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar