Rabu, 22 April 2020

Studi Sebut Pasien Corona dengan Gejala Pencernaan Lebih Berisiko Kritis

Sebuah studi dalam American Journal of Gastroenterology menunjukkan pengidap Corona memiliki kemungkinan mengalami gejala pencernaan seperti diare. Para penelliti menganalisis data yang ditemukan dari 206 pasien Corona di Hubei, China, ada 48,5 persen di antaranya tiba di rumah sakit dengan keluhan gejala seperti diare, muntah, dan sakit perut.
"Data ini menekankan bahwa pasien dengan gejala pencernaan mungkin telah terinfeksi setelah kontak dengan pengidap Corona sebelumnya. Sehingga gejalanya perlu dicurigai meski tidak dibarengi dengan batuk, demam, dan sesak napas," tulis penelitian tersebut, dikutip dari The Sun pada Rabu (22/4/2020).

Penelitian ini juga menyebut kalau pasien Corona dengan gejala pencernaan lebih lama mengidap virus Corona COVID-19. Bahkan jika dibandingkan dengan pasien Corona yang memiliki gejala pernapasan.

"Dalam penelitian ini, pasien Corona COVID-19 dengan gejala pencernaan memiliki hasil klinis yang lebih buruk dan risiko kematian lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak mengalami gejala pencernaan," ujar Brennan MR Spiegel dalam American Journal of Gastroenterology.

Karenanya, pasien Corona yang memiliki gejala pencernaan tetap perlu waspada. Kemungkinan beberapa pasien dengan gejala tersebut seiring waktu juga akan mengalami sakit, nyeri, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan ringan.

Kisah Gadis 12 Tahun Meninggal Usai Nekat Jalan Kaki 200 Km di Tengah Lockdown

 Seorang gadis berusia 12 tahun di India, Jamlo Madkam, meninggal setelah nekat mudik ke kampung halaman dengan berjalan kaki sejauh 200 kilometer di tengah lockdown karena wabah virus Corona COVID-19.
Seperti dilansir dari laman CNN, gadis tersebut menghembuskan napas terakhir beberapa jam sebelum tiba di kampung halamannya.

Menurut laporan tersebut, Jamlo bekerja sebagai buruh tani di ladang cabai di Desa Perur, kawasan selatan Negara Bagian Telangana. Dia berharap bisa kembali bekerja setelah lockdown diperkirakan berakhir pada 14 April lalu, tetapi kemudian diperpanjang hingga bulan Mei.

Sehari setelah perpanjangan tersebut, Jamlo bersama 11 orang lain, termasuk iparnya, memutuskan pulang ke kampung halaman mereka di Negara Bagian Chattisgarh, di kawasan tengah India, karena tidak punya uang. Mereka nekat berjalan kaki karena tidak yakin kapan lockdown akan selesai. Setelah berjalan selama tiga hari, Jamlo meninggal akibat kelelahan.

"Mereka berjalan melalui wilayah pegunungan selama tiga hari untuk menghindari polisi. Kami diberitahu bahwa Jamlo tidak makan apapun pada pagi hari itu karena merasa perutnya tidak enak dan sempat muntah. Kami menduga ada ketidakseimbangan elektrolit yang memicu kematiannya," kata Kepala Dinas Kesehatan Chattisgarh, B R Pujari.

Sebanyak 11 perantau lain yang ikut dalam perjalanan itu dikarantina selama 14 hari, dan darah mereka telah di tes saat diperiksa. Setelah dilakukan pemeriksaan pasca meninggal, petugas menyatakan Jamlo tidak terinfeksi virus Corona.

Pemerintah India memberlakukan lockdown pada 25 Maret lalu untuk menekan penyebaran virus Corona. Hal itu membawa dampak negatif terhadap sejumlah perantau yang mencari nafkah di kota besar.

Karena tempat mereka bekerja tutup akibat lockdown, para perantau tersebut banyak yang memutuskan pulang kampung karena tidak mampu membayar sewa tempat tinggal di kota.

Sebagian besar pemudik harus berdesakan di dalam bus yang jumlahnya terbatas dan mengabaikan aturan menjaga jarak.

Sedangkan yang lainnya, seperti Jamlo, terpaksa berjalan kaki untuk sampai ke kampung halaman mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar