Amerika Serikat menjadi negara terbanyak yang terinfeksi virus corona COVID-19. Mengutip data yang dirangkum Johns Hopkins University and Medicine, per Senin (6/4/2020) orang yang dinyatakan positif di Amerika mencapai angka 337.637 kasus.
Dengan tingginya kasus positif virus corona di AS, persedian medis di negara tersebut semakin menipis. Banyak rumah sakit dan dokter yang mulai menerapkan pasien yang berhak mendapat ventilator dan yang harus diselamatkan atau yang tidak.
Mengutip CNN, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan tingginya tingkat rawat inap membuat persediaan ventilator di wilayah tersebut semakin sedikit.
"Kami memiliki sekitar enam hari sisa ventilator dalam persediaan," kata Andrew Cuomo saat rapat tentang virus corona, pada Kamis (2/4/2020).
Direktur Center for Bioethics di Harvard Medical School, Dr Robert Troug mengatakan saat ini ia membantu banyak rumah sakit menentukan kebijakan pasien yang berhak menerima perawatan intensif selama pandemi virus corona.
Troug dikabarkan mengadopsi kebijakan yang pernah dikembangkan Dr Douglas White seorang ahli kedokteran perawatan kritis di University of Pittsburgh Medical Center (UMPC) tentang penggunaan poin pada setiap pasien yang berhak mendapatkan perawatan.
Jadi semakin rendah poin skor pasien, maka akan semakin tinggi prioritas mereka untuk dilakukan perawatan begitu pula sebaliknya. Penerapan skor ini mempertimbangkan harapan hidup dan pasien yang lebih muda. Kebijakan ini pun sudah diterapkan di banyak RS yang berada di Amerika Serikat.
Obat Baru Ini Diklaim Bisa Bunuh Virus Corona dalam 48 Jam
Studi dari Monash University dan Doherty Institute bekerja sama dalam penelitian terbaru mereka terkait obat ivermectin yang diklaim ampuh atasi virus corona COVID-19. Obat tersebut bahkan disebut bisa membunuh virus corona dalam 48 jam. Namun apa sih sebenarnya ivermectin?
Mengutip CNN, ivermectin adalah obat anti-parasit yang terbuktif efektif dalam mengatasi beragam penyakit termasuk HIV, Dengue, Influenza, dan Zika. Sekelompok peneliti Australia mendapatkan temuan kalau obat tersebut juga bisa dipakai pada virus corona COVID-19.
Pasalnya, dalam temuan mereka obat ivermectin ini dapat menghentikan virus corona SARS-CoV-2 yang tumbuh dalam sel kultur. Obat itu dinilai secara efektif mampu menghapus semua bahan genetik virus dalam waktu 48 jam.
"Bahkan kami menemukan bahwa dosis tunggal pada dasarnya dapat menghapus semua virus selama 48 jam dan bahkan pada 24 jam ada pengurangan yang sangat signifikan dalam hal itu," jelas pemimpin penelitian ini, Kylie Wagstaff.
Menurut Wagstaff, mekanisme ivermectin membunuh virus tidak diketahui secara pasti. Namun, kemungkinannya obat tersebut bekerja menghentikan virus dengan melemahkan kemampuan sel inang.
Studi yang dipublikasikan di Antiviral Reseach pada Jumat (3/4/2020) ini dilakukan secara in vitro atau di dalam laboratorium. Sehingga uji coba klinis pada manusia perlu dilakukan sebelum digunakan secara luas.
Meski begitu, Wagstaff menyebut kalau obat ini bisa menjadi alternatif selama vaksin belum ditemukan. Maka dari itu dalam waktu dekat ia berencana melanjutkan penelitian dengan mencari dosis yang tepat untuk manusia.
"Ivermectin sangat banyak digunakan dan merupakan obat yang aman. Kami perlu mencari tahu berapa dosis yang efektif pada manusia," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar