Balingkang Kintamani Festival akan memeriahkan liburan Imlek bagi para turis di Pulau Dewata. Festival ini ditargetkan bakal menarik ribuan wisatawan asal China.
Balingkang Kintamani Festival akan digelar dalam bentuk parade budaya di Batur, Kintamani, Bali. Kisah yang diangkat yaitu tentang cinta segitiga antara Raja Jaya Pangus, dengan Putri Kang Cing We dari Tiongkok, dan Dewi Danu.
Kisah cinta segitiga antara raja dari Bali dengan putri dari China ini dinilai bakal menggaet dan lebih berkesan di hati para turis. Parade budaya ini juga diharapkan bisa mengenalkan Kintamani sebagai kawasan teromantis di dunia.
"Targetnya 2 ribuan wisatawan, 1.500 ya sudah bagus. Itu untuk dua jam pertunjukan," kata Ketua Bali Tourism Board IB Agung Partha Adnyana di Hotel Griya Santrian Sanur, Denpasar, Bali, Rabu (30/1/2019).
Selain itu, Ketua Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bali Ardhana optimistis kegiatan ini bakal mengembalikan geliat kunjungan turis China ke Bali. Sebab, setelah penertiban praktik nakal 'jual beli kepala' alias zero dollar tour jumlah kunjungan turis asal China menurun.
"Kami masih melakukan koordinasi-koordinasi artinya bahwa dengan apa yang sudah kami lakukan bersama pemerintah tujuannya tentu untuk memperbaiki tata niaga China. Ini salah satunya Balingkang Kintamani Festival untuk calon-calon wisata dari Tiongkok. Bali daya tariknya bukan toko, Bali itu budaya apalagi ada kaitan sejarahnya antara China dengan kita, itu yang kita tampilkan," kata Ardhana.
"Sehingga berbeda destinasinya yang biasa China pergi yang ke Eropa, Bali ini punya kekhususan, ikatan di zaman dahulu," sambungnya.
Untuk diketahui, Balingkang Kintamani Festival ini bakal digelar pada 6 Februari 2019 mendatang. Festival ini bakal mengambil latar keindahan Pura Batur.
Mengenal Autoland, Teknologi Pendaratan Buta Pesawat
Pasti ada keadaan di mana pilot atau co-pilot tidak bisa melihat landasan untuk mendarat biasanya gara-gara cuaca. Ternyata, ada teknologinya.
Melansir CNN Travel, Rabu (30/1/2019), kejadian ini pernah dialami oleh penerbangan di Vancouver. Pendaratan berjalan lancar meski ada awan rendah di sekitar bandara.
Saat pesawat mendarat di landasan dan mulai melambat, keadaan di luar jendela hanyalah cahaya putih, lampu tepi. Karena landasan atau bandara diselimuti awan tebal.
Bagaimana pilot bisa mendarat dengan aman dalam cuaca demikian? Jawabannya, pilot mendapat bantuan teknologi canggih.
Dalam penerbangan lepas tangan, berdasar pengaturan, pilot menyalakan autopilot untuk menghitung jalur lalu menggerakkan kontrol pesawat. Hal ini agar bisa terbang lurus, berbelok, menanjak atau menurun mengikuti rencana penerbangan tertentu.
Kontrol ini dapat diubah-ubah, bagian aerodinamis pada sayap dan ekor pesawat yang memungkinkan pilot mengendalikan pesawat. Autopilot pesawat pertama dikembangkan lebih dari seabad yang lalu oleh Lawrence Sperry dari Amerika, yang ia pamerkan di Prancis pada tahun 1914.
Pada tahun 1937, eksperimen Korps Udara Angkatan Darat AS dalam sistem pendaratan otomatis mampu mendaratkan pesawat pertama dan berhasil. Namun teknologi itu belum matang hingga 1960-an ketika British European Airways (BEA), cikal bakal British Airways mulai terbang dengan pendaratan otomatis menggunakan Hawker Siddeley HS-121 Trident dalam penerbangan jarak pendeknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar