Senin, 30 Maret 2020

Cerita Pramugari yang Masih Bekerja di Tengah Pandemi Corona (2)

2. Takut Terdampar di Kota Aneh
Dalam situasi saat ini, banyak penerbangan yang telah dibatalkan, banyak wilayah yang sudah memberlakukan lockdown bahkan menara pengatur lalu lintas udara pun ditutup. Para pramugari khawatir akan terdampar di kota yang tidak mereka kenali, apakah mereka bisa tinggal sejenak dan mendapatkan makanan.

"Saya baru saja singgah di Atlanta dan tidak ada yang buka," kata pramugari yang berbasis di Seattle. Sekarang dia mulai mengemas tas dengan makanan saat bepergian.

Pramugari lainnya bahkan mengepak buku, pakaian dan makanan ringan tambahan untuk berjaga-jaga karena mereka bisa terjebak di sebuah kota selama 30 jam.

"Kita harus siap untuk terjebak dan memiliki cukup makanan dalam beberapa hari, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Ini sedikit menegangkan," ujar pramugari.


3. Takut Kehilangan Pekerjaan

Banyak pramugari yang mengeluh saat perusahaan mereka menangani situasi yang dihadapi saat ini. Para pramugari AS ini mengklaim, kalau mereka hanya ditawarkan cuti yang tidak dibayar selama 1 hingga 3 bulan.

"Saya tidak mampu, saya tidak mampu jika tidak mendapat bayaran," kata pramugari.

Namun, RUU stimulus pemerintah AS, dana sebesar $2T sudah disahkan dan ditandatangani menjadi undang-undang memastikan bahwa pekerja penerbangan masih akan dibayar hingga September, karena akan memberi maskapai penerbangan $60 miliar bantuan keuangan. Undang-Undang Coronavirus Aid, Relief, dan Economic Security (CARES) pada dasarnya akan melarang maskapai untuk merumahkan atau memecat karyawan hingga September.

Pramugari mungkin tidak mendapatkan bayaran seperti biasanya karena mereka kemungkinan hanya dibayar dengan jumlah minimum jam kerja yang diwajibkan secara kontrak. Salah satu pramugari yang berbasis di Detroit mengatakan, situasi cuti ini membuat dia mencari pekerjaan baru.

4. Khawatir akan Kesehatan
Pramugari yang berbasis di New York dengan pengalaman kerja 20 tahun tidak mengerti kenapa maskapai masih menerbangkan mereka. Menempatkan pramugari dalam situasi berbahaya.

"Saya benar-benar percaya bahwa perjalanan domestik harus ditutup selama beberapa minggu," ujarnya.

Pramugari mengakui belum ada kasus apapun yang diberitahu maskapai kepadanya. Dia menjadi khawatir dan takut jika pihak maskapai menyembunyikan laporan kasus virus Corona di dalam pesawat ini.

"Saya tidak tahu apa kebijakan maskapai tentang itu. Saya tidak punya ide, entah mereka menyembunyikannya atau memang belum ada laporan," ujar pramugari.

Sedangkan pramugari dari Seattle mengatakan, jika dia memiliki penumpang positif Corona dalam penerbangan, tak banyak hal yang bisa dia lakukan.

"Satu-satunya arahan yang benar-benar diberikan kepada kami adalah mengisolasi orang itu sebaik mungkin, di mana mereka agak jauh dari orang-orang," dia juga menambahkan bahwa pramugari tidak bisa mengkarantina penumpang di belakang pesawat dan meninggalkan dia sendiri.


5. Tidak punya waktu untuk karantina diri

Pramugari mengatakan kepada Insider bahwa mereka harus bekerja, kecuali jika memiliki catatan dokter yang mengatakan bahwa mereka harus dikarantina. Hanya dengan catatan dokter mereka akan dibayar dan dilindungi.

Namun, menurut para pramugari yang diwawancarai, prosesnya pun tidak jelas. Mereka harus menguji positif atau menunjukkan gejala virus Corona agar dapat mendapat catatan dokter untuk tetap di rumah. Pengujian bisa ditanggung oleh asuransi kesehatan perusahaan, tapi pramugari yang diperiksa harus yang sudah menunjukkan gejala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar