Virus Corona membuat semua aktivitas yang biasa dilakukan berubah drastis. Banyak penerbangan yang disetop, bahkan banyak pekerja kehilangan penghasilannya.
Sebagian pramugari masih harus tetap bekerja di tengah pandemi Corona. Saat orang-orang mulai menghindari penerbangan dan tetap di rumah, beberapa pramugari masih bekerja di atas udara, melayani penumpang di pesawat.
dilansir insider, pramugari sedang bekerja di tengah industri yang membahayakan kesehatan mereka. Pekerjaan ini mengharuskan pramugari bertemu dengan banyak orang bahkan ratusan di setiap harinya. Beberapa pramugari asal Amerika Serikat membagikan cerita dan keluh kesah mereka selama harus bekerja di tengah pandemi Corona.
1. Merasa lebih terasingkan
Bekerja sebagai pramugari saja sudah membuat mereka merasa terasingkan, jauh dari keluarga, sering menghabiskan waktu sendiri di hotel dan memiliki jadwal tidak teratur. Menurut salah satu pramugari yang berbasis di Francisco, pekerjaan ini bisa menjadi menegangkan dan melemahkan. Situasi yang dihadapinya semakin buruk ketika pandemi Corona hadir.
"Saya merasa diperlakukan seperti pembuluh penyakit. Kamu bisa merasakan bahwa orang tidak ingin berada di dekat kita, terutama saat kita berseragam. Orang tidak ingin terlalu dekat dengan kita, penumpang selama penerbangan tidak ingin apa-apa," kata pramugari yang tidak ingin disebut namanya.
"Banyak teman dan keluarga kami memperlakukan kami secara berbeda karena pekerjaan kami dan mereka tidak mengerti mengapa kami terus bekerja," kata pramugari lainya.
2. Takut Terdampar di Kota Aneh
Dalam situasi saat ini, banyak penerbangan yang telah dibatalkan, banyak wilayah yang sudah memberlakukan lockdown bahkan menara pengatur lalu lintas udara pun ditutup. Para pramugari khawatir akan terdampar di kota yang tidak mereka kenali, apakah mereka bisa tinggal sejenak dan mendapatkan makanan.
"Saya baru saja singgah di Atlanta dan tidak ada yang buka," kata pramugari yang berbasis di Seattle. Sekarang dia mulai mengemas tas dengan makanan saat bepergian.
Pramugari lainnya bahkan mengepak buku, pakaian dan makanan ringan tambahan untuk berjaga-jaga karena mereka bisa terjebak di sebuah kota selama 30 jam.
"Kita harus siap untuk terjebak dan memiliki cukup makanan dalam beberapa hari, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Ini sedikit menegangkan," ujar pramugari.
3. Takut Kehilangan Pekerjaan
Banyak pramugari yang mengeluh saat perusahaan mereka menangani situasi yang dihadapi saat ini. Para pramugari AS ini mengklaim, kalau mereka hanya ditawarkan cuti yang tidak dibayar selama 1 hingga 3 bulan.
"Saya tidak mampu, saya tidak mampu jika tidak mendapat bayaran," kata pramugari.
Namun, RUU stimulus pemerintah AS, dana sebesar $2T sudah disahkan dan ditandatangani menjadi undang-undang memastikan bahwa pekerja penerbangan masih akan dibayar hingga September, karena akan memberi maskapai penerbangan $60 miliar bantuan keuangan. Undang-Undang Coronavirus Aid, Relief, dan Economic Security (CARES) pada dasarnya akan melarang maskapai untuk merumahkan atau memecat karyawan hingga September.
Pramugari mungkin tidak mendapatkan bayaran seperti biasanya karena mereka kemungkinan hanya dibayar dengan jumlah minimum jam kerja yang diwajibkan secara kontrak. Salah satu pramugari yang berbasis di Detroit mengatakan, situasi cuti ini membuat dia mencari pekerjaan baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar