Sabtu, 14 Maret 2020

Belajar Mitigasi Bencana dari Negeri Sakura yang Indah (2)

Saat mengunjungi kantor pemerintahan Osaka, kami ditunjukkan tentang bagaimana cara mereka menunjukkan kegiatan apa saja yang dilakukan untuk melatih masyarakat agar tanggap dalam bencana apapun seperti latihan evakuasi bencana. Latihan evakuasi bencana biasanya dilakulan di lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

Sebagai contoh, latihan evakuasi bencana di SMA Sakurazuka dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Dari latihan itu, mereka bisa belajar bagaimana cara mengevakuasi diri mereka serta orang lain saat bencana apapun terjadi.

Pemerintah dan rakyat Jepang merasa terdorong untuk melakukan usaha bersama terpimpin untuk melestarikan tanah dan mengendalikan banjir serta meningkatkan metode peramalan badai dan banjir serta sistem peringatan dini di tempat-tempat yang sering dilanda bencana.

Selain itu, agar masyarakat mengetahui kapan banjir akan terjadi, pemerintah memasang kamera di 90 titik yang kemudian fotonya ditaruh di salah satu situs pemerintah Jepang, agar dapat diakses oleh seluruh masyarakat.

Sehingga, masyarakat dapat ikut aktif memantau debit air dan saat debit air membludak, mereka dapat segera bersiap-siap untuk mengungsi ( terutama apabila daerahnya terdampak banjir).

Sinergi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat Jepang membuat negara ini menjadi salah satu negara yang memiliki sistem tanggap bencana yang sangat baik. Hal ini perlu ditiru oleh masyarakat Indonesia.

Selama ini hanya pemerintah yang berusaha untuk memberikan info tentang bencana, sedangkan masyarakat hanya menunggu info dari masyarakat.

Pemerintah juga perlu menerapkan apa yang diterapkan pemerintah Jepang, seperti memasang kamera di 90 titik rawan banjir.

Kesadaran akan lingkungan perlu kita tingkatkan. Contoh kecil yang dapat kita lakukan adalah membuang sampah di tempat sampah. Karena berawal dari lingkungan, kita dapat hidup dan juga dapat mati.

Apabila lingkungan kita bersahabat, tentu kita akan hidup nyaman dan tentram. Namun, apabila lingkungan kita buruk, maka hal itu dapat membawa bencana besar bagi kita semua. Dalam menghadapi bencana yang terjadi, pemerintah Jepang telah melakukan beberapa langkah penting,yaitu:

1. Merancang bangunan yang tahan gempa. Ini sebagai langkah antisipasi awal apabila gempa muncul sewaktu-waktu.

2. Mendirikan area perlindungan bagi korban terdampak bencana alam.

3. Khusus untuk tsunami, dilakukan langkah-langkah untuk melindungi kawasan-kawasan pantai guna menghindari atau mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh tsunami.

Antara lain diberlakukannya sistem peringatan dini secara cepat dan penyiaran informasi ramalan tsunami, juga pembangunan dan perbaikan tembok-tembok laut, pintu-air pada tembok laut, dll.

Di pulau Okushiri, misalnya, telah dibangun tembok penghambat tsunami sepanjang 14 kilometer garis pantai, dengan tinggi 12 meter. Diperlukan biaya yang cukup tinggi untuk pemeliharaan tembok panjang ini.

Selain itu, pemerintah Jepang juga menghimbau masyarakatnya untuk menyiapkan tas yang berisi logistik seperti makanan dan minuman yang sekiranya cukup untuk mereka bawa saat kondisi darurat seperti bencana tsunami, banjir terjadi.

Sehingga, saat di tempat pengungsian, mereka tidak akan kekurangan makanan ataupun minuman karena sudah membawa bekal sendiri, untuk mereka sendiri maupun untuk dibagi dengan beberapa orang.

Cara ini juga cukup efektif mengingat terkadang bantuan logistik kepada korban terdampak bencana belum merata, sehingga banyak orang yang kelaparan. Namun, dengan adanya tas berisi logistik ini, kita dapat dengan sementara mengganjal perut kita yang lapar maupun haus, sembari menunggu bantuan dari pemerintah.

Hal ini bertujuan agar dampak negatif dari bencana alam seperti gempa bumi,erupsi gunung berapi, dan tsunami yang sering terjadi di indonesia tidak menimbulkan banyak dampak negatif.

Lumayan cukup padat agenda saya selama berada di Osaka, Kyoto, dan Tokyo selama sepekan. Studi tentang migitasi bencana, sekaligus menikmati pesona keindahan Osaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar