Pemerintah telah mengeluarkan imbauan untuk tidak mudik sementara waktu demi cegah penularan virus corona. Namun, pagi ini Terminal Pulo Gebang masih ramai.
Hal itu pun diketahui detikcom lewat pantauan foto keramaian Terminal Pulo Gebang hari ini sekitar pukul 11.00 WIB dari pihak Dishub DKI Jakarta, Senin (30/3/2020). Menurut informasi dari pihak pengelola yang dirahasiakan namanya, kepadatan tak ubahnya dengan weekend kemarin.
"Hampir sama seperti kemarin (Minggu), didominasi pnp (penumpang) tujuan Madura," ujarnya.
Dalam satu foto, tampak petugas yang tengah berjaga dengan menggunakan masker dan menerapkan social distancing. Namun, agaknya penumpang yang ada di sana masih belum menerapkan social distancing dan duduk berdekatan.
Petugas di Terminal Pulo Gebang, Senin (30/3)Petugas di Terminal Pulo Gebang, Senin (30/3) (Dishub DKI Jakarta)
Pada hari Minggu kemarin (29/3), keramaian pun juga terjadi dari pagi hari. Hanya saja, rute tujuan pemudik sedikit berbeda dengan hari ini.
"Jawa Tengah, kayak ke Pekalongan, Yogya, Solo," ujarnya.
Kondisi tersebut tentu kontras dengan imbauan dari Pemerintah pusat dan daerah yang mengimbau para traveler untuk tidak melakukan mudik lebih awal, terkait dengan pandemi corona.
"Karena di Jakarta banyak yang kena, mereka malah mudik. Padahal sudah diimbau tak boleh mudik oleh pak Gubernur," curhatnya.
Adapun secara jumlah, penumpang yang di Terminal Pulo Gebang mengalami penurunan. Kemungkinan kejadian itu terjadi karena imbauan yang dibuat peemerintah.
"Turun, sekitar 30%," ujarnya.
Ditambahkan olehnya, hingga hari ini Terminal Pulo Gebang masih beroperasi seperti biasa. Hanya saja, kondisi bisa berubah mengikuti keputusan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Mengenal Tarakan dari Museum Perang Dunia II
Sejak dulu, Tarakan telah jadi primadona karena emas hitamnya. Bagi penduduk, minyak bumi adalah anugerah sekaligus musibah.
Efek dahsyatnya adaalah ketika Perang Dunia II terjadi di pulau minyak ini. Menempati gedung baru berarsitektur kolonial, museum sejarah Perang Dunia IIÂ berusaha menceritakan penyebab perebutan tambang minyak di pulau ini.
Di Museum Sejarah Perang Dunia IIÂ ini travelers dapat melihat sisa dahsyatnya Perang Tarakan yang terjadi dua kali yaitu pada tahun 1942 pada saat invansi Jepang kepada tentara Belanda di Pulau Tarakan dan pada tahun 1945 saat balas dendam Australia sebagai sekutu Amerika Serikat yang terdesak oleh gempuran pasukan Jepang di Philipina.
Perang Tarakan I dimulai pada tanggal 10 Januari 1942 saat Belanda memerintahkan evakuasi warga sipil dan penghancuran ladang-ladang minyak sebelum Jepang menguasai Tarakan dan Perang Tarakan II yang ditandai dengan pendaratan pasukan amfibi Australia pada tanggal 1 Mei 1945.
Di museum ini travelers dapat melihat berbagai koleksi foto yang menceritakan kondisi saat itu. Di halaman museum ini terdapat 3 unit taksi kayu yang pernah beroperasi pada saat jaman kolonial.
Di dalam museum menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang banyak ditemukan hampir di setiap bagian pulau. Di antaranya ada baling-baling dan potongan sayap pesawat tarakan airforce, peta strategi penyerangan sandi obo one di Pelabuhan Lingkas, peta tata Kota Tarakan pada tahun 1940-an yang dibuat oleh NEFIS atau Badan Intelejen Belanda di Hindia Timur, samurai, sangkur bayonet dan sepatu tentara Jepang yang ditemukan markas tentara Jepang di daerah Juwata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar