Sabtu, 14 Maret 2020

Air Terjun Perawan di Sulawesi Selatan

 Sulawesi Selatan masih punya banyak surga yang tersembunyi. Yang belum pernah kamu tahu, Air terjun Biroro Malino si perawan dari Gowa.

Selain air terjun Takapala dan Ketemu Jodoh, objek wisata alam Malino di Gowa, Sulawesi Selatan, juga memiliki air terjun yang sangat mempesona. Namanya, air terjun Biroro yang terletak di Kelurahan Bontolerung, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa.

Air terjun yang satu ini, memang masih perawan karena sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan. Namun, keindahan pesonanya tidak kalah dengan dua air terjun di sekitarnya. Selain keunikan bebatuan, saat menuju lokasi, traveler akan dimanjakan dengan pemandangan hamparan sawah berlatar belakang puncak gunung Bawakaraeng.

Di bawah air terjun yang tingginya sekitar 15 meter ini, terdapat telaga kecil yang membuat traveler bisa berenang leluasa, karena kedalaman airnya mencapai 5 meter. Airnya yang sejuk dan jernih, juga membuat traveler akan betah berlama-lama di dalam air.

"Bedanya dengan air terjun lain di Malino ini, soal pemandangannya. Ada hamparan sawah dan puncak gunung Bawakaraeng sangat jelas. Belum lagi suasananya yang masih sangat asri karena wisatawan masih jarang ke sini. Yah mungkin belum tahu kalau ada air terjun juga di sini," kata seorang traveler, Lubna Arini, Sabtu (12/1/2019).

Lokasi air terjun Biroro ini, berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat kota Malino, atau sekitar 77 Km ke arah timur dari kota Makassar, Sulawesi Selatan. Untuk sampai ke objek air terjun ini, traveler hanya boleh memarkir kendaraan di perkampungan dan berjalan kaki menuju air terjun sekitar 2 kilometer.

"Lokasi air terjun ini memang belum ada di internet kalau kita mau cari. Tapi sebenanrnya mudah karena searah dengan air tejun Takapal yang memang masih satu kelurahan," lanjut Lubna.

Meski perjalanan sedikit melelahkan, namun traveler bisa menikmati pemandangan persawahan dan rimbunan bambu di sepanjang perjalanan. Selain itu, traveler tidak perlu membayar tiket masuk, karena hingga saat ini, belum ada pungutan biaya apapun untuk masuk ke sana.

"Memang jalannya belum bagus ke sana. Mungkin karena belum dikelola, Nah makanya masuknya gratis. Yah lumayan melelahkan jalan kakinya, tapi itu terbayarkan, saat sampai ke sana. Warga sekitar juga sangat ramah menyambut kita," sebutnya.

Usai berlibur di Malino, tidak lengkap rasanya jika traveler tak singgah di pasar tradisional Malino yang menjajakan aneka makanan, buah dan sayuran segar khas kota tua itu. Harganya pun terbilang sangat murah, cukup siapkan Rp 100 ribu, traveler bisa membawa pulang aneka jajanan khas di sana.

"Seratus ribu ini saya sudah dapat tenteng, kue wijen, dodol, alpukat, markisa dan sayur pakis. Pokoknya sangat murahlah belanja di sini, karena langsung dari sumbernya. Kalau ke sini yah wajib pastinya berbelanja di sini," pungkasnya.

Dari Aceh ke Jakarta Via Malaysia, Bikin Paspor Dicurigai Imigrasi

 Demi tiket pesawat murah, warga Aceh yang ingin ke Pulau Jawa terbang via Malaysia dan bawa paspor. Namun di bandara tujuan kadang dicurigai imigrasi.

Perjalanan ke Jakarta dan sekitarnya via luar negeri ini dipilih traveler Aceh untuk menghemat biaya hingga 70 persen. Hal ini sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu namun baru heboh sejak awal tahun 2019. Memang, perjalanan via Malaysia ini butuh waktu lebih lama tentu juga harus punya paspor.

"Saya pernah pada 2018 kemarin ke Bandung transit di Malaysia. Tapi capeknya, pas kena pemeriksaan di imigrasi kedatangan, kita dicurigai. Belum lagi ketika pemeriksaan di kedatangan imigrasi di Bandung ditanya kenapa harus transit ke Kuala Lumpur. Pasti dicurigai," kata seorang warga Meulaboh, Aceh Dedi Iskandar saat berbincang dengan detikTravel, Sabtu (12/1/2019).

Pilihan terbang melalui luar negeri terpaksa dipilihnya karena tiket pesawat langsung Aceh-Bandung melonjak drastis harganya. Dia mencontohkan, saat itu jika terbang dari Aceh ke Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara kemudian dilanjutkan ke Bandung, biayanya mencapai Rp 3 juta.

Namun jika transit, harganya tidak sampai satu jutaan rupiah. Pengalaman lain yang dirasakan terbang via Kuala Lumpur yaitu waktu transit yang lumayan lama. Dedi mengaku saat itu harus menginap di bandara selama semalam sebelum melanjutkan penerbangan ke Bandung.

"Saya terpaksa milih jalur transit di Kuala Lumpur karena memang harga tiket lebih murah dan tidak ada pilihan lain. Itu murahnya sampai 70 persen," ungkap Dedi.

Menurutnya, biaya hemat hingga 70 persen itu dapat digunakannya untuk makan-makan dan beli oleh-oleh di Malaysia. Meski demikian, dia mengaku ribet berangkat via luar negeri karena harus berurusan dengan pihak imigrasi.

"Sabtu pekan lalu saya juga kebetulan mau ke Jakarta, jenguk saudara sakit. Tapi karena ribet harus transit, akhirnya saya tunda sementara," jelas Dedi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar