Tidak perlu waktu lama untuk mencapai GWK dari bandara, hanya sekitar 30 menit dengan berkendara mobil. Sewaktu hampir memasuki area GWK Cultural Park, lanskap dataran batu kapur langsung menyeruak. Lahan yang dulunya bekas tambang kapur ini, sekarang sudah dipugar cantik dengan taman-taman hijau. Area lobby pintu masuk yang disebut Plaza Kencana, sudah dibangun beberapa bangunan berhiaskan lukisan besar hanoman dan lukisan dinding tokoh-tokoh dari kisah-kisah agama Hindu. Di paling depan berdiri pula replika GWK dengan ukuran mini, seakan ingin menemani sang kakak GWK di belakang sana.
Setelah masuk dari pintu gerbang, kita akan berjalan di semacam jalur terbuka di mana di kanan kirinya berdiri banyak tenan restoran dan kafe, serta toko cinderamata. Ada juga Amphitheatre yang dipakai untuk melakukan pertunjukan tarian kesenian. Jadwal pertunjukannya nyaris ada di setiap jam dan menampilkan beragam tarian tradisional dari Bali.
Puas berkeliling di area tersebut, saya pun memasuki Plaza Wisnu dan Garuda. Saya naik ke bagian atas plaza yang merupakan bagian yang saat ini masih dipertahankan oleh pengelola GWK Cultural Park, yaitu kedua patung kepala dari Dewa Wisnu dan Garuda. Dari ketinggian plaza ini, kita bisa melihat di kejauhan patung GWK yang baru, view lanskap yang memesona!
Turun dari Plaza Wisnu, kita akan berada di area Lotus Pond di mana kita bisa melihat GWK dibingkai oleh tebing-tebing batu kapur. Ini sungguh indah dan spot ini begitu Instagramable, banyak sekali pengunjung berfoto di area ini dan mengunggahnya di medsos mereka. Jika ingin lebih dekat lagi ke patung GWK dan menikmatinya suasana tepat di bawah patung besar itu, kita perlu berjalan sekitar 5-10 menit lagi.
Cuaca di sini bisa sangat terik apalagi di siang hari sehingga kita perlu membawa payung atau topi untuk menjaga dari sorot panas Sang Surya. Sebetulnya bagi pengunjung juga disediakan bus dominan berwarna merah yang disebut GWK Loop, yang bisa ditumpangi dengan membayar tiket sebesar Rp 20.000 saja. Bus ini akan membawa kita dari area lobby menuju patung GWK besar ini dan juga ke area-area di seputaran GWK Cultural Park. Cukup menghemat energi sih kalau kita datangnya di tengah siang hari bolong.
Akhirnya saya sampai tepat di bawah patung GWK. Arena di bawah patung ini pernah dipakai untuk acara pembukaan IMF meeting dan gala dinnernya. Dapat saya bayangkan betapa acara itu menjadi begitu berkesan bagi para tamu delegasi IMF karena mereka menyaksikan pembukaan acara meeting di bawah naungan sayap GWK. Sungguh membanggakan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia dengan dukungan dari pemerintahan Presiden Jokowi akhirnya berhasil membangun dan memiliki patung ketiga tertinggi di dunia ini. Yang lebih membanggakan lagi, patung GWK ini bisa menjadi saksi sejarah dari berlangsungnya event internasional IMF yang sangat berpengaruh di dunia.
Akhir kata, perjalanan pesona patung di tiga negara Asia ini harus terhenti. Saya pun kembali ke kampung halaman untuk me-review dan mengkilas balik perjalanan saya. Kalau saya bandingkan secara objektif, bukan karena saya warga negara Indonesia, tetap buat saya patung GWK adalah yang termegah di antara ketiga pesona patung Asia. Bukan pula karena masih baru dan dirancang up to date dengan kondisi zaman ini, tapi memang patung GWK merupakan maha karya yang dirancang oleh anak bangsa dan dibentuk dari satu per satu keping pahatan tembaga dan baja. Semuanya membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kerja keras. Sungguh saya salut dengan patung GWK, ini patut kita banggakan lho! Yuk, kita berkunjung lagi ke GWK, belum puas rasanya kemarin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar