Kamis, 05 Maret 2020

4.556 Warga Ini Terancam Penghasilannya Jika Komodo Ditutup

Gubernur NTT Viktor Laiskodat mewacanakan penutupan Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Jika dilakukan, ribuan orang akan terdampak penghasilannya.

Hal itu diketahui dari rilis resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jumat (25/1/2019). Pamor TN Komodo yang menanjak memang sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi di sana.

"Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN Komodo telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat dan wilayah di sekitarnya," kata Direktur Jenderal KSDAE Kementerian LHK, Wiratno dalam pernyataan tersebut.

Dijelaskan Wiratno, rantai ekonomi tersebut berpengaruh pada penghidupan 4.556 jiwa masyarakat. Warga terdampak tersebar di Desa Komodo (1.725 jiwa), Desa Papagaran (1.252 jiwa), dan Desa Pasir Panjang (1.579 jiwa).

"Khususnya masyarakat dari Desa Komodo yang sebagian besar terlibat dalam kegiatan wisata," imbuh dia.

Tak hanya masyarakat lokal, pihak-pihak yang menyediakan akomodasi pun akan terdampak pula. Juga pemangku wisata lainnya pun demikian.

"Rantai ekonomi berdampak pada penghidupan masyarakat pelaku wisata, antara lain tour operator yang mengoperasikan 157 kapal wisata, keterlibatan 94 guide dari masyarakat lokal, tingkat hunian 1.136 kamar hotel, lahirnya 4 hotel berbintang," jelas Wiratno.

UNWTO: Jumlah Turis Internasional Tumbuh Lebih Cepat dari Target

Jumlah wisatawan global tumbuh lebih cepat dari perkiraan United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Target 2020 sudah dicapai tahun 2018, artinya jumlah traveler meningkat pesat.

Melansir CNN travel, Jumat(25/1/2019), tahun lalu adalah tahun yang sangat baik untuk pariwisata internasional. Hal ini didasarkan laporan terbaru dari UNWTO, salah satu badan dari PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) yang menangani masalah pariwisata.

Pada tahun 2018, ada 1,4 miliar pergerakan wisatawan internasional. Sebuah angka di mana UNWTO tidak perkirakan akan mencapai pariwisata global hingga tahun 2020.

"Pertumbuhan pariwisata dalam beberapa tahun terakhir menegaskan bahwa sektor ini, saat ini, adalah salah satu pendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang paling kuat," kata Sekretaris Jenderal UNWTO, Zurab Pololikashvili dalam sebuah pernyataan.

Perkiraan jangka panjang dari UNWTO pada 2010 memperkirakan 1,4 miliar kedatangan internasional pada tahun 2020. Dicapai dalam dua tahun lebih awal dari perkiraan, hal itu karena pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, pembuatan visa yang lebih mudah dan biaya transportasi udara yang lebih terjangkau.

Pariwisata ke Timur Tengah dan Afrika tumbuh di atas rata-rata dunia, yakni sebesar 6%, dengan peningkatan 10% di Timur Tengah dan lonjakan 7% untuk Afrika. Asia Pasifik dan Eropa tumbuh sebesar 6%.

Sedang turis ke Amerika tumbuh di bawah rata-rata dunia, dengan peningkatan 3%. Untuk kedatangan internasional di Amerika Tengah dan Karibia turun 2%, terpukul oleh dampak badai Irma dan Maria yang menerjang pada September 2017.

Prakiraan UNWTO untuk pariwisata internasional pada tahun 2019 diharapkan akan sejalan dengan tren pertumbuhan sebelumnya sebesar 3-4%. Ketidakpastian Brexit, perlambatan ekonomi dan ketegangan geopolitik juga perdagangan bisa menyebabkan traveler untuk menunggu hasilnya.

Namun, harga bahan bakar yang stabil, konektivitas udara yang lebih baik dan tingginya traveler negara berkembang dianggap sebagai indikator positif untuk 2019. UNWTO adalah badan PBB yang mempromosikan pariwisata berkelanjutan, bertanggung jawab dan dapat diakses secara universal.

Berikut data kedatangan turis internasional pada 2018:
Total: 1,4 miliar meningkat 6%
Timur Tengah: 64 juta meningkat 10%
Afrika: 67 juta juta meningkat 7%
Asia dan Pasifik: 343 juta meningkat 6%
Eropa: 713 juta meningkat 6%
Benua Amerika: 217 juta meningkat 3%. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar