Nasib sial menimpa seorang traveler di Inggris. Tanpa sadar, dia memakan habis makanan pesawat yang sudah kadaluarsa seminggu. Beruntung dia tidak sakit perut.
Makanan pesawat sering jadi penyelamat kalau sedang kelaparan di atas udara. Namun tidak dengan Paul Wilkinson, traveler berkebangsaan Inggris. Makanan pesawat yang dimakan Paul ternyata sudah kadaluarsa seminggu.
Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Senin (21/1/2019), cerita bermula ketika Paul traveling dari Tenerife di Spanyol menuju ke London, Inggris pada Minggu (13/1) lalu dengan menggunakan maskapai Jet2.
Di tengah perjalanan, Paul memesan Chicken Tikka Masala seharga 7,5 Poundsterling (setara Rp 137 ribuan). Tanpa curiga, Paul pun memakan sajian yang sudah dipesannya sampai habis tak bersisa.
Tapi alangkah terkejutnya Paul saat memeriksa kemasan makanan tersebut. Di sana, tertera tanggal kadaluarsa 5 Januari 2019. Itu berarti Chicken Tikka Masala yang Paul makan sudah kadaluarsa seminggu.
Paul pun menuangkan kekesalannya lewat cuitan di Twitter. Paul berpesan kepada traveler lainnya agar lebih berhati-hati dan memeriksa dulu tanggal kadaluarsa makanan yang akan dikonsumsi.
Sementara itu, juru bicara maskapai Jet 2 meminta maaf terkait insiden ini. Pihak Jet2 akan menyampaikan ini ke pihak katering dan siap apabila Paul mengajukan refund.
"Kami ingin meminta maaf kepada Paul, dan akan menyampaikan masalah ini ke supplier kami. Kami tentu saja akan mengembalikan uang Paul jika dia tidak senang dengan makanan pesawat kami," ujar juru bicara Jet2 seperti ditulis media The Sun.
Orang Labuan Bajo: Kalau TN Komodo Ditutup, Kami Mau Makan Apa?
Gubernur NTT Viktor Laiskodat berencana menutup Taman nasional (TN) Komodo selama 1 tahun. Hal itu mendapat pertentangan dari masyarakat Labuan Bajo.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat rencananya akan menutup Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Didasari oleh kondisi habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores itu sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo yang kecil sebagai dampak dari berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo.
Namun hingga kini, baik dari pihak TN Komodo dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai aktivitas di TN Komodo masih berlangsung normal. Serta penutupan itu pun masih sebatas wacana.
Ardi, salah seorang masyarakat Labuan Bajo mengungkapkan bahwa pemberitaan tersebut sudah ramai di Labuan Bajo. Menurut dia, banyak masyarakat yang tidak setuju atas rencana penutupan TN Komodo.
"Hampir semua masyarakat menolak. Jika ditutup selama 1 tahun, kita orang Labuan Bajo dan penduduk di Pulau Komodo mau makan apa?" kata Ardi kepada detikTravel, Senin (21/1/2019).
Yang dimaksud Ardi adalah, TN Komodo sudah menjadi destinasi wisata dan masyarakat di sekitarnya sudah menggantungkan hidup di sektor pariwisata. Maka jika ditutup taman nasionalnya, pemasukan ekonomi masyarakat juga akan berkurang.
"Penduduk di Pulau Komodo banyak yang menjual suvenir dan menawarkan homestay. Orang-orang di Labuan Bajo, menyewakan kapal kepada wisatawan. Setiap tahun selalu ramai kunjungan wisatawan yang mana itu menjadi pemasukan ekonomi buat kita," paparnya.
Menurut Ardi, selama ini tidak pernah ada masalah terkait pariwisata dan habitat komodo. Jika penutupan dikarenakan habitat rusa menurun akibat perburuan ilegal, berarti masalah keamanan harus diperketat.
"Belum pernah ada masalah antara wisatawan dengan komodo. Selama pariwisata jalan, habitat komodo juga baik-baik saja. Kalau masalahnya karena habitat rusa turun, berarti keamanan harus diperketat. Tidak perlu sampai ditutup taman nasionalnya selama 1 tahun," tutup Ardi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar