Rabu, 04 Maret 2020

Terpesona Kota Tua Ipoh yang Menawan

 Malaysia bukan cuma punya batu cave. Di sana juga ada kota tua cantik nan eksotis, inilah Ipoh yang jadi ibukota Kerajaan Perak.

Akhir pekan memang waktu yang tepat untuk jalan-jalan ke negeri jiran, terlebih setelah penat melaksanakan tugas luar kota ke Batam. Tujuan saya kali ini adalah Ipoh dan Kuala Kangsar karena kota ini relatif jarang dikunjungi oleh wisatawan Indonesia.

Selain itu Ipoh terkenal sebagai kota eks-tambang timah, seperti Kep. Babel, namun sekarang menjadi ibukota Kerajaan Perak yang menjadi bagian dari Federasi Malaysia.

Dari Batam saya naik ferry menuju Stulang Laut, lalu perjalanan dilanjutkan ke Terminal Larkin Sentral, Johor Bahru. Dari terminal inilah seluruh bis tujuan kota-kota besar di Malaysia diberangkatkan.

Sebenarnya sih ingin naik kereta api, namun karena tidak ada rute langsung ke Ipoh terpaksa saya harus naik bis menuju KL sebelum berganti kereta ke Ipoh.

Dari Johor kurang lebih lima jam perjalanan melalui Lebuh Raya Utara Selatan (Jalan Tol Trans Semenanjung Malaya) menuju TBS (Terminal Bersepadu Selatan) di KL. Lalu perjalanan dilanjutkan menggunakan komuter ke stasiun KL Sentral sebelum menaiki kereta api ETS ke Ipoh.

Seperti di Indonesia, tiket KA di Malaysia juga harus dipesan jauh hari, dan sayapun dapat tiket malam hari karena baru pesan tiga hari sebelum perjalanan.

Perjalanan dimulai pukul 21.10 dan tiba pukul 00.30 waktu setempat di stasiun Ipoh. Gerbongnya sendiri agak mirip Kereta Premium Ekonomi KAI, namun dibuat seperti kereta komuter jarak jauh, jadi tidak ada loko tersendiri melainkan menggunakan tenaga listrik untuk menghela kereta.

Modelnya mirip Shinkansen namun kecepatannya maksimal hingga 140 km per jam karena kondisi rel dan jalur yang dilalui tidak aman untuk kecepatan lebih dari itu.

Setiba di Ipoh saya langsung kagum dengan bangunan stasiun tua yang masih dipertahankan, mirip seperti stasiun Gubeng. Bangunan ini dibangun pada masa penjajahan Inggris dari tahun 1914 hingga 1917. Dijuluki sebagai Taj Mahal oleh penduduk lokal karena bentuknya yang mirip ikon wisata India tersebut.

Di depan stasiun juga terdapat bangunan tua Dewan Bandaraya Ipoh. Ini semacam gedung pertemuan atau aula untuk menyelenggarakan acara besar seperti pernikahan atau konferensi.

Awalnya bangunan ini didirikan sebagai kantor pos oleh arsitek yang sama dengan pembangun stasiun kereta api Ipoh, A.B. Hubback pada tahun 1914-1916. Seiring perkembangan zaman, fungsi bangunan ini berubah menjadi kantor polisi, sebelum akhirnya menjadi aula, termasuk saat Kongres Parti Kebangsaan Melayu tahun 1945.

Saya sendiri menginap tak jauh dari stasiun, tepatnya di jantung kota tua Ipoh. Esok paginya saya mulai menyusuri kota tua sambil menikmati kopi pagi di sebuah kedai.

Uniknya kedai-kedai kopi yang terhampar di area kota tua pelanggannya hampir semua keturuan Tionghoa, termasuk pemiliknya. Saya sendiri jadi agak risih karena satu-satunya tamu berkulit sawo matang, dan hanya ada satu dua turis asing bule di dalamnya.

Seperti Penang dan Malaka, kota tua Ipoh relatif masih terpelihara dengan baik, nyaris tak ada perubahan bentuk bangunan kecuali papan nama dan beberapa aksesoris yang menempel pada bangunan.

Saya juga baru tahu ternyata kedai kopi terkenal Old Town White Coffee berasal dari sini, dan sayapun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati kopi lagi setelah berkeliling kota tua.

Selain bangunan pertokoan, terdapat juga bangunan tua sekolah St. Michel dan Masjid India yang terletak bersebelahan, tepat di depan alun-alun kota atau disebut Padang Ipoh. Nyaris tak ada bangunan baru di kawasan kota tua, kecuali beberapa hotel dan perkantoran yang diizinkan untuk dipugar menjadi bangunan modern.

Sebelum kembali ke penginapan, saya sempatkan mampir di Tugu Peringatan Birch untuk mengenang Residen pertama Inggris untuk Ipoh, James W.W. Birch yang terbunuh dalam perang melawan Kesultanan Perak. Tugu ini terletak persis di belakang bangunan Dewan Bandaraya Ipoh dan di sebelahnya terdapat medan selera alias food court.

Ipoh juga dikenal akan muralnya, namun saya tak sempat melihat seluruh mural yang terhampar di dinding-dinding bangunan tua. Hanya beberapa mural saja yang sempat saya ambil gambarnya karena kebetulan dilewati saat berkeliling kota tua.

Setelah sekitar tiga jam berkeliling kota tua, saya kembali ke penginapan untuk besiap-siap check out menuju Kuala Kangsar. Dari penginapan saya berangkat ke terminal Medan Kidd yang letaknya tak jauh dari stasiun Ipoh untuk menunggu bis tujuan Kuala Kangsar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar