Pasti ada keadaan di mana pilot atau co-pilot tidak bisa melihat landasan untuk mendarat biasanya gara-gara cuaca. Ternyata, ada teknologinya.
Melansir CNN Travel, Rabu (30/1/2019), kejadian ini pernah dialami oleh penerbangan di Vancouver. Pendaratan berjalan lancar meski ada awan rendah di sekitar bandara.
Saat pesawat mendarat di landasan dan mulai melambat, keadaan di luar jendela hanyalah cahaya putih, lampu tepi. Karena landasan atau bandara diselimuti awan tebal.
Bagaimana pilot bisa mendarat dengan aman dalam cuaca demikian? Jawabannya, pilot mendapat bantuan teknologi canggih.
Dalam penerbangan lepas tangan, berdasar pengaturan, pilot menyalakan autopilot untuk menghitung jalur lalu menggerakkan kontrol pesawat. Hal ini agar bisa terbang lurus, berbelok, menanjak atau menurun mengikuti rencana penerbangan tertentu.
Kontrol ini dapat diubah-ubah, bagian aerodinamis pada sayap dan ekor pesawat yang memungkinkan pilot mengendalikan pesawat. Autopilot pesawat pertama dikembangkan lebih dari seabad yang lalu oleh Lawrence Sperry dari Amerika, yang ia pamerkan di Prancis pada tahun 1914.
Pada tahun 1937, eksperimen Korps Udara Angkatan Darat AS dalam sistem pendaratan otomatis mampu mendaratkan pesawat pertama dan berhasil. Namun teknologi itu belum matang hingga 1960-an ketika British European Airways (BEA), cikal bakal British Airways mulai terbang dengan pendaratan otomatis menggunakan Hawker Siddeley HS-121 Trident dalam penerbangan jarak pendeknya.
Karena kondisi cuaca yang sering buruk di Inggris dan Eropa, mendorong penyematan kemampuan Trident untuk melakukan pendaratan buta. Juga memungkinkan BEA untuk mempertahankan jadwal penerbangannya.
Lima puluh tahun kemudian, hampir setiap pesawat modern dari pesawat regional terkecil hingga pesawat berbadan lebar terbesar memiliki kemampuan autoland. Ketika awan mengelilingi bandara, pilot telah dapat menemukan jalur ke landasan menggunakan Instrument Landing System (ILS).
Pemancar yang ditanam di tanah memproyeksikan satu sinar radio lurus ke bawah di tengah landasan dan yang lain miring berukuran tiga derajat. Saat mendekat akan ada tampilan pada panel pesawat yang menunjukkan ke pilot apakah pesawat berada di kiri atau kanan landasan, dan di atas atau di bawah jalur penurunan, yang disebut glideslope.
Agar pendaratan aman, pilot harus dapat melihat landasan pacu pada ketinggian tertentu (decision height-DH). Visibilitas horizontal minimum juga harus ditentukan, disebut Runway Visual Range, atau RVR dan pemberian informasi ke pilot sebelum mendekati bandara.
Di DH, jika pilot tidak dapat melihat area landasan pacu yang mencakup lampu landasan, pesawat terbang lebih rendah dan coba melihat lagi atau pergi ke bandara dengan cuaca yang lebih baik. Secara umum, ketinggian minimum pesawat mendekat setidaknya 60 meter di atas tanah, tergantung pada lokasi bandara dan daerah sekitarnya dengan peralatan tambahan di pesawat dan sistem ILS yang dikalibrasi dengan tepat, minimum dapat turun hingga 30 meter.
ILS ditentukan berdasarkan kategori. CAT I memiliki minimum tertinggi, CAT II lebih rendah, dan CAT III memutuskan ketinggian nol dan visibilitas nol atau autoland dan pendaratan yang sebenarnya.
Pesawat pertama yang disertifikasi untuk menerbangkan pendekatan zero-zero adalah Lockheed L-1011 TriStar, pada 1970-an. Pesawat berbadan lebar itu dilengkapi dengan autopilot Collins Aerospace dan terus diperbarui sistem canggihnya, teknologi yang dapat diaplikasikan ke banyak pesawat, termasuk Boeing 737MAX dan 777X mendatang, serta Airbus A220.
Tetapi ini bukan hanya tentang teknologi berbasis komputer, jelas Craig Peterson, Senior Director of Commercial Systems Marketing for Collins Aerospace. Keterlibatan awak pesawat adalah kunci dalam pengoperasian autoland.
Tidak hanya fasilitas bandara dan pesawat yang perlu disetujui untuk operasi autoland, awak pesawat juga perlu dilatih dan disertifikasi untuk melaksanakannya. Sistem autoland adalah sistem kompleks berintegritas tinggi karena sifatnya yang amat penting terhadap keselamatan dan awak pesawat harus terus memantau operasi dan kinerja sistemnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar