Selasa, 02 Juni 2020

Kekebalan Virus Corona Disebut Hanya Bertahan 6 Bulan

Metode penyembuhan virus Corona, baik obat atau vaksin, masih belum tersedia hingga kini namun tetap tidak menghentikan berbagai negara untuk melonggarkan lockdown demi 'menyelamatkan' perekonomian mereka. Pelonggaran ini dikhawatirkan ahli memicu gelombang kedua virus Corona karena antibodi COVID-19 hanya bertahan 6 bulan.
Dalam studi dari kelompok di Amsterdam, orang mungkin terinfeksi ulang COVID-19 setelah enam bulan. Penelitian dengan judul Human Coronavirus Reinfection Dynamics: Pelajaran untuk SARS-CoV-2 yang diunggah di situs medRxiv menuliskan bahwa 'durasi kekebalan yang sangat pendek terhadap virus Corona ditemukan'.

"Kami melihat adanya reinfeksi yang sering terjadi pada 12 bulan pasca infeksi dan pengurangan tingkat antibodi setelah 6 bulan pasca infeksi," tulis studi tersebut dikutip dari Medical Daily.

Studi ini memantau kondisi 10 subjek untuk menentukan tingkat antiobodi setelah mengalami infeksi dari empat jenis penyakit yang disebabkan oleh virus Corona. Penelitian ini dilakukan selama 35 tahun, dari 1985 hingga 2020. Mereka menyebut empat jenis virus Corona tersebut secara biologis berbeda dan tidak memiliki banyak kesamaan selain menyebabkan flu.

"Namun tampaknya mereka semua mengakibatkan kekebalan jangka pendek dengan kehilangan antibodi yang cepat," tambah peneliti.

Terkait hal ini, beredar diskusi mengenai 'herd immunity' atau kekebalan kelompok. Konsep ini telah terbukti efektif di beberapa virus termasuk hepatitis dan influenza berkat vaksin.

Namun jika studi yang dilakukan oleh peneliti Amsterdam terbukti kebenarannya maka mencapai kekebalan kelompok sangat sulit untuk virus Corona karena hilangnya antibodi dan perlindungan yang sangat cepat.

Oleh karena itu para ahli menganggap usulan beberapa negara untuk menerapkan 'paspor imunitas' kepada orang-orang yang telah sembuh dari COVID-19 dan diberikan keleluasaan untuk melakukan perjalanan adalah hal yang membahayakan.

"Karena kekebalan dapat hilang setelah 6 bulan pasca infeksi, prospek mencapai kekebalam kelompok oleh infeksi alami tampaknya sangat tidak mungkin," pungkasnya.

Virus Corona Disebut Semakin 'Lemah', WHO Minta Bukti Ilmiahnya

Beberapa waktu lalu, seorang dokter senior Italia sekaligus kepala Rumah Sakit San Raffaele di Milan, Alberto Zangrillo mengatakan bahwa virus Corona baru kini kehilangan potensinya. Menurutnya, virus penyebab COVID-19 ini sudah tidak semematikan saat awal-awal menyebar.
"Pada kenyataannya, virus ini secara klinis tidak ada lagi di Italia. Dari tes swab yang dilakukan selama 10 hari terakhir ini menunjukkan viral load secara kuantitatif hasilnya sangat kecil, dibandingkan dengan 1-2 bulan lalu," ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menangkis pernyataan Zangrillo. Ahli epidemologi WHO, Maria Van Kerkhove, dan beberapa ahli lain mengatakan pernyataan Zangrillo tidak didukung bukti ilmiah.

Mereka menyebut bahwa pernyataan Zangrillo tidak disertai dengan data yang menunjukkan virus Corona itu sudah berubah secara signifikan. Baik dari segi penularan atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

"Dalam hal penularan, itu tidak berubah. Dalam hal keparahan, itu juga tidak berubah," kata Van Kerkhove yang dikutip dari South China Morning Post, Selasa (2/6/2020).

Pemerintah Italia juga mendesak untuk menunggu terlebih dulu bukti ilmiah tentang virus Corona. Mereka merasa terlalu dini untuk mengklaim negaranya sudah menang dari virus.

"Perlu menunggu bukti ilmiah yang mendukung bahwa virus telah hilang. Saya akan mengundang mereka (para ahli) agar tidak membingungkan warga Italia lagi," jelas Sandra Zampa, salah satu pejabat di Kementerian Kesehatan Italia.
http://cinemamovie28.com/death-note-episode-24/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar