Jumat, 19 Juni 2020

Perempuan Diduga Dokter Telanjang di Surabaya, Kok Malah Difoto Sih?

Di media sosial, viral video yang menunjukkan sosok seorang perempuan sedang telanjang di jalanan kota Surabaya. Satu akun Twitter yang mengunggah video berdurasi 44 detik tersebut menyebut perempuan itu adalah seorang dokter di Surabaya yang mengalami masalah mental.
Kanit Reskrim Polsek Tambaksari Iptu Didik Ariawan mengaku belum mengetahui perihal video tersebut. Alasannya karena selama ini belum ada aduan dari atau laporan terkait peristiwa.

"Belum monitor. Laporan dari masyarakat juga belum ada yang masuk. Kejadiannya juga sudah lama ya sudah sekitar dua mingguan," kata Didik kepada detikcom, Kamis (18/6/2020).

Menanggapi kejadian viralnya wanita telanjang ini, ahli kesehatan jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ, dari RS dr. H. Marzoeki Mahdi di Bogor mengatakan seharusnya orang-orang segera hubungi petugas dari dinas sosial atau aparat keamanan. Jangan melakukan tindakan yang malah bisa melecehkan harkat dan martabat.

"Mari kita juga menghindari memberikan stigma dan diskriminasi bagi orang dengan gangguan jiwa karena mereka dan keluarganya sudah cukup menderita dengan gangguan jiwa yang dialaminya," kata dr Lahargo saat dihubungi terpisah.

"Bila melihat dan menemukan orang dengan gangguan jiwa, segeralah menghubungi dinas sosial, aparat keamanan, atau pemerintahan setempat agar bantuan dapat segera diberikan. Hindari melakukan hal-hal yang melecehkan dan merendahkan harkat serta martabat mereka sebagai manusia," lanjutnya.

Menurut pengakuan Ketua RT setempat, Darojat, perempuan tersebut memang diketahui pernah mengalami masalah depresi. Ia membantah isu viral sang perempuan mengalami gangguan mental karena suami dan anaknya meninggal terinfeksi virus Corona COVID-19.

"Tidak benar kalau meninggal karena Corona. Anak dan suaminya masih hidup dan dalam keadaan baik," kata Darojat.

Identitas Virus Corona RI Terungkap, Tak Semua Beda dengan Virus di Wuhan

Para ahli di dunia menemukan virus Corona COVID-19 sering bermutasi. Bahkan suatu studi sempat menyebut ada mutasi baru dari virus Corona yang membuat lebih mudah menular 10 kali lipat.
Namun bagaimana dengan jenis virus Corona di Indonesia? Samakah dengan virus Corona di Wuhan, tempat pertama kali virus Corona COVID-19 mewabah atau lebih ganas?

Ahli virologi Universitas Udayana Prof Ngurah Mahardhika menjelaskan jenis-jenis virus Corona di Indonesia. Disebutnya, ada yang persis dengan virus Corona di Wuhan, adapula yang memiliki perbedaan dengan di Wuhan.

"Kita lihat bahwa ada beberapa virus yang bahkan persis dengan Wuhan, ada yang beda tetapi tidak banyak," jelas Prof Ngurah di siaran langsung BNPB melalui kanal YouTube Kamis (18/6/2020).

Beberapa yang memiliki perbedaan dengan virus Corona di Wuhan diartikan Prof Ngurah bukan kemudian menjadi ganas. Hal ini diyakini karena perbedaan tidak terdapat pada binding site.

Menurut Prof Ngurah, jika jenis virus Corona di Indonesia memiliki perbedaan pda binding site akan ada kemungkinan bahwa virus Corona menjadi lebih ganas. Kabar baiknya, menurut data yang sangat terbatas saat ini tidak ditemukan perbedaan pada binding site.

"Tetapi virus (Corona) di Indonesia agak berbeda dengan Wuhan tetapi tidak pada reseptor pada binding site. Kalau berubah di binding site-nya berarti virus ini (Corona) ganas kemudian antibodi tidak berperan dan sebagainya," lanjutnya.

Selain itu, menurut data yang sangat terbatas virus Corona COVID-19 di Indonesia disebutkan tidak memiliki keunikan. Prof Ngurah mengartikan hal ini membuat bibit vaksin di dunia bisa dipakai di Indonesia.

"Virus (Corona) Indonesia itu tidak unik, jadi bibit vaksin dari manapun di dunia akan berkhasiat di Indonesia data sementara," kata Prof Ngurah.

Meskipun dinilai tampak belum bermutasi, Prof Ngurah mengimbau masyarakat untuk tidak kemudian menyepelekan protokol aman dari virus Corona COVID-19. Sebab, bisa saja virus Corona bermutasi lebih ganas jika banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Mengapa demikian?

"Bagaimana cara agar virus tidak terus bermutasi? Caranya yang jangan sampai tertular, dan kalau sudah tertular jangan sampai menulari orang lain agar virus tidak bermutasi. Jangan kasih kesempatan virus bermutasi. Kalo bermutasi bisa lebih ganas bisa lebih ringan. Ada dua peluang itu selalu ada. Tapi kita tidak bisa atur," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar