Thailand mengumumkan transplantasi stem cell pertama di dunia yang melibatkan pasien terinfeksi virus Corona.
RS Ramathibodi, Thailand, pada Selasa (23/6) mengumumkan transplantasi stem cell yang melibatkan pasien muda terinfeksi COVID-19 yang menyumbangkan sumsum tulangnya untuk menyelamatkan kakak perempuannya berhasil.
Prof Dr Suradet Hongeng, seorang ahli transplantasi stem cell di Departemen Pediatri Fakultas Kedokteran RS Ramathibodi, mengatakan prosedur tersebut dilakukan pada bulan April lalu.
Seorang anak laki-laki bernaman Sila 'Jio' Boonklomjit menyumbangkan sel-sel batang sumsum tulang untuk menyelamatkan saudara perempuannya yang berusia tujuh tahun, Jintanakan, yang juga dikenal sebagai 'Jean', yang lahir dengan thalassemia.
"Kasus ini sangat menantang dan rumit. Tepat pada hari ketika kami harus mengumpulkan sel induk dari Jio, kami menemukan dia terinfeksi Covid-19. Itu membuat Jio menjadi pasien lain. Selain itu, kedua pasien masih muda, lima dan tujuh tahun Jadi, setiap langkah harus dilakukan dengan perhatian khusus," tutur Dr Suradet dikutip dari Bangkok Post.
Pengumpulan sel-sel induk dari sumsum tulang memiliki risiko tinggi, terlebih jika donor terinfeksi virus Corona. Prosedurnya juga meningkat karena Jio harus dikarantina. Selain itu ada masalah keselamatan bagi tenaga medis selama operasi berlangsung.
Namun terlepas dari risiko infeksi COVID-19 Jio, dokter juga harus berpacu melawan waktu karena meski Jean sudah siap untuk kemoterapi, ia memiliki kekebalan tubuh yang rendah. Tanpa transplantasi sel induk, hidupnya akan berada dalam bahaya besar.
Transplantasi dilakukan oleh Prof Dr Usanarat Anurathapan, dari Fakultas Kedokteran di Rumah Sakit Ramathibodi, Universitas Mahidol. Ia mengatakan tidak mudah untuk menemukan donor sel punca lain untuk Jean karena jarang menemukan sel yang kompatibel dari donor yang tidak terkait secara genetik.
Dokter mengatakan bahwa keluarga itu sangat beruntung karena hanya ada 25 persen kemungkinan saudara kandung memiliki tipe jaringan yang sama.
"Saat ketika kami menemukan bahwa sel-sel induk bebas dari Covid-19 dan transplantasi ke Jean berhasil, itu tidak hanya membawa sukacita menyelamatkan hidup saudara kandung, tetapi juga menandai tonggak sejarah lain dalam perawatan pasien," senut Dr Usanarat.
Ahli Ingatkan Terapi Plasma Darah Bukan untuk Cegah Virus Corona
Banyak rumah sakit yang saat ini mulai melakukan terapi plasma konvalasen atau donor plasma darah bagi pasien yang terinfeksi virus Corona. Terapi ini diketahui sebagai salah satu alternatif pengobatan yang diberikan ke pasien dengan kondisi berat.
Pada umumnya prinsip terapi plasma konvalasen adalah pemberian plasma darah pasien yang sudah dinyatakan sembuh virus Corona kepada pasien yang masih dalam pengobatan. Sebab, pasien yang sudah dinyatakan sembuh diketahui memiliki antibodi terhadap virus tersebut.
Namun perlu diingat, terapi plasma konvalasen ini sifatnya pengobatan untuk pasien dengan gejala berat. Bukan sebagai pencegahan terhadap terinfeksi virus Corona. Terlebih hingga saat ini belum terdapat obat khusus untuk mengobati pasien virus Corona secara spesifik.
"Plasma konvalesen ini adalah salah satu pilihan karena obat khusus untuk COVID-19 ini belum ada. Walaupun ada, obat-obat yang diberikan sekarang sifatnya empiris," ujar dr Erlina Burhan, SpP, ahli paru dari RSUP Persahabatan, dalam siaran langsung di BNPB, Jumat (26/6/2020).
"Plasma konvalesen salah satunya yang akan kita berikan untuk pasien dalam kondisi yang berat," sambungnya.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, menyebut terapi plasma konvalasen ini merupakan imunisasi pasif dan bukan pengganti vaksin untuk pasien virus Corona. Terapi plasma konvalasen ini diharapkan dapat membantu mempercepat kesembuhan pasien yang terinfeksi virus Corona.
"Jadi plasma konvalesen ini adalah terapi jadi sekali lagi bukan pencegahan. jadi dia tidak menggantikan vaksin," ujar Prof Amin dalam siaran langsung BNPB pada Jumat (26/6/2020).
https://indomovie28.net/secret-love-my-friends-mom-2-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar