Di tengah pandemi Corona, Indonesia masih dalam intaian penyakit demam berdarah dengue (DBD). Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat ada 68 ribu kasus DBD di seluruh wilayah Indonesia.
Uniknya, nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue ini memiliki waktu tersendiri dalam beraktivitas. Karena itu, penting bagi kita untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit DBD.
"Dia senangnya gigitnya pada pagi hari. Jadi antara jam 10 sampai jam 12 pas masa-masanya anak lagi sekolah, kadang kenanya di situ atau sebelum magrib jam 4 sampai 5 sore," kata ahli infeksi dan pediatri tropik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Mulya Rahma Karyanti, Spa(K), di siaran langsung BNPB melalui kanal YouTube, Senin (22/6/2020).
dr Mulya juga menjelaskan, saat ini DBD lebih banyak menginfeksi orang di usia remaja, dibandingkan dengan yang sudah lanjut usia.
"Demam berdarah bisa menyerang semua kelompok umur, cuma saat ini kita trennya lebih banyak ke arah remaja. Jadi remaja itu banyak sekali yang datang dalam fase kritis," jelasnya.
Berdasarkan data Kemenkes RI di tahun 2020, pasien DBD di usia di bawah 1 tahun sebanyak 4,28 persen, usia 1-4 tahun mencapai 18,62 persen, usia 5-14 tahun sebanyak 31,85 persen, usia 15-44 tahun mencapai 34,22 persen, dan usia di atas 44 tahun sebanyak 11,02 persen.
Bagaimana Caranya Bedakan Sakit Kepala karena Corona dengan Migrain?
Meski tidak umum, sakit kepala menjadi salah satu gejala virus Corona COVID-19. Bagaimana kita mengetahui sakit kepala yang dirasakan karena Corona atau tidak?
Dikutip dari CNN International, ada perbedaan antara sakit kepala karena virus Corona COVID-19, jika dibandingkan dengan sakit kepala migrain. Apa saja perbedaannya?
Sakit kepala karena virus Corona COVID-19
Dr Merle Diamond, presiden dan direktur pelaksana dari Diamond Headache Clinic Chicago menjelaskan sakit kepala karena virus Corona COVID-19 disertai gejala lain seperti batuk, demam, dan sensasi nyeri di kepala seperti 'sangat tertekan'.
"Sensasi itu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh kita bereaksi sebagai respons terhadap virus Corona, melepaskan bahan kimia yang disebut sitokin. Sitokin menghasilkan peradangan, yang dirasakan sebagai rasa sakit oleh korteks serebral otak," jelas Diamond.
Gejala sakit kepala dalam kasus virus Corona COVID-19 disebut sering terjadi pada pasien Corona dengan kondisi kritis. "Ada beberapa gangguan sakit kepala yang sangat buruk dengan virus Corona COVID-19," kata Colman.
"Masih terlalu dini untuk mengetahui secara pasti, tetapi sepertinya pasien yang sangat sakit seperti memiliki paru-paru yang sangat sakit dan benar-benar berjuang di ICU cenderung menjadi orang yang mendapatkan komplikasi neurologis kompleks yang lebih serius," lanjut Colman.
Sakit kepala karena migrain
Sementara pada sakit kepala karena migrain jauh berbeda. Disebutkan bahwa sakit kepala karena migrain rasa sakitnya seperti berdenyut sehingga kepala terasa berat.
"Lalu ada mabuk migrain. Bagi banyak pasien bagian sakit dari sakit kepala mereka mungkin bertahan delapan jam, 12 jam, 14 jam, tetapi setelah sakit kepala itu hilang, mereka mengalami kekeruhan kognitif," jelas Diamond.
"Mereka lesu, mudah tersinggung, mereka mungkin masih terus memiliki sensitivitas cahaya atau mual. Seluruh proses untuk beberapa migrain dapat berlangsung beberapa hari," pungkas Diamond.
https://nonton08.com/inazuma-eleven-episode-1-subtitle-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar