Meski tidak umum, sakit kepala menjadi salah satu gejala virus Corona COVID-19. Bagaimana kita mengetahui sakit kepala yang dirasakan karena Corona atau tidak?
Dikutip dari CNN International, ada perbedaan antara sakit kepala karena virus Corona COVID-19, jika dibandingkan dengan sakit kepala migrain. Apa saja perbedaannya?
Sakit kepala karena virus Corona COVID-19
Dr Merle Diamond, presiden dan direktur pelaksana dari Diamond Headache Clinic Chicago menjelaskan sakit kepala karena virus Corona COVID-19 disertai gejala lain seperti batuk, demam, dan sensasi nyeri di kepala seperti 'sangat tertekan'.
"Sensasi itu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh kita bereaksi sebagai respons terhadap virus Corona, melepaskan bahan kimia yang disebut sitokin. Sitokin menghasilkan peradangan, yang dirasakan sebagai rasa sakit oleh korteks serebral otak," jelas Diamond.
Gejala sakit kepala dalam kasus virus Corona COVID-19 disebut sering terjadi pada pasien Corona dengan kondisi kritis. "Ada beberapa gangguan sakit kepala yang sangat buruk dengan virus Corona COVID-19," kata Colman.
"Masih terlalu dini untuk mengetahui secara pasti, tetapi sepertinya pasien yang sangat sakit seperti memiliki paru-paru yang sangat sakit dan benar-benar berjuang di ICU cenderung menjadi orang yang mendapatkan komplikasi neurologis kompleks yang lebih serius," lanjut Colman.
Sakit kepala karena migrain
Sementara pada sakit kepala karena migrain jauh berbeda. Disebutkan bahwa sakit kepala karena migrain rasa sakitnya seperti berdenyut sehingga kepala terasa berat.
"Lalu ada mabuk migrain. Bagi banyak pasien bagian sakit dari sakit kepala mereka mungkin bertahan delapan jam, 12 jam, 14 jam, tetapi setelah sakit kepala itu hilang, mereka mengalami kekeruhan kognitif," jelas Diamond.
"Mereka lesu, mudah tersinggung, mereka mungkin masih terus memiliki sensitivitas cahaya atau mual. Seluruh proses untuk beberapa migrain dapat berlangsung beberapa hari," pungkas Diamond.
Catat! dr Reisa Ingatkan Jangan Membawa Balita ke Mal
dr Reisa Broto Asmoro mengingatkan masyarakat terkait protokol kesehatan yang harus diperhatikan saat harus ke mal. Tidak hanya itu beberapa kelompok rentan disinggung dr Reisa untuk tidak mengunjungi mal, salah satunya adalah balita.
Menurut dr Reisa protokol tersebut harus diterapkan guna mengurangi risiko penularan dan langkah pencegahan penyebaran virus Corona COVID-19. dr Reisa pun lebih menyarankan untuk mengutamakan belanja online atau daring terlebih dahulu.
"Namun apabila terpaksa, pertimbangkan penggunaan pelindung wajah atau face shield dan masker sebagai perlindungan," jelas dr Reisa dalam siaran pers live BNPB, Senin (22/6/2020).
"Baik pedagang maupun pengunjung usahakan untuk tidak membawa sekelompok yang rentan seperti ibu hamil, balita, anak-anak, lansia, penderita penyakit penyerta, atau penyandang disabilitas yang terlibat dan lain sebagainya ke dalam pusat perbelanjaan," lanjut dr Reisa.
dr Reisa juga meminta pengelola mal untuk memberikan informasi terkait larangan masuk bagi pekerja dan pengunjung yang memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan sesak napas atau punya riwayat kontak dengan orang yang terkena COVID-19. Selain itu, dr Reisa juga mengatakan pembersihan dan disinfeksi secara berkala harus dilakukan di mal atau shopping center paling sedikit tiga kali dalam sehari.
"Pembersihan diutamakan pada area atau peralatan yang digunakan bersama seperti, pegangan pintu dan tangga, tombol lift, pintu toilet, dan fasilitas umum lainnya," pungkas dr Reisa.
Hingga saat ini total kasus positif virus Corona di Indonesia telah menyentuh angka 46 ribu kasus. Sementara itu, 18 ribu lebih kasus sembuh, dan 2.500 kasus dilaporkan meninggal dunia.
https://nonton08.com/yu-gi-oh-vrains-episode-120-subtitle-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar