- Jamur enoki kini jadi perhatian karena dikaitkan dengan wabah listeria. Jamur yang diimpor dari salah satu perusahaan asal Korea Selatan ini juga disebut terkait dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.
Sebenarnya, apa sih listeria itu?
Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) adalah spesies bakteri patogen penyebab penyakit yang bisa ditemukan di lingkungan lembab, seperti tanah, air, vegetasi yang membusuk, dan hewan. Bahkan bakteri ini bisa hidup di suhu dingin dan tindakan pengawetan makanan lainnya.
Saat seseorang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi L. monocytogenes, bisa menyebabkan penyakit yang disebut listeria atau listeriosis. Mengutip dari laman resmi Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, ada berbagai gejala listeriosis yang muncul, tergantung pada keparahan penyakitnya.
Gejala ringan yang bisa muncul, seperti demam, nyeri otot, mual, muntah, dan diare. Gejala ini bisa berkembang, seperti sakit kepala, leher kaku, kebingungan, kehilangan keseimbangan, dan kejang-kejang.
Bahkan tak jarang penyakit ini bisa mengakibatkan kematian pada orang muda, lanjut usia, dan orang dengan imunitas yang lemah.
Saat seseorang terkontaminasi, gejala-gejala itu bisa muncul dalam waktu beberapa jam atau 2-3 hari setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri. Kondisi itu bisa berkembang semakin parah dalam waktu tiga hari hingga tiga bulan.
Bagaimana cara mencegahnya?
Untuk mencegah infeksi penyakit ini, bisa dengan memperlambat pertumbuhan bakteri L. monocytogenes dengan mengatur kulkas hingga 4 derajat Celcius dan freezer hingga -18 derajat Celcius.
Adapun langkah-langkah yang dianjurkan FDA untuk mengantisipasi adanya bakteri tersebut, yaitu:
- Bersihkan isi kulkas, talenan, dan peralatan lain yang bisa mengkontaminasi makanan. Caranya bisa bersihkan dengan larutan kaporit pada air hangat. Setelah itu, keringkan dengan kain atau tisu bersih.
- Bersihkan segala macam noda dan kotoran yang ada di dalam kulkas.
- Cuci tangan dengan air hangat dan sabut setidaknya selama 20 detik, sebelum dan sesudah menangani makanan, atau setelah membersihkan peralatan seperti kulkas.
- Pada wanita hamil, orang tua, dan orang dengan imunitas lemah harus menghindari makanan tertentu, seperti susu dan keju yang tidak dipasteurisasi, kecambah mentah, ikan mentah, dan beberapa makanan mentah lainnya yang berisiko tinggi terkontaminasi L. monocytogenes.
- Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dari hewan ke manusia, jaga kebersihan alat-alat yang digunakan untuk memberi makan binatang peliharaan.
Masker Disebut Kurangi Tingkat Kematian karena Corona Hingga 70 Persen
Sebuah penelitian di Jepang mengatakan menggunakan masker bisa mengurangi tingkat kematian akibat virus Corona COVID-19. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Klinik Miyazawa di Hyogo dan Universitas Houston-Victoria, menggunakan model komputer yang mereka ciptakan.
Dengan model komputer tersebut, mereka bisa melihat berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kematian akibat COVID-19 di berbagai negara. Hasilnya, dengan menggunakan masker sejauh ini bisa mengurangi tingkat kematian sebesar 70 persen.
"Menggunakan masker diprediksi bisa untuk mengurangi tingkat kematian. Semakin cepat orang menggunakannya, maka akan semakin baik," kata para peneliti yang dikutip dari South China Morning Post, Kamis (25/6/2020).
Hampir 80 persen kematian karena COVID-19 yang dilaporkan pada awal Juni dikaitkan dengan orang yang enggan menggunakan masker, sejak pertengahan Maret lalu. Studi yang dilakukan peneliti dari Universitas Cambridge, Inggris, pada April lalu menunjukkan masker sangat berkontribusi melawan virus Corona di semua negara Asia, kecuali di India.
Pada studi lain yang dilakukan para peneliti dari California Institute of Technology menilai bahwa menggunakan masker adalah cara paling efektif untuk mencegah penularan virus antar manusia. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mulai merekomendasikan penggunaan masker tersebut.
Selain soal masker, studi di Jepang ini juga memperhitungkan faktor lainnya yang bisa mempengaruhi tingkat kematian akibat COVID-19. Menurut penulis penelitian utama, Dr Daisuke Miyazawa, mereka juga memperhitungkan adanya faktor dari usia dan indeks massa tubuh seseorang.
Mereka menemukan bahwa orang yang mengalami obesitas menolak untuk menggunakan masker. Ini karena orang gemuk bisa menghirup udara lebih banyak dari orang biasa, sehingga kemungkinan lebih mudah merasa tidak nyaman bila harus memakai masker.
"Saat seseorang mengalami obesitas, mereka merasa lebih tidak nyaman saat menggunakan masker. Hal ini karena orang dewasa yang mengalami obesitas atau gemuk rata-rata menghirup 50 persen udara lebih banyak per harinya, daripada orang yang tidak gemuk," jelasnya.
https://cinemamovie28.com/astro-boy-tetsuwan-atom-episode-29/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar