Selasa, 02 Juni 2020

Virus Corona Disebut Semakin 'Lemah', WHO Minta Bukti Ilmiahnya

Beberapa waktu lalu, seorang dokter senior Italia sekaligus kepala Rumah Sakit San Raffaele di Milan, Alberto Zangrillo mengatakan bahwa virus Corona baru kini kehilangan potensinya. Menurutnya, virus penyebab COVID-19 ini sudah tidak semematikan saat awal-awal menyebar.
"Pada kenyataannya, virus ini secara klinis tidak ada lagi di Italia. Dari tes swab yang dilakukan selama 10 hari terakhir ini menunjukkan viral load secara kuantitatif hasilnya sangat kecil, dibandingkan dengan 1-2 bulan lalu," ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menangkis pernyataan Zangrillo. Ahli epidemologi WHO, Maria Van Kerkhove, dan beberapa ahli lain mengatakan pernyataan Zangrillo tidak didukung bukti ilmiah.

Mereka menyebut bahwa pernyataan Zangrillo tidak disertai dengan data yang menunjukkan virus Corona itu sudah berubah secara signifikan. Baik dari segi penularan atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

"Dalam hal penularan, itu tidak berubah. Dalam hal keparahan, itu juga tidak berubah," kata Van Kerkhove yang dikutip dari South China Morning Post, Selasa (2/6/2020).

Pemerintah Italia juga mendesak untuk menunggu terlebih dulu bukti ilmiah tentang virus Corona. Mereka merasa terlalu dini untuk mengklaim negaranya sudah menang dari virus.

"Perlu menunggu bukti ilmiah yang mendukung bahwa virus telah hilang. Saya akan mengundang mereka (para ahli) agar tidak membingungkan warga Italia lagi," jelas Sandra Zampa, salah satu pejabat di Kementerian Kesehatan Italia.

Sudah Ada Vaksinnya, Kok Wabah Ebola Bisa Muncul Lagi?

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah Ebola baru di Republik Kongo. Setidaknya ada enam kasus yang terdeteksi di kota di kota Mbandaka dengan empat di antaranya meninggal dunia.

Menteri Kesehatan Republik Kongo, Eteni Longondo, mengatakan pihaknya sudah bergerak dengan mengirimkan bantuan vaksin dan obat-obatan.

"Kami menghadapi epidemi Ebola baru di Mbandaka. Kami akan bertindak cepat mengirimkan vaksin dan obat-obatan," kata Eteni seperti dikutip dari Reuters, Selasa (2/6/2020).

Terkait hal tersebut, beberapa netizen penasaran mengapa virus yang sudah ada vaksinnya ini bisa kembali muncul?

Di halaman resmi WHO, vaksin Ebola bernama rVSV-ZEBOV sebetulnya sudah disarankan oleh para ahli untuk menangani wabah. Vaksin ini berisi virus vesicular stomatitis (VSV) yang sudah dimodifikasi sehingga berisi kode protein yang bisa menstimulasi respons imun terhadap Ebola.

Hanya saja WHO menyebut vaksin ini tidak bisa digunakan untuk imunisasi massal karena belum mendapat izin edar. Alasannya masih perlu penelitian lebih lanjut meski studi sudah awal menunjukkan vaksin tidak berbahaya dan bisa melindungi seseorang dari Ebola.

Vaksin baru bisa diberikan dalam skenario tertentu, seperti sedang ada wabah, dan hanya pada kelompok berisiko.

"Vaksin ini meski tidak mendapat izin komersil, sudah digunakan dalam 'perluasan akses' atau 'penggunaan terbatas' pada wabah Ebola di Kivu Utara. Vaksin ini juga digunakan pada wabah Ebola di Equateur bulan Mei-Juli 2018," tulis WHO.

Tanpa ada imunisasi massal maka Ebola masih berpotensi muncul dan menyebar di populasi yang tak memiliki imunitas terhadapnya.
http://cinemamovie28.com/death-note-episode-21/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar