Ngorok atau mendengkur saat tidur sering dianggap sebagai kebiasaan yang sepele bagi sebagian orang. Ada juga yang menganggap ngorok sebagai tanda tidur yang nyenyak karena terlalu lelah beraktivitas.
dr Andreas Prasadja, RPSGT, praktisi kesehatan tidur di Snoring and Sleep Disorder Clinic, mengatakan bahwa mendengkur dapat mengakibatkan hipertensi, stroke, jantung, depresi hingga kematian.
Menurut dr Andreas, ini disebabkan karena napas yang berhenti berkali-kali dengan mendengkur saat tidur. Napas yang berhenti berkali-kali saat tidur ini juga akan membuat orang terbangun berkali-kali tapi tidak sampai terjaga.
"Mendengkur saat tidur membuat napas terhenti berkali-kali dan ini sangat berbahaya, bisa menyebabkan hipertensi, stroke, jantung dan kematian," ujar dr Andreas saat ditemui di The Maj, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2020).
dr Andreas juga mengatakan, mendengkur membuat kualitas hidup menjadi buruk. Karena dengan kita terbangun berkali-kali saat tidur berarti sudah memotong proses tidur kita dan membuat kita sering mengantuk serta mudah emosi keesokan harinya.
"Terbangun berkali-kali karena mendengkur saat tidur berarti sudah memotong proses tidur sehingga hipersomnia atau mudah mengantuk yang artinya buruk untuk kualitas hidup," jelas dr Andreas.
Bandingkan Corona dengan Flu, WHO Sebut COVID-19 Lebih Mematikan
Virus corona (COVID-19) yang mulai mewabah di dunia sejak awal tahun 2020 lalu sering dibandingkan dengan virus influenza (flu). Keduanya menyebabkan masalah pernapasan dan memiliki gejala serupa namun virus flu sudah lebih lama menyebar di dunia.
Terkait hal tersebut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menjelaskan bahwa COVID-19 lebih mematikan daripada flu. Hingga saat ini tingkat kematian karena COVID-19 ada di angka 3,4 persen sementara flu berada di bawah 1 persen.
Namun demikian Tedros menyebut dunia masih memiliki kesempatan untuk menghentikan COVID-19. Berbeda dengan flu yang saat ini sudah menyebar luas menjadi penyakit musiman.
"Kesimpulannya COVID-19 menyebar tidak lebih efisien dibanding flu, transmisinya tidak didorong oleh orang-orang yang tidak sakit, menyebabkan gejala yang lebih parah dari flu, belum ada vaksin atau obatnya, dan masih bisa dikendalikan," kata Tedros seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/3/2020).
Data WHO mencatat flu musiman bisa menyebabkan lebih dari 3-5 juta kasus penyakit parah yang berujung pada 290 ribu sampai 650 ribu kematian tiap wabah. Sementara COVID-19 tercatat jumlah kasus yang terkonfirmasi hingga Rabu (4/3) ada 93 ribu kasus, sekitar 3.000 kematian, dan lebih dari 50 ribu orang sembuh.
Bersifat Antiseptik, Tisu Magic Tak Terpengaruh Kelangkaan Hand Sanitizer
Hand sanitizer tengah menjadi buruan di tengah ketakutan warga terhadap virus corona COVID-19. Stok kosong di mana-mana, kalaupun ada harganya melonjak setinggi langit.
Fungsi hand sanitizer tak lain adalah untuk membersihkan tangan dari kuman. Kandungan alkohol atau bahan antiseptik lainnya diharapkan bisa mengurangi risiko infeksi bakteri maupun virus.
Selain hand sanitizer, produk lain yang juga punya efek antiseptik adalah tisu magic. Meski lebih populer sebagai alat bantu seks untuk memperlama durasi bercinta lewat efek kebas, produk ini juga memiliki kandungan alkohol seperti halnya hand sanitizer.
Pantuan detikcom di beberapa toko swalayan menunjukkan pilihan pertama untuk menangkal kuman tetap jatuh pada hand sanitizer. Penjualan isu antiseptik tersebut tetap normal, sementara rak hand sanitizer tampak kosong alias terjual habis.
"Orang tahunya buat yang lain," kata Maharani, seorang kasir swalayan di Jakarta Timur, mengomentari penjualan tisu antiseptik, Rabu (4/2/2020).
https://cinemamovie28.com/cast/rita-moreno/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar