Memiliki fantasi seksual sebenarnya sah-sah saja. Bahkan pakar menyebut berfantasi adalah hal yang naluriah dan bisa membantu pasangan suami-istri agar hubungan mereka tidak membosankan.
Namun perlu dicatat bahwa jika fantasi seksual tersebut sudah menyentuh ranah pribadi orang lain, dilakukan tanpa adanya consent, dan jika seseorang sudah terobsesi untuk mewujudkannya dengan tidak mempertimbangkan konsekuensi, maka fantasi seksual yang dimiliki sudah berlebihan.
Baru-baru ini heboh Chef Renatta jadi korban pelecehan karena secara terang-terangan dijadikan 'objek' fantasi seksual di media sosial. Ditegaskan oleh psikolog klinis Veronica Adesla, sangat tidak wajar bagi seseorang mengutarakan fantasi seksualnya secara terang-terangan ke orang lain terlebih jika dilakukan di medsos.
"Itu sudah salah banget. Kalau merasa terganggu, laporkan saja. Nggak etis bagi seseorang mengutarakan fantasinya terhadap orang lain, terlebih di media sosial dan di publish," katanya kepada detikcom, Rabu (7/10/2020).
Fantasi yang disampaikan, sejatinya bukan lagi fantasi namun sudah mengarah ke perilaku seksual. Fantasi seksual menjadi 'tidak sehat' apabila individu berusaha mewujudkan fantasinya dan memasukkan unsur-unsur melecehkan, kekerasan, hal yang tidak normal, menyakiti orang lain, dan melanggar hak-hak orang lain, ada pemaksaan di dalamnya.
"Ini bentuknya adalah perilaku seksual tapi secara verbal. perilakunya tidak tepat dan merugikan orang lain dan menimbulkan masalah," tegas Vero.
https://cinemamovie28.com/from-vegas-to-macau-iii/
Sederet Risiko yang Bisa Dialami Ibu Hamil Jika Tak Melakukan USG
Ibu hamil disarankan untuk melakukan pemindaian ultrasonografi (USG) secara rutin selama kehamilan. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kandungan yang bertujuan untuk memperkirakan usia kehamilan serta memantau kondisi dan tumbuh kembang janin.
Perlu dicatat beberapa risiko akan terjadi jika tidak melakukan pemindaian USG selama kehamilan. Dijelaskan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RS Pondok Indah, dr Yassin Yanuar Mohammad, SpOG-KFER, berbagai komplikasi akan terjadi jika tidak melakukan deteksi dini.
"Berbagai komplikasi akan berjalan dengan begitu saja tanpa terdeteksi secara dini, dan tanpa bisa tertangani dengan baik. Sekarang misalnya kita USG mendapatkan kelainan, anomali pada bayi," papar dr Yassin dalam diskusi 'Persiapan Persalinan di Masa New Normal', Rabu (7/10/2020).
"Bayangkan jika tidak ada alat USG tidak dapat memprediksi usia kehamilan, maka risiko kompilasi akan terjadi, baik lahir prematur atau kelebihan bulan, bisa meninggal di dalam," tambahnya.
dr Yassin mencontohkan, misalkan pada kehamilan kembar yang mengalami twin to twin transfusion syndrome merupakan gangguan aliran sehingga bayinya satu kecil satu besar, maka akan berisiko untuk kematian janin.
Selain itu, banyak kelainan-kelainan yang bisa dideteksi yang kita bisa mulai berharap bahwa option terapi juga banyak.
"Jadi USG pada kehamilan itu penting, tentunya khawatir bayi dan ibunya akan mengalami berbagai risiko yang tidak tertangani dengan baik," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar