Sabtu, 17 Oktober 2020

Tokyo Kembali Alami Lonjakan Kasus COVID-19 Sejak Agustus Lalu

  Ibu kota Jepang, Tokyo, kembali mencatat adanya lonjakan kasus virus Corona sejak 20 Agustus 2020 lalu. Tokyo mencatat ada 284 kasus infeksi baru COVID-19 pada Kamis (15/10/2020), sehingga jumlah kumulatifnya mencapai 28.420 kasus Corona.

Melihat ini, Gubernur Tokyo Yuriko Koike mendesak warganya untuk tetap waspada di tengah pandemi yang belum berakhir ini. Bahkan sejumlah ahli menganalisa peningkatan kegiatan ekonomi dan klaster infeksi baru yang memicu lonjakan kasus ini.


"Kami membutuhkan kewaspadaan lebih lanjut atas tren ini," kata Yuriko Koike, yang dikutip dari CNN International, Jumat (16/1/20).


Pemerintah mengatakan bahwa keinginan masyarakat untuk kembali ke kehidupan normal, juga berkontribusi pada peningkatan kasus Corona di Jepang.


"Keinginan kuat publik untuk kembali ke kehidupan normal dengan mengaktifkan pergerakan masyarakat menjadi salah satu yang mengakibatkan meluasnya klaster infeksi," jelas pemerintah.


Pada Juli lalu, Pemerintah Kota Tokyo menetapkan status darurat level empat atau yang tertinggi. Hal ini diakibatkan karena adanya penambahan kasus infeksi virus Corona.


Peringatan level empat ini menandakan bahwa 'infeksi sudah menyebar'. Selain itu, para warga di Tokyo juga didesak untuk tidak melakukan perjalanan yang melintasi perbatasan prefektur untuk mencegah penularan ke wilayah lain.

https://nonton08.com/simcheong-yasa/


7 Penyebab Anak Mogok Makan dan Cara Mengatasinya


Para orang tua sering merasa kesulitan saat anak mogok makan. Sebenarnya anak yang mogok makan bisa disebabkan karena beberapa hal termasuk rasa bosan.

Dr dr Aryono Hendarto SpA (K) MPH Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM menjelaskan mogok makan sangat umum dialami anak-anak. Namun, jika anak-anak hanya mengalami mogok makan dalam beberapa hari, masih bisa disebut wajar.


"Anak-anak yang mogok makan dalam jangka lama pasti berpengaruh pada nutrisinya. Pengaruh mogok makan atau gerakan tutup mulut (GTM) yang berkepanjangan, baru akan terlihat efek sampingnya setelah 6 bulan kemudian," jelas Dr Aryono, dikutip dari HaiBunda.


"GTM tidak selalu menyebabkan anak terlihat kurus. Sebagian anak-anak tetap terlihat berisi meskipun mogok makan dalam waktu lama. Tapi anak yang terlihat gemuk belum tentu gizi mikronya tercukupi. Ditemui dalam beberapa kasus, anak gemuk malah kadar sel darah merahnya (hemoglobin) dalam darah rendah. Ini mengindikasikan anak kekurangan zat gizi mikro yaitu zat besi," lanjutnya.


Berikut beberapa penyebab anak mogok makan.


1. Anak bosan

Semenjak era pandemi COVID-19 ini, Dr Aryono menyebut anak lebih banyak melakukan aktivitas di rumah. Hal ini membuat kesempatan anak bermain di luar rumah menjadi terbatas, sehingga membuat anak bosan tidak nafsu makan.


"Anak perlu keluar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Sayangnya saat pandemi ini, interaksi di luar justru dilarang. Itulah penyebabnya, anak-anak tidak tertarik untuk makan," jelas Dr Aryono.


2. Orang tua merusak aturan pemberian makan

"Ketika anak masih aktif menyusu dan mengalami mogok makan, orang tua bisa saja tanpa menyadarinya, merusak aturan pemberian makan," katanya.


Hal ini membuat para orang tua terkadang berpikir lebih baik memberikannya susu daripada anak akhirnya kelaparan. Padahal cara makan seperti ini dinilai Dr Aryono bisa merusak aturan makan (feeding rules).

https://nonton08.com/men-in-black-ii/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar