Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia makin mendekati angka 350 ribu. Hingga bulan ketujuh sejak kasus pertama ditemukan di Depok, Jawa Barat, sudah adakah pertanda baik bahwa pandemi mulai terkendali?
Catatan detikcom, Indonesia melaporkan kasus pertama pada 2 Maret 2020. Sejak saat itu, pertambahan jumlah kasus positif mengalami peningkatan yang makin pesat. Berikut rangkumannya.
Mencapai 50 ribu kasus pada 25 Juni (selang 115 hari)
Mencapai 100 ribu kasus pada 27 Juli (selang 32 hari)
Mencapai 150 ribu kasus pada 22 Agustus (selang 28 hari)
Mencapai 200 ribu kasus pada 8 September (selang 17 hari)
Mencapai 250 ribu kasus pada 22 September (selang 14 hari)
Mencapai 300 ribu kasus pada 4 Oktober (selang 12 hari)
Apakah angka 350 ribu kasus COVID-19 akan tercapai kurang dari 12 hari sesuai tren sebelumnya?
Hingga Rabu (14/10/2020), jumlah kasus positif tercatat di angka 344.749. Butuh tambahan 5.251 kasus pada Kamis (15/10/2020) untuk bisa menembus angka 350 ribu di hari ke-11. Sejauh ini, rekor penambahan kasus harian tertinggi ada di angka 4.850 yang dicatatkan pada 8 Oktober 2020.
Jika rekor tersebut tidak terpecahkan, maka kemungkinan akumulasi 350 ribu kasus COVID-19 ke-350 ribu baru akan tercapai pada hari ke-12 sejak Indonesia mencatatkan angka 300 ribu kasus.
Apakah berarti mulai melambat?
Laporan perkembangan kasus oleh Satgas Penanganan COVID-19 pada 13 Oktober menyebut secara nasional masih ada kenaikan kasus mingguan sebesar 5,9 persen. Kenaikan kasus tertinggi tercatat antara lain di 5 provinsi berikut:
Jawa Tengah
Jawa Barat
Papua Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sedangkan dilihat dari jumlah kematian, terjadi penurunan sebesar 9,9 persen dibanding pekan sebelumnya. Kematian tertinggi hingga 11 Oktober 2020 tercatat di 5 provinsi berikut:
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Kepulauan Riau
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah.
https://kamumovie28.com/aach-aku-jatuh-cinta-2016/
Tak Dapat Prioritas Vaksin COVID-19 Hingga 2022, Usia Muda Lebih 'Kebal'?
Organisasi Kesehatan Dunia menyebut orang muda yang sehat tidak mungkin mendapat vaksin Corona sampai tahun 2022.
Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan mengatakan hal ini dilakukan karena imunisasi akan diprioritaskan bagi orang tua dan kelompok rentan lainnya terlebih dahulu.
Petugas kesehatan, pekerja garda terdepan, dan orang tua kemungkinan akan ditawari vaksin Corona terlebih dahulu, meskipun rincian siapa saja yang menjadi prioritas masih dirampungkan oleh WHO.
Namun, beberapa waktu lalu, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus sempat mengatakan usia muda tetap berisiko terpapar Corona. Baik berisiko kematian akibat COVID-19 dan menularkan COVID-19 kepada usia tua yang lebih rentan.
"Kami telah mengatakannya sebelumnya dan kami akan mengatakannya lagi, orang-orang muda tetap berisiko saat terpapar Corona," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers di kantor pusat WHO, Jenewa, dikutip dari CNBC International pada (31/7/2020).
"Orang-orang muda dapat terinfeksi, orang-orang muda dapat mati, dan orang-orang muda dapat menularkan virus kepada orang lain," katanya.
Lantas bagaimana dengan usia muda yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta atau dalam kondisi sehat?
Direktur Utama RSUP Persahabatan, dr Rita Rogayah, SpP(K), MARS, mengatakan di tempatnya pada bulan April lalu ada 76 pasien Corona meninggal dari total 205 pasien. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65 pasien (86 persen) yang meninggal memiliki penyakit penyerta sementara 11 pasien (14 persen) lainnya tanpa komorbid.
Meski begitu, data menunjukkan lebih banyak kasus yang meninggal akibat COVID-19 karena memiliki penyakit penyerta. Sementara penelitian menyebut orang sehat yang terpapar COVID-19 biasanya tidak menunjukkan gejala karena memiliki imunitas tubuh yang baik dan kecil risikonya fatal karena COVID-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar