Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov positif terinfeksi virus Corona COVID-19. Hal ini disampaikan oleh Borissov pada Minggu (25/10/2020).
"Setelah dua kali tes PCR, mulai hari ini saya positif COVID-19," tulis Borissov di halaman Facebook-nya. Selain itu, ia mengatakan bahwa dirinya hanya mengalami gejala ringan dan akan melakukan karantina di rumah.
Seperti dikutip dari laman Reuters, Borissov (61), mengisolasi diri pada Jumat malam setelah wakil menteri yang sempat ia temui positif terkena virus COVID-19.
Namun, otoritas kesehatan setempat mencabut karantina Perdana Menteri pada Sabtu malam setelah dua tes hasil PCR menunjukkan negatif Corona. Tes pertama dilakukan pada Jumat pagi sebelum Borisov bertemu dengan Wakil Menteri Amerika Serikat Keith Krach. Tes Corona kedua, dilakukan keesokan harinya. Tetapi pada Minggu dia dinyatakan positif terinfeksi Corona.
Borisov mengatakan bahwa dia tetap mengisolasi diri, menunda semua pertemuan publik sejak Jumat lalu.
Bulgaria, negara berpenduduk tidak lebih dari 7 juta orang, berhasil melewati gelombang pertama virus Corona dengan baik. Namun, jumlah kasus dan rawat inap melonjak dalam beberapa pekan terakhir, hingga mencapai lebih dari 37.500 kasus dan 1.084 kematian pada hari Minggu.
Pada hari Kamis, pemerintah mewajibkan masker di luar ruangan yang banyak orang, di samping penggunaan di dalam area publik dan transportasi.
Sebelum Boyko, sejumlah kepala negara telah dinyatakan positif Corona, yang terbaru Presiden Polandia, Andrzej Duda. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Brasil juga sempat dinyatakan positif terinfeksi COVID-19. Sebelumnya juga ada PM Inggris Boris Johnson dan Presiden Bolivia Jeanine Anez.
https://nonton08.com/young-wife-in-a-bus/
Alat Deteksi COVID-19 GeNose Buatan UGM Diuji, Target 3 Pekan Selesai
Alat deteksi corona lewat embusan napas yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM) yaitu GeNose terus berprogres. Teknologi Pengendus COVID-19 ini saat ini memasuki tahap uji diagnostik.
Peneliti GeNose, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menjelaskan target uji diagnostik ini bisa tercapai dalam waktu 3 pekan dengan kerjasama 9 rumah sakit. Nantinya, setiap subjek diambil 2 kali sampel nafas.
"Uji diagnostik ini targetnya 3 minggu selesai dengan 9 rumah sakit. Kalau misalnya setiap rumah sakit mengumpulkan 200 subjek dengan pengambilan 2 kali sampel nafas menjadi 400 sampel nafas dalam waktu tiga minggu bisa tercapai," kata dr Dian usai acara Kick Off Uji Deagnostik GeNose di RSUP Dr Sardjito, Senin (26/10/2020).
Adapun 9 rumah sakit yang menyatakan bersedia untuk ikut dalam uji diagnostik ini meliputi RSUP Dr Sardjito, RSPAU Hardjolukito, RS Bhayangkara, RSLKC Bambanglipuro, RSA UGM, RST Soetarto. Kemudian beberapa rumah sakit di luar DIY meliputi RST Dr Soedjono (Magelang), RSUD Syaiful Anwar (Malang), dan RS Bhayangkara (Jakarta).
Menurut dr Dian, dalam uji diagnostik ini pihaknya menguji mesin dengan kondisi sekarang apakah bisa atau tidak mendeteksi COVID-19. Tentu hasilnya akan dibamdingkan dengan uji swab PCR.
"Jadi uji diagnostik ini kita menguji mesin dengan kondisi otaknya yang sekarang untuk bisa atau tidak secara akurat mendeteksi pasien COVID-19 dan uji nya itu dibandingkan kemampuannya dengan PCR," paparnya.
Proses validasi mesin ini juga terus berjalan. Ia menjelaskan setiap saat akan ada update pada perangkat ini.
"Sementara itu validasi tetap jalan terus dan diupdate terus. Mesin yang sama yang beroperasi di dua rs terdahulu masih jalan terus untuk menghimpun data dan meningkatkan kapasitas otak," terangnya.
"Nanti akan ada update terus berdasarkan hasil pengambilan data yang diambil terus menerus," sambungnya.
Namun, yang menjadi tujuan utama dalam uji diagnostik ini adalah mengukur tingkat akurasi alat.
"Tapi dalam uji diagnostik ini kita basic-nya menguji dan mengomparasikan kemampuan akurasi alat ini dengan PCR," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar