Kamis, 22 Oktober 2020

Peneliti Ingatkan Dua Tanda Awal Risiko COVID-19 yang Kerap Tak Disadari

 Gejala COVID-19 yang dirasakan masing-masing pasien tidak jarang berbeda. Namun, baru-baru ini peneliti memperingatkan dua kondisi awal yang jadi tanda risiko terpapar COVID-19.

Dikutip dari Express UK, dua tanda atau gejala COVID-19 ini berbahaya karena kerap tidak disadari pasien. Studi Inggris terkait gejala COVID-19 mencatat sakit kepala dan kelelahan sering dialami pasien pada tahap awal terinfeksi Corona.


"Kedua gejala tersebut adalah gejala yang paling sering dialami pasien virus Corona di seluruh Inggris," sebut para peneliti.


"Data kami menunjukkan bahwa gejala awal yang paling umum dialami sebenarnya adalah sakit kepala (82 persen) dan kelelahan (72 persen) dan ini terjadi pada semua kelompok umur," kata para peneliti.


Peneliti menyebut hanya sembilan persen orang dewasa yang positif COVID-19 tidak mengalami dua gejala COVID-19 ini. Namun, para ahli tidak mengesampingkan kondisi lain yang bisa saja menyebabkan sakit kepala atau kelelahan.


"Hanya sembilan persen orang dewasa yang positif COVID-19 berusia 18-65 tahun yang tidak mengalami sakit kepala atau kelelahan. Tentu saja, sakit kepala dan kelelahan biasanya terjadi pada kondisi lain, itulah sebabnya mereka tidak langsung melakukan tes COVID-19 sendiri," jelas para peneliti.


Dua tanda awal ini sangat umum dialami sehari-hari, sehingga peneliti menyebut perlu ada keluhan gejala COVID-19 lain yang khas dirasakan pasien Corona. Gejala COVID-19 khas yang selama ini dirasakan pasien meliputi demam, batuk, hingga sesak napas atau bahkan gangguan indra penciuman dan perasa.

https://cinemamovie28.com/the-day-of-swapping/


Gadis 14 Tahun Ini Dapat Ratusan Juta Usai Temukan Terapi Corona


 Seorang gadis berusia 14 tahun bernama Anika Chebrolu berhasil menemukan terapi potensial untuk pasien COVID-19. Ia pun memenangkan uang ratusan juta atas penemuannya ini.

Gadis dari Frisco, Texas, ini adalah pemenang 3M Young Scientist Challenge tahun 2020. Total hadiah yang diterimanya sekitar Rp 366 juta.


Gadis tersebut menggunakan metodologi in-silico untuk terapi flu biasa. Namun, akhirnya metode ini digunakan untuk SARS-CoV-2.


"Karena pandemi COVID-19 sangat parah dan dampaknya yang drastis terhadap dunia dalam waktu yang begitu singkat, saya, dengan bantuan mentor saya, mengubah arah untuk menargetkan virus SARS-CoV-2," jelas Anika, seperti dikutip dari laman CNN International.


Anika mengatakan bahwa ia terinspirasi untuk menemukan obat potensial untuk virus setelah belajar tentang pandemi flu 1918 lalu. Ia pun mencari tahu berapa banyak orang yang meninggal setiap tahun di Amerika Serikat meskipun vaksinasi tahunan dan obat anti influenza sudah tersedia.


"Anika memiliki pikiran yang ingin tahu dan menggunakan keingintahuannya untuk mengajukan pertanyaan tentang vaksin untuk Covid-19," papar Cindy Moss, juri untuk 3M Young Scientist Challenge.


"Pekerjaannya komprehensif dan memeriksa banyak database. Dia juga mengembangkan pemahaman tentang proses inovasi dan merupakan komunikator yang ahli," ujar Moss menambahkan.


Anika mengatakan memenangkan hadiah dan gelar ilmuwan muda papan atas adalah suatu kehormatan baginya, tetapi pekerjaannya belum selesai. Tujuan selanjutnya adalah, ia bekerja sama dengan para ilmuwan dan peneliti yang berjuang untuk mengendalikan morbiditas dan mortalitas pandemi dengan mengembangkan temuannya menjadi obat yang sebenarnya untuk virus tersebut.

https://cinemamovie28.com/sexual-overture/

#Cokelathitamdanalmond #Telurrebus #Sardenkalengan #Edamame #camilansehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar