Senin, 26 Oktober 2020

Ahli Ungkap 7 Gejala yang Bisa Jadi Tanda 'Long Covid'

 Setelah 10 bulan pandemi Corona melanda beberapa negara di dunia, kasus 'long Covid' kini mulai sering terdengar. Kondisi ini terjadi saat seseorang yang terinfeksi COVID-19 terus-menerus merasakan gejalanya, dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Ravi Tomar pakar kesehatan dari Portland Medical di Croydon, 'long Covid' ini merupakan campuran dari beberapa diagnosis yang dialami seseorang.


"Beberapa bukti menunjukkan 'long Covid' ini sebenarnya merupakan campuran dari diagnosis lain yang diketahui seperti sindrom kelelahan pasca-virus, dan sindrom perawatan pasca-intensif," jelasnya yang dikutip dari Express UK, Sabtu (24/10/2020).


Namun, sampai saat ini penelitian terkait berapa lama 'long Covid' ini berlangsung masih terus dilakukan. Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan gejala Corona bisa berlangsung selama 2 minggu.


Terkait 'long Covid', Kepala Petugas Medis di Doctorlink, Dr Ben Littlewood-Hilson mencatat telah dilaporkan adanya ratusan gejala potensial COVID-19. Kemudian ia mengerucutkan ke dalam tujuh gejala yang dianggap sebagai tanda yang berkaitan dengan 'long Covid', yaitu:


Kelelahan

Sakit dan nyeri

Masalah kognitif

Sesak napas

Batuk kering

Kehilangan rasa dan bau

Ruam kulit, atau adanya perubahan warna pada kulit

"Orang yang dicurigai mengalami 'long Covid' melaporkan merasa kelelahan terus-menerus dan kelelahan ekstrim," kata Dr Ben.


"Beberapa melaporkan kesulitan untuk melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan menaiki tangga," imbuhnya.


Dr Ben mengatakan, ada beberapa orang yang mengalami infeksi relatif kecil. Tetapi, kemudian mereka mengalami gejala yang tidak hilang

https://nonton08.com/kal-ho-naa-ho/


Hanya 44% Perempuan Sadar Periksa Dini Payudara untuk Hindari Kanker


 Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menjelaskan masyarakat perlu meningkatkan kepeduliannya terkait penyakit kanker. Pasalnya, pemahaman tentang penyakit kanker merupakan faktor penting dalam proses pengobatan.

"Informasi mengenai penyakit kanker saat ini masih sangat minim. Padahal dukungan orang-orang di sekitar penderita kanker sangat penting dalam proses pengobatannya," ujar Lestarie dalam keterangannya, Sabtu (24/10/2020).


Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Cyber Teaching bertema 'Determinan Sosial Stres dan Kesehatan Masyarakat' (Kisah Koping Stres Penyintas Kanker) yang digelar oleh Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.


Menurutnya, minimnya informasi tentang kanker menyebabkan masyarakat sering sekali terlambat dalam mengantisipasi gejala-gejala kanker yang muncul. Ia berharap dengan adanya langkah sosialisasi berskala nasional, pemahaman masyarakat tentang penyakit kanker dapat ditingkatkan.


Wanita yang akrab disapa Rerie ini menambahkan kisah sukses sosialisasi program Keluarga Berencana di masa lalu bisa menjadi acuan dalam mensosialisasikan berbagai hal tentang penyakit kanker.


Rerie mengatakan sosialisasi tentang kanker perlu dilakukan. Pasalnya, berdasarkan data Media Research Center 2020, saat ini hanya 44% perempuan yang memeriksakan sendiri sejak dini payudaranya untuk menghindari terkena kanker.


Bahkan, minimnya pemahaman masyarakat sering sekali menganggap penderita kanker terkena kutukan sehingga harus dijauhi.


"Karena tidak paham, keluarga penderita kanker juga kerap tidak memberikan dukungan yang tepat," ujarnya.


Pada kondisi seperti ini, ia menjelaskan kalangan perguruan tinggi bisa ikut serta dalam membuat konten dan strategi sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat soal penyakit kanker.


Selain itu, keikutsertaan milenial dan volunteer yang beranggotakan para penyintas kanker dalam pendampingan juga sangat penting.


"Penderita kanker itu tidak hanya menderita karena kanker, tetapi juga mengalami tekanan psikologis dan sosial sebagai dampak dari proses pengobatan," ungkapnya.


Wanita yang merupakan penyintas kanker payudara Her-2 positif ini juga menegaskan para penderita kanker perlu mendapatkan pendampingan untuk menekan dampak sosial dan psikologis yang dialaminya.


Oleh karena itu ia meminta para kalangan akademisi untuk ikut aktif memberi saran kepada para pemangku kepentingan sehingga kebijakan yang dihasilkan Pemerintah mampu mendorong peningkatan pemahaman masyarakat soal kanker.

https://nonton08.com/railroad-tigers/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar