Petarung asal Rusia, Khabib Nurmagomedov, punya ritual memangkas berat badan sebelum bertarung. Regulasi di kelas ringan membatasi berat badan atlet tak lebih dari 155 lbs atau 70,45 kg.
Limit berat badan tersebut harus dicapai pada sesi penimbangan, sedangkan dalam keseharian banyak atlet punya berat badan lebih dari itu. Khabib sendiri, seperti diungkap sang ayah almarhum Abdulmanap Nurmagomedov, berat badannya bisa mencapai 85 kg ketika tidak sedang bertanding.
Bagi seorang petarung, program untuk menurunkan berat badan secara intensif biasanya dimulai sepekan sebelum penimbangan. Pada periode tersebut, dikutip dari Khabibmcgregor.com, Khabib maupun petarung lainnya harus memangkas berat badannya secara ekstrem.
Ada banyak trik untuk menurunkan berat badan dalam waktu singkat, namun kuncinya ada pada manipulasi kadar air dan natrium dalam tubuh. Dengan mengurangi konsumsi air, seorang atlet bisa memangkas berat badannya kurang lebih 4 kg.
Selebihnya, olahraga secara intensif dan sauna akan memangkas kelebihan berat badan yang masih tersisa. Lari di atas treadmill dan sauna banyak dilakukan untuk mencapai goal tersebut.
Khabib Nurmagomedov looked relieved on the scale after making championship weight of 155 pounds for the #UFC254 main event ⚖️ @espnmma pic.twitter.com/3XgfHEXv78— ESPN (@espn) October 23, 2020
Diet juga menjadi bagian penting dalam proses ini. Salad, buah, dan ikan sebagai sumber protein menjadi pilihan untuk mencegah berat badan naik lagi.
Walau bisa memangkas berat badan secara instan, berbagai strategi tersebut tentu dilakukan untuk kebutuhan kompetisi dan bukan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini pun dilakukan dengan pemantauan ketat oleh tim medis.
Sebuah riset menyebut 39 persen atlet MMA (Mixed Martial Art) naik oktagon dengan status dehidrasi akibat proses menurunkan berat badan, yang pastinya berisiko bagi kesehatan jangka panjang.
https://nonton08.com/deadball-2015/
Apa Penyebab Adanya Virus Corona? Ini Jawabannya untuk Diingat Lagi
Virus Corona telah menyebabkan 1,137,825 orang meninggal di seluruh dunia per 23 Oktober 2020 seperti yang dikutip dari data yang dikeluarkan Johns Hopkins University. Di Indonesia, sudah ada 13.077 orang meninggal dunia akibat virus ini.
Apa penyebab adanya virus Corona yang merenggut nyawa jutaan orang di dunia? Menurut situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penyebab adanya infeksi virus Corona karena coronavirus.
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan, China, pada Desember 2019. Virus ini kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Gejala umum COVID-19 yakni demam ≥38 derajat celcius, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah merawat atau kontak erat dengan penderita COVID-19, maka orang tersebut akan dilakukan penelitian seperti tes swab untuk memastikan diagnosisnya.
Situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, ada gejala yang sedikit tidak umum seperti sakit kepala, hilangnya indera perasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki. Selain itu gejala serius pada COVID-19 yakni sesak napas, nyeri dada, dan hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak.
Orang yang terkena virus Corona dapat pulih. Namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan atas virus ini.
Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan kecil atau droplet dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya.
Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut, maka orang itu dapat terinfeksi COVID-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar