Rabu, 01 April 2020

Provider dan Fasilitator Outbond Banting Setir Gegara Virus Corona

 Asosiasi Experiential Learning Indonesia (Aeli) merilis dampak virus Corona. Ketua Aeli, Nurfahmi, menyebut cukup banyak anggota, termasuk bidang terkait wisata, yang sudah banting setir.
Dari hasil survey yang dibuat antara 20-25 Maret kepada anggota, baik perorangan ataupun lembaga di 18 provinsi pada 20-25 Maret, didapatkan estimasi jumlah pekerjaan yang dibatalkan pandemi virus Corona. Juga dampak kepada tenaga kerja yang menjadi pengangguran.

Di antara provinsi yang menggantungkan pemasukan dari program capacity building Jawa Barat menjadi provinsi paling terpukul. Sebanyak 22 jumlah provider membatalkan 134-174 program. Kemudian diikuti berturut-turut oleh DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, dan Banten.

Sementara itu, berdasarkan nominal uang pada program itu, Yogyakarta menjadi wilayah yang paling terdampak oleh virus Corona. Sebanyak 16 provider di Yogyakarta membatalkan program senilai Rp 29,9 miliar hingga Rp 50,8 miliar. Kemudian diikuti oleh DKI Jakarta, Jabar, dan Bali, Banten dan Jateng.

Dengan situasi itu, Nurfahmi menyadari tak sedikit provider di bawah Aeli, yang merupakan asosiasi perusahaan dan praktisi penyedia layanan capacity building dengan salah satu produknya outbond, bakal mati suri. Dari perhitungan sementara, hanya 64 persen provider yang mampu bertahan satu hingga tiga bulan.

"Setelah wabah virus Corona itu, semua aktivitas provider di bawah Aeli berhnti 100 persen, mati total," kata Nurfahmi yang dihubungi detikTravel, Rabu (1/4/2020).

"Kondisinya itu pengusaha-pengusaha anggota kami merupakan kategorinya UMKM, yang setelah berhenti besar kemungkinan langsung tumbang. Kemudian karyawan banyak yang dirumahkan. Sari hasil survei kebanyakan bisa bertahan 1 bulan, paling berisiko provider di daerah," dia menjelaskan.

"Kondisi itu membuat provider di daerah yang (dana) cadangan langsung habis anggota-anggotanya, praktisinya, banyak yang banting setir," ujar Nurfahmi.

Manfaatkan Orderan Online

Nurfahmi mengaku telah berkomunikasi dengan pemerintah untuk mencari solusi setelah hantaman virus Corona. Alie telah duduk bersama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pekan ini.

"Pemerintah telah memastikan solusi jangka pendek. Kemenparekraf sudah turun tangan membantu kami. Pertama, tenaga kerja yang terdampak pandemi ini diikutkan dalam daftar kartu prakerja. Kemudian, khusus pada human capacity building, recreational, diminta untuk menjalankan sesi-sesi online dan biayanya akan dibantu pemerintah. Artinya, ada sedikit putaran bisnis berjalan," kata Nurfahmi.

Ketika Salju Menyelimuti Bunga Sakura di Tokyo

Bunga Sakura mulai bermekaran di sejumlah daerah di Jepang, termasuk Tokyo. Menariknya, salju juga sempat turun di Musim Semi ini dan menutupi bunga sakura.
Musim semi di Jepang identik dengan mekarnya bunga sakura yang diikuti tradisi hanami, tapi tidak dengan musim semi tahun ini. Fenomena unik terjadi ketika hujan salju turun di Tokyo pada saat bunga sakura mulai mekar.

Cuaca dingin menyelimuti ibukota Jepang pada saat cuaca biasanya sedikit mulai hangat. Bunga sakura pada beberapa taman di Tokyo yang mulai mekar dengan warna pink dan putih pun tertutup salju.

Selain Tokyo, kawasan lain yang juga turun salju saat bunga sakura mulai mekar tahun ini adalah di Tochigi, Ibaraki, Saitama, Chiba, dan Kanagawa.

Menurut Badan Meteorologi Jepang, udara tekanan rendah selama akhir bulan Maret mengubah hujan menjadi salju. Fenomena unik ini adalah yang pertama dalam 32 tahun terakhir.

Kejadian ini bersamaan dengan pandemi virus corona yang juga melanda Jepang. Hingga akhir Maret, tercatat 2000 orang positif, 424 sembuh, dan 59 meninggal.

Pemerintah Tokyo meminta warganya tetap di rumah sepanjang akhir pekan. Festival sakura dan hanami di beberapa tempat populer seperti Ueno Park dan Yoyogi Park juga dibatalkan untuk mengurangi penyebaran virus corona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar