Sabtu, 28 November 2020

Kisah Pria Sepelekan COVID-19 Berujung ICU hingga Nyaris Meninggal

 Pandemi COVID-19 sudah berjalan satu tahun, tidak sedikit yang masih menganggap sepele virus Corona bahkan mengiranya hoax semata. Seperti yang diyakini pria 41 tahun, Anil Ghalmakar.

Dikutip dari Daily Star, pria ini sebelumnya menganggap remeh COVID-19 dan merasa dirinya tak akan tertular. Ia merasa terlalu sehat untuk bisa terinfeksi COVID-19.


"Saya memiliki seorang teman yang merupakan perawat perawatan kritis di New York City," katanya.


Dirinya begitu yakin COVID-19 tak akan menyerang tubuhnya hingga hasil tes COVID-19 pria ini akhirnya dinyatakan positif. Bahkan usai 7 bulan positif COVID-19, gejala-gejala seperti kelelahan dan sesak napas masih kerap muncul.


Pria ini pun sempat dirawat di ICU dengan membutuhkan bantuan oksigen. Nyawanya pun nyaris tak tertolong.


"Pikiran terakhir saya sebelum ventilator adalah, 'Oh Ya Tuhan, aku telah membunuh keluargaku," keluh pia tersebut.


Pria ini pun kini meyakini bahwa virus Corona COVID-19 tidak memandang yang rentan, usia lanjut, dirinya yang kala itu merasa sehat bisa ikut tertular COVID-19.


"Para dokter 'berjuang mati-matian' dan 'membutuhkan banyak sekali tenaga kerja dan jam kerja' untuk membuat pasien selamat," jelasnya.


"Saya takut jika cukup banyak orang yang muncul dan membutuhkan perawatan sebanyak yang saya butuhkan untuk tetap hidup (jika) akan ada cukup layanan untuk membuat mereka tetap di sana atau agar orang-orang pulih," lanjutnya.


Ia mengaku menyesal karena selama ini menganggap virus Corona tak seberbahaya yang ia pikir selama ini.


"Ada banyak kekhawatiran sejak pemulihan saya dimulai dengan kunjungan terakhir kami ke ICU, saya mungkin tidak dapat menahan bahkan virus flu atau sesuatu yang mungkin (secara komparatif tidak berbahaya) saat ini," sesalnya.

https://kamumovie28.com/movies/pirates-of-the-caribbean-at-worlds-end/


Efektivitas Vaksin COVID-19 AstraZeneca Diragukan, Ini Alasannya


Beberapa ilmuwan meragukan efektivitas dari vaksin COVID-19 AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford. Sebelumnya vaksin ini disebut bisa efektif rata-rata hingga 70 persen dan diyakini bisa mencapai lebih dari 90 persen.

Pandangan terbaru ilmuwan ini bukan tanpa sebab. Pasalnya, ada kesalahan yang disebut ilmuwan dilakukan di awal uji klinis.


Kesalahan tersebut terkait pemberian dosis vaksin, dari satu dosis penuh menjadi hanya setengah diberikan. Pada Senin lalu, AstraZeneca menyebut vaksin COVID-19 mereka hanya mencegah rata-rata 70 persen kasus COVID-19 di uji coba tahap akhir Inggris dan Brasil.


Hal ini bermula saat sekelompok kecil relawan menerima dosis vaksin yang lebih rendah dan secara tidak sengaja. Hasilnya vaksin berhasil 90 persen.


"Yang harus dilakukan hanyalah merilis data terbatas. Kami harus menunggu data lengkap dan untuk melihat bagaimana regulator melihat hasilnya," kata Peter Open Haw, profesor kedokteran eksperimental di Imperial College London, seperti dikutip dari laman Reuters.


Tapi pada kelompok yang lebih besar dengan pemberian dosis normal, tingkat keberhasilannya malah lebih rendah hanya 62 persen. Banyak ilmuwan mengartikan pengujian di hasil kelompok kecil dapat diartikan dengan 'menghasilkan pembacaan palsu'.


"Analisis sub kelompok dalam uji coba terkontrol secara acak selalu penuh dengan kesulitan," kata Paul Hunter, profesor kedokteran di Universitas East Anglia Inggris.


Ini mengundang keprihatinan dari Kepala Operation Warp Speed (tim khusus penanganan Corona Presiden Donald Trump), Moncef Slaoui. Ia mengatakan kemanjuran 90 persen itu ternyata ditampilkan oleh kelompok dengan risiko rendah, sebanyak 2.741 orang di bawah 55 persen.


Sementara yang menunjukkan efektivitas 62 persen lebih banyak. Relawan yang diuji mencapai 8.895.


CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan raksasa farmasi Inggris kemungkinan akan menjalankan uji coba global tambahan untuk mengevaluasi kemanjuran vaksin, sebagaimana dikutip CNBC International.


Juru bicara AstraZeneca juga membantah kritik yang dilontarkan. Perusahaan mengaku pengujian termasuk data uji klinis mereka sudah sesuai standar Data Safety Monitoring Board (DSMB).

https://kamumovie28.com/movies/pirates-of-the-caribbean-dead-mans-chest/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar