RSUD Brebes, Jawa Tengah, kekurangan ruang isolasi dengan fasilitas oksigen. Kondisi ini terjadi akibat adanya lonjakan jumlah pasien COVID-19.
"Saat ini di RSUD kekurangan ruang isolasi yang memiliki fasilitas oksigen. Dari 104 ruang isolasi, yang ada (fasilitas oksigen) hanya 68 yang memiliki fasilitas oksigen," kata Wadir RSUD Brebes dr Rasipin kepada wartawan, di ruang kerjanya, Rabu (25/11/2020).
Rasipin menyampaikan sejak awal Oktober sampai dengan hari terjadi peningkatan jumlah pasien. Tercatat hingga September jumlah pasien yang dirawat di RSUD sebanyak 105 orang, dengan jumlah kematian 15 orang.
Sedangkan periode 24 November terjadi penambahan 170 orang menjadi 275 orang. Angka kematiannya pun meningkat menjadi 52 kasus.
"Hingga akhir September yang dirawat 105 orang dengan kematian 15 orang. Dua bulan terakhir sejak awal Oktober terjadi peningkatan 170 kasus menjadi 275 orang dengan angka kematian 52 kasus," ungkap Rasipin.
Peningkatan jumlah kasus ini, lanjut Rasipin berdampak pada ketersediaan ruang isolasi. Pihak RSUD Brebes mengakui, sekarang sedang kekurangan ruang isolasi terutama yang dilengkapi fasilitas oksigen.
Dijelaskan lebih lanjut, jumlah ruang isolasi yang tersedia saat ini sebanyak 104 tempat tidur, sedangkan yang memiliki fasilitas oksigen 68 tempat tidur. Ketersediaan fasilitas ruang isolasi dengan fasilitas oksigen ini, tandas Rasipin tidak sebanding dengan lonjakan pasien yang terjadi sekarang. Menurut Rasipin, sekarang hampir semua pasien positif corona, membutuhkan bantuan oksigen selama perawatan.
"Hampir semua pasien corona butuh oksigen. Tidak sedikit pasien yang tiba-tiba sesak napas dan butuh bantuan oksigen," sambung Wadir Bidang Pelayanan ini.
Perubahan perilaku pasien ini, kata Rasipin akibat meningkatnya virulensi (kekuatan menginfeksi) virus yang meningkat 10 kali lipat. Virus COVID-19 yang beredar sekarang, sudah mengalami mutasi sebanyak 7 kali.
"Tadi malam kami rapat webinar dengan Dinkes dan seluruh rumah sakit se-Jateng. Terkait genomik virus yang beredar saat ini sudah mutasi ke tujuh dibandingkn pertama kali ada. Sehingga virulensinya bisa 10 kali lipat. Sehingga potensi kasus lebih berat dan tidak tertolong. Hampir semua pasien yang masuk pun semuanya membutuhkan oksigen," beber dia.
Mengantisipasi terjadinya lonjakan ini, rumah sakit sedang menyiapkan ruang isolasi tambahan. Ruang yang disiapkan adalah bangsal mawar sebanyak 28-32 tempat tidur dan bangsal ICU dengan 7 tempat tidur. Semua ruangan ini dilengkapi falisitas oksigen.
"Pertama adalah bangsal VIP di atas, kemudian yang sekarang mau ditambahkan adalah di bangsal mawar sebanyak 28-32 tempat tidur dan ICU 7 tempat tidur. Semua dilengkapi fasilitas oksigen," imbuhnya.
Data di laman www.coronabrebes.go.id jumlah kasus positif naik hampir 100 kasus. Pada Selasa kemarin tercatat 1048 sekarang menjadi 1142 kasus.
https://nonton08.com/movies/taman-langsat-mayestik/
Cerita Guru Mengajar di Tengah Pandemi: Hujan-hujanan Keliling Rumah Siswa
Kegiatan belajar di sekolah seluruh dunia sempat terhenti karena pandemi virus Corona COVID-19. Banyak sekolah mengganti kegiatan belajar tatap muka dengan belajar daring agar anak relatif aman dari ancaman virus karena tidak berkumpul.
Namun demikian sistem belajar daring tampaknya tidak bisa menggantikan proses belajar anak-anak sepenuhnya. Ada masalah mulai dari waktu belajar yang melelahkan hingga akses terhadap teknologi dan infrastuktur yang tidak merata di Indonesia.
Guru sekolah dasar (SD) di Madura, Avan Fathurrahman, MPd, misalnya bercerita ia memilih untuk berkeliling ke rumah-rumah siswa. Hal ini dilakukan karena tidak semua siswa memiliki laptop atau smartphone yang memungkinkan mereka belajar daring.
Avan juga kadang membawa boneka yang biasa dipakai sebagai alat belajar agar siswa tidak merasa bosan. Bila tidak membawa boneka, Avan membawa perlengkapan permainan lainnya yang ia buat dengan dana sendiri.
"Mereka (murid-murid -red) senang, sambil lalu main berbicara dengan boneka yang saya bawa untuk menemani," kata Avan dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB pada Rabu (25/11/2020).
"Saya pada saat awal itu siswanya ada 19 anak. Tetapi tidak setiap hari saya mampu jangkau 19 anak itu," lanjut Avan menjelaskan bagaimana ia kadang harus bergantian mengunjungi rumah siswa karena hujan.
Guru lainnya, Wilfridus Kado, dari Ende, Nusa Tenggara Timur, bercerita ia punya tantangan lain yaitu harus mencari siswa-siswanya yang bekerja di kebun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar