Presiden Joko Widodo mendorong agar libur akhir tahun bisa dikurangi. Hal ini untuk mencegah terjadinya risiko klaster COVID-19 baru pasca libur panjang.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 menjelaskan beberapa tren kenaikan kasus positif COVID-19 saat libur panjang. Tren kenaikan tertinggi dilaporkan terjadi pada libur Idul Fitri 22 hingga 25 Mei 2020 lalu dan libur panjang Hari Kemerdekaan Agustus lalu.
Berikut detail data kenaikan kasus COVID-19 pasca libur panjang.
Kenaikan kasus libur Idul Fitri: 69 hingga 93 persen
Kenaikan kasus libur panjang Agustus: 58 hingga 118 persen
Kenaikan kasus libur panjang Oktober: 17 hingga 22 persen
Sementara kenaikan kasus COVID-19 per 8 hingga 22 November tercatat sebanyak 17 hingga 22 persen. Prof Wiku menyoroti catatan ini menjadi kehati-hatian dalam menghadapi liburan panjang akhir tahun 2020 di masa pandemi COVID-19.
"Ini menjadi evaluasi dan pembelajaran bagi kita semua dalam menghadapi libur panjang akhir tahun 2020. Libur panjang akhir tahun 2020 memiliki durasi yang lebih panjang," jelas Prof Wiku dalam siaran pers Setpres Selasa (24/11/2020).
Prof Wiku bahkan menyebut kenaikan kasus COVID-19 bisa saja meningkat dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan libur panjang sebelumnya. Pasalnya, menurut Prof Wiku, pelanggaran protokol kesehatan COVID-19 masih terus terjadi di masyarakat.
Selama ini pelanggaran protokol COVID-19 paling banyak tercatat pada persoalan jaga jarak dan menjauhi kerumunan. Maka dari itu, Prof Wiku menyebut perlunya kehati-hatian dalam menghadapi liburan panjang akhir tahun 2020 karena memiliki durasi yang lebih panjang.
"Bisa dua hingga tiga kali lebih besar dari libur panjang sebelumnya, disebabkan oleh penularan yang masih terjadi akibat kurang protokol kesehatan terutama dalam menjaga jarak dan menjauhi kerumunan,"pungkasnya.
https://movieon28.com/movies/mahasiswi-baru/
5 Langkah Efektif Cegah DBD di Musim Hujan
Tak terasa musim hujan telah tiba. Curah hujan yang tinggi sering memicu terjadinya banjir di mana-mana. Banyaknya air yang tergenang juga berpotensi menjadi sarang nyamuk. Akibatnya, penyakit demam berdarah (DBD) sering bermunculan.
Di tengah kondisi saat ini, menjaga kesehatan tentu jadi hal utama salah satunya dengan mencegah DBD. Selain dengan rutin membersihkan rumah, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah DBD seperti dikutip dari pharmeasy berikut ini.
1. Usir Sarang Nyamuk
Nyamuk Aedes aegypti atau nyamuk DBD umumnya berkembang biak di genangan air yang ada pada benda-benda seperti penutup plastik, pot bunga, mangkuk air hewan peliharaan, dan lainnya. Oleh karena itu, pastikan selalu untuk membuang genangan air tersebut secara rutin. Membuang genangan air akan mengurangi habitat nyamuk untuk berkembang biak dan bersarang.
2. Cek Ventilasi
Nyamuk DBD juga sangat mungkin untuk masuk ke dalam rumah melalui ventilasi udara yang tidak tertutup dengan benar. Jadi, pastikan selalu untuk cek jendela atau sekat pintu tidak memiliki lubang apapun. Hal ini akan mencegah nyamuk masuk dan bersarang di dalam rumah.
3. Gunakan Obat Nyamuk
Obat nyamuk sering kali jadi senjata andalan untuk mengusir nyamuk, terutama di daerah tropis dengan populasi penduduk yang ramai. Selain obat nyamuk, penggunaan krim anti nyamuk juga dapat membantu mencegah gigitan nyamuk. Namun, sebelum menggunakannya pastikan Anda tidak alergi terhadap obat atau krim nyamuk tersebut.
4. Pakai Baju Panjang
Guna menghindari gigitan nyamuk, menggunakan pakaian lengan panjang, celana panjang, dan kaos kaki juga bisa menjadi pilihan. Mengenakan pakaian tertutup seperti ini sangat disarankan untuk digunakan, khususnya di daerah yang sering terjadi DBD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar