Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan soal unsur kehalalan vaksin Corona COVID-19 buatan Sinovac sangat penting bagi Indonesia. Ia menyebut bahwa vaksin Sinovac memenuhi syarat kehalalan.
"Alhamdulillah dari aspek mutu dari hasil yang didapatkan inspeksi BPOM, Bio Farma dan Majelis Ulama Indonesia, aspek halalnya bisa dikatakan sudah memenuhi, sudah sesuai aspek obat yang baik," jelas Penny dalam konferensi pers Kamis (26/11/2020).
Hal ini berdasarkan infeksi yang dilakukan bersama MUI dan Kemenkes ke pabrik Sinovac di Beijing, China, beberapa waktu lalu. Selain soal kehalalan vaksin, aspek mutu dan keamanan vaksin ini juga dianggap baik.
Sementara itu dari segi efficacy atau khasiat, melalui data 1 bulan akan ada kabar menggembirakan. Vaksin Sinovac menghasilkan kekebalan ke relawan uji klinis III di Bandung.
Namun untuk mengeluarkan izin darurat, BPOM pun harus menggunakan data interim pengamatan 3 bulan. Selain itu, data itu akan dipadukan dengan data dari negara lain, seperti Brasil.
"Aspek keamanan akan terus kita pantau selama tiga bulan, nanti enam bulan penuh ke depan. Kita butuh vaksin yang tidak hanya bermutu dan aman, tapi juga efektif, memiliki khasiat yang baik," pungkasnya.
https://kamumovie28.com/movies/murder-on-the-orient-express/
Stres Bikin Imun Tubuh Menurun, Perlukah Libur Akhir Tahun Dikurangi?
- Stres merupakan hal yang menjadi bagian dari kehidupan, bahkan tanpa disadari bisa merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Bagaimana caranya?
Menurut ahli imunologi klinis Dr Leonard Calabrese, DO, saat stres tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon stres kortisol. Hormon ini bisa meningkatkan kekebalan dengan membatasi peradangan.
"Namun, seiring waktu tubuh akan terbiasa memiliki terlalu banyak hormon kortisol di dalam darah. Dan ini akan membuka celah untuk lebih banyak peradangan pada tubuh," jelas Dr Calabrese yang dikutip dari Cleveland Clinic, Jumat (27/11/2020).
Selain itu, stres juga bisa menurunkan limfosit tubuh (sel darah putih) yang membantu melawan infeksi. Semakin rendah tingkat limfosit, maka seseorang semakin berisiko terinfeksi virus.
Jika stres terjadi dalam jangka panjang yang berkelanjutan, bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan kronis lainnya. Misalnya seperti detak jantung lebih cepat, penyakit jantung, tukak lambung, diabetes tipe 2, berbagai jenis kanker, hingga penurunan mental.
Lalu, apakah dengan liburan bisa mengatasi stres?
Dikutip dari Verywell Mind, sebuah penelitian menunjukkan bahwa libur panjang misalnya seperti empat hari berturut-turut memiliki efek positif pada pemulihan ketegangan dan stres yang dirasakan selama 45 hari. Ini berlaku bagi mereka yang liburan jauh dari rumah maupun yang berlibur di rumah saja.
Namun, di tengah pandemi COVID-19 ini, libur panjang menjadi sebuah kekhawatiran akan bertambahnya kasus penularan Corona di tengah masyarakat. Bahkan Presiden Joko Widodo meminta libur akhir tahun dipotong untuk mencegahnya.
Apakah langkah itu efektif untuk mencegah penularan?
Menurut ahli epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, kebijakan pemotongan libur akhir tahun ini menjadi keputusan yang benar. Tetapi, tidak akan memberikan dampak yang signifikan.
"Jika liburan ini dipotong memang ada dampaknya, tapi itu tidak terlalu signifikan kalau lainnya (kegiatan) seperti pilkada itu diperbolehkan juga," kata Dicky pada detikcom beberapa waktu lalu.
Dicky menegaskan, bukan hanya libur panjang seperti akhir tahun yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi peningkatan kasus COVID-19. Tapi, dua faktor yang memicunya juga haru diperhatikan, yaitu mobilitas atau pergerakan dan interaksi manusia.
"Tidak hanya libur panjang, mau akhir tahun, pasca lebaran, atau pasca hari kemerdekaan dulu. Itu semua akan berdampak karena ada pergerakan manusia, ada interaksi manusia, yang 2 hal ini menjadi faktor yang bisa memperparah," jelasnya.
"Atau sebaliknya, jika kurang mobilitasnya (pergerakan) atau interaksinya, itu akan memperkuat pengendalian pandemi," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar