Penyanyi Amerika Serikat Erykah Badu dinyatakan positif COVID-19 setelah melakukan tes Corona. Tetapi ia bingung dengan hasil tesnya tersebut dan membagikan ceritanya di media sosial Twitter miliknya.
"Tidak ada gejala. Sudah diuji COVID-19, dengan mesin yang sama. Lubang hidung kiri positif, lubang hidung kanan negatif," tulis Badu yang dikutip dari laman Billboard, Jumat (20/11/2020).
"Lucunya, dokter hanya melaporkan hasil yang positif saja. Apa yang terjadi di sini," lanjutnya.
Menanggapi hal ini, dr Thyrza Laudamy Darmadi SpPK, spesialis patologi klinik dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya, menjelaskan fenomena seperti itu tak umum terjadi. Sebab, biasanya hasil tes COVID-19 menggabungkan hasil swab hidung kiri dan kanan dalam satu media.
"Saya nggak pernah nemu yang kayak gitu karena biasanya kalau di kita itu, ya kalau ngambil swab hidung itu, pasti hidung kanan dan hidung kiri, dijadikan satu media," kata dr Thyrza saat ditemui detikcom di RS Pondok Indah (RSPI) Bintaro Jaya, Jumat (20/11/2020).
"Nggak pernah hidung kanan diperiksa satu media sendiri, hidung kiri di media sendiri, nggak ada. Jadi biasanya hidung kanan dan kiri dijadikan satu di dalam satu media, dan satu media itu yang kita periksa. Jadi termasuk dalam satu sampel," lanjutnya.
dr Thyrza menyebut kemungkinan fenomena ini terjadi karena ada kesalahan dalam pengambilan sampel. Bisa saja hasil negatif dari hidung kiri maupun kanan karena sampel yang diambil di hidung tidak terlalu dalam.
"Nggak sih, kalau menurut saya, bisa terjadi seperti itu bisa saja yang negatif itu memang dia tidak tercolek aja, memang tidak terkena aja gitu teknik pengambilan swab-nya," bebernya.
"Sebenarnya sih, kalau pengambilan yang benar, itu nggak masalah mau dari kanan dari kiri itu pasti dia akan ketemunya di ujung di pojok itu di satu posisi yang sama, gitu. Jadi jangan salah, bukan di lubang hidungnya, kita tuh swab bukan di lubang hidungnya, tapi di nasofaring. Nasofaring itu adalah di bagian yang ujung," pungkasnya.
https://movieon28.com/movies/one-piece-film-z/
Infrastruktur dan SDM RI Sudah Siap Lakukan Vaksinasi COVID-19
Survei nasional yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) didukung UNICEF dan WHO menunjukkan, 64,8% dari 115.000 responden di 34 Provinsi bersedia menerima vaksin COVID-19.
Berkaitan dengan hal itu, Juru Bicara Satgas COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan pemerintah sudah menyiapkan infrastruktur dan SDM di Indonesia untuk melakukan vaksinasi. Adapun mengatakan target produksi vaksin COVID-19 di Bio Farma mencapai 250 juta dosis.
"Untuk mempersiapkan vaksinasi COVID-19 di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah melatih 7000 dari 23.000 tenaga kesehatan (nakes) sebagai vaksinator. Dan pastinya, manajemen vaksin dan rantai dingin (cold chain) pun dengan cermat dipersiapkan," ujarnya dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, Sabtu (21/11/2020).
Sementara itu, Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe M.Sc, Sp.PD, juga menyampaikan Indonesia telah memiliki infrastruktur yang memadai untuk proses distribusi vaksin hingga ke pelosok, termasuk vaksin COVID-19 yang sedang ditunggu-tunggu.
"Perlu diketahui vaksin itu adalah produk biologis yang perlu disimpan dengan cara khusus, karena sensitif terhadap suhu. Mayoritas vaksin disimpan pada suhu 2-8 derajat celcius, kecuali vaksin polio yang minus 20 derajat celcius," terangnya dalam acara Dialog Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru bertema Jalan Panjang Vaksin sampai ke Tubuh Kita beberapa waktu lalu.
"Sejak vaksin diproduksi sampai digunakan di rumah sakit dan puskesmas, transportasinya mesti terjamin suhunya. Dan jangan khawatir, kita sudah berpengalaman. Kita sudah siap," tegasnya.
Diketahui, Indonesia memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam memproduksi, mendistribusi, hingga mengimplementasikan vaksin. Sistem rantai dingin yang menjadi salah satu unsur penentu kualitas vaksin juga sudah terbangun dengan baik.
"97 persen sistem rantai dingin ini berjalan dengan baik jadi tidak perlu khawatir. Mulai dari pabrik sampai yang menerima di puskesmas, misalnya di Aceh atau Papua itu semua sudah siap," ungkap dr. Dirga.
Terkait sumber daya manusia yang akan memberikan vaksinasi nantinya ke masyarakat, Indonesia telah memiliki 23.000 vaksinator yang terlatih. Bahkan vaksinator sudah dibekali pelatihan khusus oleh Kementerian Kesehatan, dan telah 7000 vaksinator yang sudah terlatih khusus.
"Saat ini di Indonesia ada sekitar 440.000 dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan bidan yang semuanya saya yakin siap bergotong royong mensukseskan persiapan vaksinasi ini. Pada prinsipnya, kita ingin semua terlibat supaya vaksin ini bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat," jelas dr. Dirga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar