Sampai saat ini pandemi COVID-19 masih berlanjut, jumlah kasusnya masih terus mengalami kenaikan dari hari ke hari. Tak hanya itu, berbagai gejala terus bermunculan dan bisa berkembang menjadi lebih parah, tak terkecuali pada kasus gejala ringan.
Banyak pasien bergejala ringan yang berkembang menjadi parah hingga membutuhkan rawat inap. Hal ini pun membuat para ahli medis khawatir jika terjadi peningkatan rawat inap pada pasien yang mengalami gejala tersebut.
Dalam hal ini, ternyata ada faktor yang bisa menyebabkan gejala virus Corona ringan menjadi lebih parah. Berikut 4 faktor tersebut yang dikutip dari Times of India.
1. Badai Sitokin
Salah satu penyebab yang paling mengancam dari infeksi COVID-19 adalah badai sitokin. Kondisi ini bisa menjadi penyebab yang tidak diketahui dan menyebabkan infeksi virus Corona yang ringan berkembang menjadi semakin parah.
Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan autoimun yang membuat sistem kekebalan tubuh keliru dan menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Akhirnya menyebabkan degradasi organ vital dan infeksi menjadi semakin parah.
2. Tingkat oksigen yang menurun
Saat seseorang terinfeksi virus Corona, salah satu organ tubuh yang paling parah terkena dampaknya adalah sistem pernapasan. Kondisi ini bisa menyebabkan hilangnya suplai oksigen ke paru-paru, sehingga bisa memicu munculnya gejala seperti sesak napas dan juga kesulitan bernapas.
Tingkat oksigen bisa menurut di bawah 90 dan dianggap sebagai tanda peringatan. Bahkan banyak pasien akan lebih sulit menyadari kondisi ini jika penurunan kadar oksigen yang rendah itu tidak disertai tanda-tanda degradasi, yang biasanya disebut hipoksia.
Tes COVID-19 yang tertunda juga bisa menjadi faktor yang memperparah lho. Simak di halaman selanjutnya.
3. Adanya faktor eksternal
Faktor eksternal ternyata juga bisa membuat virus Corona semakin parah, misalnya seperti polusi dan suhu dingin yang bisa meningkatkan gangguan pernapasan.
Pada pasien yang memiliki penyakit kronis dan terinfeksi Corona, masalh sekecil apapun bisa berdampak besar. Polusi udara juga bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru, mengurangi kekebalan tubuh, hingga memperburuk peradangan.
4. Tes COVID-19 yang tertunda
Selain tiga faktor atau penyebab di atas, banyak orang yang memiliki gejala COVID-19 yang ringan menjadi semakin parah karena didiagnosis lebih lambat dari biasanya. Penundaan penanganan medis atau tes Corona inilah yang bisa membuat kondisi pasien bisa semakin parah.
https://kamumovie28.com/movies/guardian-4/
Kasus COVID-19 'Meledak' di Jateng, Warning untuk Ganjar?
Rekor baru penambahan jumlah kasus COVID-19 sebanyak 6.267 kasus terpecahkan pada Minggu (29/11/2020). Jawa Tengah mencatatkan penambahan kasus terbanyak yakni 2.036 kasus, mengungguli DKI Jakarta dengan 1.431 kasus.
Lonjakan kasus di Jawa Tengah hingga di atas 2 ribu kasus dalam sehari disebut karena jumlah tes yang makin masif. Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengungkap hal itu saat dikonfirmasi.
"Tes kita minggu ini meningkat, konsekuensinya temuannya banyak, 90 persen OTG," kata Yulianto saat dikonfirmasi, Minggu (29/11/2020).
Dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menjelaskan Jawa Tengah mulai ketat melakukan contact tracing sejak 23 November lalu. Jawa Tengah melakukan tes COVID-19 swab pada setiap orang yang melakukan kontak erat meskipun tanpa gejala.
"Mereka yang walaupun tidak bergejala tetap di-swab yang kontak erat. Kalau di pedoman revisi 5 kan yang kontak erat tanpa gejala itu nggak perlu di-swab kan," ungkap Pane saat dihubungi detikcom Senin (30/11/2020).
"Nanti kalau muncul gejala tetap di-swab, mereka karena ingin memperbanyak testing jadi kontak erat itu ikut di-testing juga," lanjutnya.
Lantas apakah tingginya rekor kasus COVID-19 menjadi peringatan bagi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo?
Epidemiolog UGM dr Riris Andono Ahmad menyebut rekor kasus COVID-19 menandakan banyak masyarakat yang kemudian sudah jenuh mematuhi protokol COVID-19 selama pandemi.
"Mobilitas itu sudah seperti normal, bukan menjadi sesuatu yang diperhatikan lagi. Adanya kebosanan terhadap pandemi dan kombinasi lainnya, ini secara umum ya," katanya saat dihubungi detikcom Senin (30/11/2020).
Ia juga menilai hal ini otomatis menjadi peringatan bagi Jawa Tengah. Mengapa begitu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar