Mengemban pangkat camat khusus, Sepno bertugas dengan beban setengah bupati. Karena berada jauh dari Kabupaten Talaud, camat khusus Miangas diberi kewenangan untuk mengurus surat-surat dan dokumen penting seperti tanah dan pernikahan.
Penduduk Miangas mencari nafkah dengan melaut, berdagang dan berkebun. Hasil laut yang dimiliki Miangas sebenarnya sangat kaya. Bayangkan saja, pulau kecil ini di kelilingi oleh lautan lepas.
Lobster, kepiting sampai kakap merah bisa didapatkan jika laut sedang bersahabat. Sayangnya, Miangas berteman akrab dengan cuaca ekstrem. Gelombang tinggi dan angin kencang, membuat hasil laut sepi.
Apalagi, perahu yang digunakan masih tradisional berupa motor tempel atau pamboat. Pamboat bisa diisi 2-3 orang dalam cuaca bagus. Kalau angin kencang, tak ada pamboat yang berani melaut.
Saat cuaca ekstrem, masyarakat akan kembali ke darat untuk berkebun. Hasil utama dari kebun ini adalah kelapa. Buah kelapa yang dipanen akan dijadikan kopra. Kopra kemudian kembali diolah untuk menghasilkan minyak kelapa.
Yang membuat pulau ini tak biasa adalah organisasi adat yang masih diteruskan dari jaman leluhur. Ketua adat memiliki peran penting dalam memimpin hukum masyarakat.
Jabatan ketua adat akan dipegang oleh dua orang dengan gelar Mangkubumi 1 dan Mangkubumi 2. Di bawahnya ada 12 suku adat yang masing-masing diwakilkan oleh 2 kepala suku.
Kebetulan, ketua ada yang ada di sana adalah Mangkubumi 2. Mangkubumi 1 sedang dalam perjalanan menuju Kota Melonguane, ibukota Talaud. Dari Mangkubumi 2 ini saya tahu arti nama Miangas.
"Miangas artinya menangis. Nama itu diberikan oleh leluhur kami," ujar Ismael Essing sebagai Mangkubumi 2.
Saya terdiam cukup lama. Kenapa diberi nama menangis?
"Miangas masuk ke dalam kepulauan Talaud. Namun, pulau-pulau lain bagaikan saudara yang berdekatan. Sedangkan Miangas sendirian di laut lepas. Ini kenapa pulau ini menangis karena sendirian," jelas Ismael.
Lidah saya kelu. Bukan cuma karena arti nama pulau ini. Tapi juga keadaan masyarakat Miangas. Dikelilingi dengan lautan lepas dan cuaca ekstrem, masyarakat Miangas tak jarang menangis karena kekurangan bahan makanan.
"Hanya ada 2 cara untuk mencapai Miangas, lewat udara dan laut. Kalau cuaca ekstrem, seringkali kapal telat datang dan tidak ada bahan makanan," ujar Sepno.
Meski demikian, adanya jalur udara di setiap minggunya, sedikit membantu pergerakan masyarakat Miangas. Sedikitnya sudah ada pendatang dari pemerintahan dan wisatawan yang menginjakkan kaki di pulau ini.
"Hadirnya presiden Jokowi di Miangas membuat peningkatan sebanyak 60 persen kunjungan pejabat. Tapi wisatawannya belum terdata," cerita Sepno.
Selain kunjungan dari para pejabat negara, Miangas juga terbantu dengan hadirnya Bank BRI sejak tahun 2016. Sebelum adanya BRI, masyrakat harus pergi ke Melonguane hanya untuk menarik uang.
Beberapa tempat wisata yang saya kunjungi adalah pantai, mercusuar sampai tempat keramat leluhur Miangas. Semuanya cantik dan begitu menantang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar