Jumat, 27 Desember 2019

Perjuangan Jepang Melawan Pelecehan Seksual di Kereta

Siapa yang tidak bermimpi liburan ke Jepang? Namun ternyata, Jepang yang punya banyak destinasi indah juga punya sisi kelam berupa pelecehan seksual.

Dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (3/9/2019) pelecehan seksual di transportasi umum merupakan masalah besar di Jepang. Angka pelecehan seksual di Jepang pun cukup tinggi.

Ambil contoh di tahun 2017 lalu. Data dari Kepolisian Tokyo mencatat, terjadi 2.620 kasus pelecehan seksual di transportasi umum dan paling banyak di kereta dan stasiun. Paling banyak, pelecehan seksualnya berupa meraba-raba.

Bahkan suatu penelitian di Jepang mengenai pelecehan seksual menyebutkan, hanya 10 persen wanita Jepang yang melaporkan pelecehan seksual kepada polisi. Lebih banyak, memilih diam.

Pemerintah Jepang sebenarnya tidak menutup mata perihal pelecehan seksual di kereta. Sejak 20 tahun lalu, kereta di Jepang punya gerbong kereta khusus wanita.

Belakangan ini, pemerintah Jepang pun menambah banyak imbauan dan tempat-tempat khusus bagi wanita di stasiun-stasiun dan kereta-kereta. Sebut saja tempat khusus untuk menunggu kereta bagi wanita.

Imbauan di dalam kereta berupa sticker diperbanyak. Para wanita juga diminta untuk tidak segan melaporkan kepada petugas keamanan, jika melihat ada orang-orang mencurigakan yang mau melakukan pelecehan seksual.

Tahun 2016, kepolisian Jepang meluncurkan aplikasi DigiPolice. Lewat aplikasi ini, para korban pelecehan seksual tinggal memencet aplikasinya yang terhubung dengan kepolisian dan para pengguna lain. Sehingga, penumpang yang lain bisa tahu kalau ada pelaku pelecehan seksual di dekatnya.

Sebelumnya di tahun 2011, pemerintah Jepang memberlakukan aturan khusus soal kamera ponsel. Kamera ponsel harus berbunyi!

Sebabnya, banyak pula pelaku pelecehan seksual yang memotret wanita diam-diam apalagi bagi wanita yang memakai rok. Oleh sebab itu, segala jenis ponsel tidak boleh mematikan suara kamera ponsel alias tidak bisa di-silent. Hal tersebut pun dilakukan oleh berbagai pabrikan ponsel bahkan dari luar negeri, seperti Samsung dan Apple.

Berbagai inovator di Jepang pun mengeluarkan berbagai peralatan anti pelecehan seksual. Sebut saja stempel tak kasat mata, sampai aplikasi Chikan Radar. Aplikasi tersebut bagaikan suatu peta yang menampilkan lokasi-lokasi rawan pelecehan seksual dan kapan waktu-waktu mereka beraksi.

Namun hingga kini, pelecehan seksual masih jadi musuh terbesar di Jepang. Pemerintah Jepang terus menekan angka pelecehan seksual, seperti denda besar diberlakukan.

Bagi pelaku pelecehan seksual, siap-siap dikenai denda maksimal 500 ribu Yen atau setara Rp 60 jutaan. Ditambah, hukuman penjara maksimal sampai 10 tahun

Namun hal-hal itu semua dirasa belum cukup cukup. Hingga kini, Jepang terus berjuang melawan pelecehan seksual di transportasi umum.

33 Orang Ditahan di Bandara Changi Karena Sengaja Lewatkan Penerbangan

Seorang pria di Bandara Changi ditahan karena sengaja beli tiket pesawat tapi tak mau terbang. Dia tidak sendiri, karena ada 33 orang lain dengan kasus serupa.

Seorang pria berusia 27 tahun yang tidak disebutkan identitasnya ditahan oleh pihak keamanan Bandara Internasional Changi, Singapura. Dia ditahan setelah membeli tiket pesawat hanya untuk pergi ke area transit, tapi tidak berniat terbang.

Dihimpun detikcom dari beberapa sumber, Selasa (3/9/2019), media FlyerTalk melaporkan pria ini melakukan hal tersebut karena ingin menghabiskan waktu sedikit lebih lama bersama istrinya yang akan pergi ke luar kota.

Pria ini ingin memaksimalkan waktu untuk berbincang dan menghabiskan waktu bersama istrinya. Padahal sebenarnya dia tidak mau terbang bersama sang istri. Dia membeli tiket pesawat dan mendapat boarding pass, hanya demi melewati pemeriksaan keamanan dan menemani sang istri di area ruang tunggu pesawat.

Meski terdengar romantis, tapi tindakan tersebut ternyata dilarang oleh hukum. Pria ini terancam hukuman denda sebesar SGD 20.000 (setara Rp 204 juta) atau hukuman 2 tahun penjara.

Ternyata ini bukan kejadian pertama ada orang yang punya niat seperti itu. Sepanjang tahun 2019 ini, total sudah ada 33 orang traveler yang punya kisah serupa, sengaja membeli tiket pesawat tapi tidak mau terbang.

Media The Straits Times pernah melaporkan ada seorang gadis berusia 20 tahun yang membeli tiket pesawat hanya demi masuk ke area bandara dan menunggu anggota boyband K-Pop favoritnya. Ada juga yang bukan penumpang, tapi mau masuk ke area Bandara Changi cuma untuk berbelanja.

Sementara itu, pihak Kepolisian Singapura menjelaskan bahwa area transit bandara adalah area yang dilindungi. Tidak boleh orang non penumpang yang masuk ke area tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar