Soe di Pulau Timor, NTT dijuluki Kota Dingin. Memang suhu di sini begitu dingin nan sejuk, apalagi panoramanya sangat indah!
Mungkin dalam bayangan sebagian orang, Pulau Timor itu pulau yang panas dan gersang. Maklum saja, Pulau Timor ini identik dengan udara dan iklim panas. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh iklim di Australia, yang memang letaknya lebih dekat bila dibandingkan dengan jarak pulau Timor ke Pulau Jawa.
Di balik anggapan bahwa pulau Timor adalah pulau yang gersang dan panas, ternyata ada salah satu kota yang memiliki iklim dan cuaca yang berbeda dari kebanyakan kota dipulau ini pada umumnya. Kota apakah itu? Ya, Kota soe. Kota yang sering dijuluki sebagai Kota Dingin ini seakan menjadi oase satu-satunya ditengah pulau Timor yang dikenal gersang.
Mungkin lantaran memiliki hawa yang begitu dingin dan sejuk, kota ini memiliki banyak sekali tempat-tempat wisata alm yang sangat indah dan mempesona. mau tau apa saja tempat wisata alam di kabupaten ini? Yuk, mari simak ulasan saya tentang keindahan alam di Soe.
1.Desa Fatuulan
Di Kota Soe juga ada sebuah desa yang sering dijuluki sebagai negri diatas awan. Desa ini bernama desa Fatuulan. Jika traveler ingin mengabadikan moment ditempat ini, kalian bisa mengambil gambar dari perbukitan-perbukitan hijau yang sering diliputi kabut, baik pada pagi hari maupun sore hari.
2.Perbukitan Nausus
Di kota ini, traveler akan menemukan pemandangan padang-padang rumput hijau seperti ini. Disetiap padang, terdapat hewan-hewan miliki warga yang diikat pada pagi hari, dan digiring kembali kekandang saat menjelang magrib.
3. Hamparan Bunga Lavender
Kota Soe juga punya hamparan bunga lavender (lokal) yang sangat mempesona. Kalain pasti sudah tidak asing lagi dengan pemandangan seperti ini, kan? Yup, padang bunga lavender ini sudah cukup populer bagi para pelancong yang sering menjalajahi kabupaten Timor Tengah Selatan. Bahkan, foto bunga lavender disni sering dijadikan sebagai foto sampul di Facebook karena saking indahnya. Warna dan aroma dari bunga lavender lokal ini sering kali membuat banyak para pemburu foto untuk mengambil gambar ditempat ini.
Waktu yang dibutuhkan dari Jantung Kota Soe ke desa ini hanya sekitar 20 sampai 30 menit saja.
4. Fatu Mnanu
Jika traveller ingin mengambil gambar dari bukut batu yang menjulang tinggi, maka Fatu Mnanu adalah tempatnya. Fatu mnanu adalah sebuah bukit batu yang menjulang tinggi berbentuk seperti piramida. Pemandangan dari puncak bukit batu ini sangatlah mengagumkan.
Itulah beberapa objek wisata yang bisa kalian kunjungi saat berada di Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatana
Kalondo Lopi, Tradisi Masyarakat Maritim di Bima
Masyarakat nelayan di Bima, NTB punya ritual meluncurkan kapal menuju laut. Ritual itu disebut Kalondo Baga atau Kalondo Lopi.
Meluncurkan perahu atau menurunkan kapal menuju ke laut hanya ada pada masyarakat yang memiliki sejarah budaya kemaritiman yang cukup kuat.
Kalondo Baga dan Kalondo Lopi merupakan suatu ritual tradisi yang ada pada masyarakat pesisir yang sebagian besar hidupnya bekerja sebagai nelayan.
Kalondo dalam bahasa lokal suku Bima, berarti menurunkan atau meluncurkan. Sementara baga adalah perahu berukuran kecil yang memiliki bagang pada sisi samping dan lopi adalah sebutan untuk kapal yang berukuran besar.
"Kalau Kalondo Lopi itu adanya di Bonto dan Kolo untuk Kota Bima. Tapi yang biasa mereka buat di sana itu adalah bagang. Kalondo Baga," ujar Ketua Forum Pokdarwis Bima, Ihsan Iskandar, pada detikcom, Sabtu (14/9/2019) kemarin.
Kolo adalah sebuah kelurahan yang letaknya berada di daerah pesisir utara Kota Bima. Masyarakat di sini sebagian besar sebagai petani dan nelayan. Ihsan menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan bagang.
"Kalau proses tergantung ketersediaan biaya dan bahan. Kalau secara teknis, tukang bisa membuat satu bagang dalam waktu 3 atau 4 bulan saja. Itu pun tergantung seberapa banyak pekerja yang dipekerjakan," jelasnya.
Berbeda halnya dengan masyarakat di lingkar Gunung Sangiang Api di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membuat satu buah Lopi atau kapal pinisi berukuran besar. Pembuatannya pun masih menggunakan cara tradisional.
Dalam pengerjaannya, kapal ini ditukangi oleh hampir semua masyarakat Sangiang Api. Seorang tukang ahli disebut Panggita. Masing-masing orang punya bagiannya tersendiri, entah dek, buritan, dan bagian yang lainnya.
Prosesi pembuatan kapal pinisi ini juga jadi semacam pengikat orang-orang di Sangiang untuk terus hidup dalam kebersamaan dan harmonis. Tak hanya para orang tua dan pemuda, ibu-ibu dan anak-anak pun juga ikut membantu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar