Ratusan orang semalam tumpah ruah di Lapangan Batu Bassi, Maros, Sulawesi Selatan. Mereka menikmati bulan purnama langka, yakni 'harvest moon' dengan menonton pentas seni budaya.
Pentas seni budaya itu, digelar dalam rangkaian acara bertajuk 'accora bulan ri batu bassi' atau bulan purnama di Batu Bassi yang dilaksanakan oleh lembaga adat setempat bersama komunitas Badik Celebes selama 4 hari ke depan.
"Jadi malam ini memang spesial karena bertepatan dengan bulan purnama langka yang disebut dengan hervest moon. Momen ini kita manfaatkan juga untuk menggelar kegiatan budaya selama 4 hari kedepan," kata ketua paniti, Jumaedi, Sabtu (14/09/2019) malam.
Di lokasi itu, juga digelar perkemahan budaya yang diikuti puluhan lembaga pemerhati budaya dari beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. Selain pementasan seni, di ajang ini juga digelar diskusi, seminar, ritual pencucian badik serta pameran badik pusaka khas dari berbagai daerah.
"Pembukaan acaranya itu tadi sore ditandai dengan kirab budaya ke balla lompoa Batu Bassi diikuti oleh ratusan warga dan perwakilan kerajaan di Maros dan Sulsel. Selama 4 hari ini banyak kegiatan budaya yang kami gelar," lanjutnya.
Kegiatan budaya inipun sukses menyedot perhatian warga. Selain menikmati cahaya bulan purnama dengan pentas seni, warga juga bisa menikmati aneka jajanan tradisional yang sengaja dihadirkan untuk melengkapi kegiatan ini.
"Kami dari sanggar Toddolimae, salut dengan kegiatan ini. Momennya sangat bagus karena bertepatan dengan fenomena alam bulan purnama hervest moon. Kegiatan begini diharapkan bisa jadi agenda tahunan lah karena banyak sekali manfaatnya," ujar salah seorang peserta kemah, Mulyana.
Meski berlangsung meriah, namun sayangnya, pada pembukaan acara ini, tidak dihadiri oleh pejabat pemerintahan setempat, mulai nupati dan kepala dinas kebudayaan dan pariwisata.
Liburan ke Rote, Awas Kambing Loncat
Serius bukan bercanda. Saat liburan ke Rote dan berkendara, hati-hati ada kambing loncat!
20-26 Agustus 2019, tim Tapal Batas detikcom bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjelajahi Kabupaten Rote Ndao di NTT. Kabupatennya berupa kepulauan dengan total 96 pulau. Namun, hanya 7 pulau yang berpenghuni dengan Pulau Rote sebagai yang paling besar.
Frengky, seorang masyarakat setempat menemani perjalanan kami. Menurutnya, ada satu hal yang menarik di Rote dan mungkin tidak ada di kota-kota seperti di Jakarta atau kota lainnya di Pulau Jawa.
"Di sini banyak kambing loncat," katanya sambil tertawa.
Kami yang saat itu sedang dalam di mobil juga ikut tertawa. Kami pikir, Frengky ini bercanda karena memang dirinya suka sekali berguyon. Tapi seketika, apa yang dia bilang sungguh terjadi.
"Wah awas pak, itu ada kambing," kata salah seorang dari kami.
Benar saja, beberapa ekor kambing melintasi jalanan. Jumlahnya tak hanya satu dua, tapi mungkin ada belasan. Kambing-kambing itu pun tak menghiraukan mobil kami.
"Itu sudah (maksudnya itu seperti yang saya bilang-red). Di sini masyarakatnya hidup dengan berternak, sehingga hewan-hewan ternak seperti kambing dan babi dilepasliarkan di jalanan," terang Frengky.
Menurut Frengky, hewan ternak yang berkeliaran di jalanan adalah hal yang biasa. Oleh sebab itu, para pengendara bakal lebih berhati-hati saat berkendara.
"Wisatawan juga harus hati-hati, jangan sampai menabrak toh. Benar ada yang kambingnya sampai loncat melintas di depan mobil," tegas Frengky.
Kalau sampai tertabrak, berarti harus ganti rugi. Namun Frengky berujar, kalau jarang sekali ada pengendara menabrak hewan ternak.
"Lucunya, kalau wisatawan itu malah foto-foto. Tidak ada di Jakarta seperti ini kah?" ujarnya sambil tersenyum.
Ya, kambing loncat menjadi cerita yang unik dari Rote. Pulau paling selatan di Indonesia ini tak hanya memiliki bentang alam yang indah, tapi juga budaya, masyarakat dan kehidupannya begitu menarik.
Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar