Sabtu, 28 Desember 2019

Kisah Perjalanan Tak Terlupa di Tanah India (3)

Beberapa hari aku ditemani olehnya dengan keramahan yang bagiku luar biasa, di antara kebaikannya adalah ketika di setiap perjalanan tas backpackku selalu dibawakannya karena dia pikir aku sudah cukup lelah dengan perjalanan yang begitu jauh dengan membawa tas yang cukup berat, juga ketika dia memberiku sebuah syal dan sweater, yang ketika itu suhu cukup dingin dan dia tahu aku tidak memakai kostum yang sesuai. Sungguh kepekaan dan apresiasi yang luar biasa, padahal aku tidak menunjukkan tanda-tanda sedang kedinginan ketika itu.

2 hari waktu berlalu dirasakan terlalu cepat, hingga akhirnya aku harus pergi meninggalkan kota Jaipur menuju Agra, kota dimana salah satu landmark dan icon India Taj Mahal  berada. Perjalanan dari Jaipur menuju Agra ditempuh sekitar 3-4 jam menggunakan kereta api india dengan warna birunya yang khas seperti banyak ditayangkan dalam film-film Bollywood.

Aku bukanlah orang yang menikmati tidur ketika di perjalanan, selama 3 jam aku terjaga, yang aku lakukan hanya mengamati perilaku orang-orang sekitar di dalam kereta, melihat keluar jendela dan sesekali memulai percakapan dengan penumpang lokal yang ada di dekatku.

Hingga mataku tertuju kepada sepasang paruh baya yang matanya aku perhatikan sering sekali menatap satu sama lain, si Pria menyiapkan roti, keju dan saus untuk si Wanita makan, mengelapkan tissue untuk membersihkan sedikit sisa makanan di sekitar bibir Wanita itu, sungguh jarang aku lihat romantisme dari pasangan paruh baya dengan perhatiannya yang begitu detil.

Sayang seribu sayang, kedatanganku ke Agra bukan di waktu yang tepat, Taj Mahal ditutup untuk umum pada hari Jum at sehingga aku tidak bisa masuk ke dalam komplek yang sangat luas itu, padahal aku hanya mengagendakan satu hari di Agra karena besok sabtu paginya harus segera kembali ke New Delhi untuk mengejar pesawat yang akan membawaku pulang ke Jakarta.

Akhirnya aku hanya memandangi Taj mahal dari jarak sekitar 400 meter di rooftop sebuah restaurant sambil menikmati sepiring Biryani Kashmiri dan secangkir Chai hangat, sungguh indah membayangkan romantisme dari seorang Shah Jahan terhadap istrinya Mumtaz Mahal, yang gambaran cintanya bisa jadi jauh lebih indah dari sebuah adi karya Taj Mahal yang dibuatnya.

Cerita perjalananku ke India adalah diantara moment yang sangat berkesan dalam hidupku saat ini. Berharap perjalanan selanjutnya akan menambah kesan yang dapat aku bagi. Dubai UAE merupakan destinasi impian dari kalangan biasa sampai selebriti dunia.

Dubai adalah cinta dan cerita lama yang dulu sering aku sebut bersama dengan teman-temanku ketika belajar di sebuah institute Bahasa arab di Bandung, Ma had Al-Imarat (Emirate College) yang berafiliasi dengan Yayasan dari United Arab Emirate.

Sebetulnya sulit membayangkan bagaimana Dubai sesungguhnya, tiket pesawat dan biaya pembuatan visa yang mahal hampir memupus keinginanku untuk sekedar melihat dari dekat Burj Khalifa, dan masuk untuk ruku dan sujud di dalam sebuah masjid putih yang sangat Indah, Masjid Sheikh Zayed, sebuah ilustrasi dari sebuah kemegahan, keindahan dan keagungan. Dubai is the Grandeur of The World.. mungkinkah cerita ini akan membawaku ke sana? Perjalanan itu akan menemukannya jalannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar