Kurangnya persediaan alat pelindung diri (APD) menjadi kendala di sejumlah rumah sakit dalam menangani pasien virus corona di Indonesia. Tentu hal ini membuat para tenaga medis yang sedang bertugas menjadi sangat berisiko tertular penyakit ini.
Bahkan dalam beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial, video seorang tenaga medis di RSUD Lanto Dg Pasewang, Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang sedang mengenakan jas hujan plastik sebagai pengganti APD.
"Kami hanya bisa gunakan APD seadanya pak @jokowi tolong bantu kami. Pujian tidak ada gunanya pak," tulis @non_tary dalam video viral yang diunggahnya tersebut di Twitter, Jumat (20/3/2020).
Sementara itu, RSUD Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, pun hingga membuka bantuan donasi berupa APD karena persediaannya yang mulai menipis.
"Kami menerima bantuan APD terkait penanganan dan perawatan kasus COVID 19 di RSUD Palabuhanratu. Dikarenakan keterbatasan APD atau bisa menyumbang lain-lainnya berupa suplemen, vitamin dll," tulis pemilik akun Instagram @arieprtm_ seperti dilihat detikcom, Senin (23/3/2020).
Tentu kelangkaan APD tak hanya terjadi pada di kedua rumah sakit tersebut. Apabila hal ini terus berlanjut para tenaga medis pun akan berada dalam bahaya, mengingat sudah enam dokter di Indonesia yang meninggal dunia akibat virus corona.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan jika hal ini terus berlanjut akan lebih banyak tenaga medis yang terinfeksi dan pelayanan pasien pun akan menjadi lumpuh.
"Ini jelas kejadian sangat tragis, jika tenaga kesehatan (nakes) tidak dilengkapi APD yang memadai dan standar. Tenaga kesehatan adalah garda depan dalam melayani pasien positif COVID-19," Jelas Tulus.
"Pelayanan pasien bisa lumpuh jika tenaga kesehatan bertumbangan karena terinfeksi virus, dan akibatnya membuat kinerja tenaga kesehatan yang lain tidak optimal. Klimaksnya tingkat fasilitas pasien COVID-19 di Indonesia persentasenya akan semakin tinggi," lanjutnya.
Tulus pun meminta pemerintah untuk lebih mengutamakan keselamatan tenaga medis yaitu dengan cara menyediakan APD yang memadai dan lengkap di seluruh rumah sakit di Indonesia.
"Meninggalnya nakes dalam melayani pasien COVID-19 tidak boleh terjadi atau terulang kembali. Semua pihak pemerintah harus memprioritaskan permasalahan minimnya APD bagi nakes," pungkasnya.
Penyemprotan Desinfektan di Mana-mana, Ini Efeknya Jika Terkena Kulit
Di tengah wabah virus corona COVID-19 yang semakin meluas terutama di Indonesia, berbagai tindakan dilakukan untuk mencegah orang yang terinfeksi lebih banyak. Mulai dari menyerukan himbauan untuk cuci tangan, melakukan social distancing, hingga lockdown.
Salah satu cara yang sudah mulai banyak dilakukan yaitu penyemprotan cairan desinfektan. Tindakan ini mulai dilakukan di perumahan warga hingga area perkantoran untuk mencegah penyebaran virus corona.
"Desinfektan adalah sebutan bagi larutan atau zat kimia tertentu yang dapat membunuh bakteri atau mikroorganisme yang ada pada suatu objek tertentu. Sehingga membuat penggunaan desinfektan penting untuk mencegah terjadinya infeksi," jelas dr I Gusti Nyoman Darma Putra, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin dari DNI Skin Centre, saat dihubungi detikcom, Senin (23/3/2020).
Tapi, apakah cairan desinfektan itu aman jika mengenai kulit secara langsung?
dr Darma mengatakan karena fungsinya untuk mencegah infeksi, membuat cairan desinfektan itu bisa digunakan secara meluas pada kulit atau berbagai alat kesehatan. Pada kulit normal, cairan desinfektan tidak akan menimbulkan efek samping.
"Tetapi, jika kondisi kulit terdapat luka terbuka, bisa menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit," ujarnya.
"Selain luka, orang-orang dengan kulit yang sensitif juga bisa menimbulkan reaksi alergi terhadap bahan cairan desinfektan tersebut," imbuhnya.
Jika hal itu terjadi dan muncul gejala seperti gatal, merah, dan perih, segera bersihkan dengan air yang mengalir. Setelah itu, gunakan obat anti inflamasi untuk mencegah terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar