Neal Browning merupakan salah satu dari 45 partisipan uji coba vaksin virus corona COVID-19 di Amerika Serikat (AS). Ia mengaku mengajukan diri menjadi peserta lantaran ingin membantu menyelamatkan dunia.
"Ini saya lakukan untuk seluruh dunia. Jika saya cukup sehat untuk bisa berkontribusi dalam penelitian dan kamu bisa menemukan vaksin dari virus ini lebih cepat dan daripada harus menunggu lama, kenapa tidak," ucap Browning seperti dikutip dari CNN.
Uji coba vaksin ini didanai oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, dan telah dilaksanakan pada Senin (16/3) kemarin. Rencananya penelitian ini akan berlangsung selama enam minggu.
Menurutnya ia diberitahu bahwa fase pertama percobaan ini bertujuan untuk memastikan vaksin itu aman dan merangsang sistem imun sesuai dengan yang diharapkan. Sebelum diberikan vaksin, Browning dan peserta lainnya harus melewati berbagai macam jenis tes kesehatan terlebih dahulu.
"Semua orang menjalani pemeriksaan fisik, pengambilan darah untuk memastikan bahwa semua orang yang berada dalam penelitian ini sehat. Setelah itu baru kamu diberikan vaksin," kata Browning.
Browning pun mengatakan dalam penelitian ini, para peneliti tidak menggunakan virus corona yang sebenarnya sebagai uji coba vaksin.
"Mereka menggunakan teknik baru yang pada dasarnya akan membuat sel-sel pada tubuh untuk membangun struktur protein yang menyerupai kulit luar dari virus corona yang sebenarnya," jelas Browning.
"Tubuh saya akan bereaksi terhadap itu, sistem imun saya akan bertahan dan mempelajari bagaimana cara virus corona itu menyerang," lanjutnya.
Setelah melalui berbagai macam tahapan uji coba vaksin virus corona fase pertama, Browning diminta untuk mencatat suhu tubuhnya dalam setiap hari dan apakah ada efek samping dari vaksin tersebut atau tidak. Kemudian seminggu sekali ia akan diambil darahnya untuk diteliti lebih lanjut.
"Kemudian kami akan diambil darahnya untuk dilihat dan dipastikan tubuh kami bereaksi seperti yang diharapkan atau tidak," kata Browning.
"Apakah menghasilkan antigen yang diharapkan dan memungkinkan untuk memerangi virus corona jika terkena virus itu," tuturnya.
Nantinya setelah sebulan vaksin pertama diberikan, ia diberitahu akan melakukan uji coba dosis kedua untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut dari penelitian ini.
Bakteri Vs Virus, Apa Sih Bedanya?
Virus corona yang tengah mewabah di beberapa negara adalah virus corona baru yaitu COVID-19. Bicara tentang virus, rupanya masih banyak yang tidak paham bedanya dengan bakteri. Memangnya apa bedanya?
Frilasita Aisyah Yudhaputri dari emerging virus research unit Eijkman Institute for Molecular Biology Indonesia menjelaskan bahwa virus dan bakteri adalah dua hal yang berbeda. Ada tiga hal yang paling membedakan virus dan bakteri yakni ukuran, struktur, dan biologis.
"Secara ukuran, secara struktur, maupun biologis keduanya berbeda. Bakteri itu makhluk hidup, virus itu antara hidup dan mati, biasanya para ilmuwan menyebutnya seperti itu. Biasanya bakteri ukurannya jauh lebih besar dan dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, sedangkan virus ukurannya lebih kecil sehingga membutuhkan alat yang lebih canggih untuk melihatnya yaitu menggunakan mikroskop elektron," ungkapnya dalam diskusi wartawan online pada Selasa (17/3/2020).
Frilasita atau yang kerap disapa Sisi menjelaskan bakteri bersifat uniseluler. Sementara itu, virus tidak memiliki sel.
"Bakteri itu bersifat uniseluler dan secara biologis bakteri memiliki dinding sel ribosom dan bereproduksi sendiri. Kalau virus tidak memiliki sel, juga dia antara hidup dan mati, dan juga dia membutuhkan sel inang untuk bereplikasi. Jadi tidak seperti bakteri, virus ini bersifat parasit, tidak bisa bereplikasi sendiri," lanjutnya.
Banyak pula orang awam yang mengira antibiotik bisa mengatasi virus. Sisi menekankan hal tersebut keliru.
"Dan yang paling penting kalau sakit antibiotik itu hanya dapat membunuh bakteri tapi tidak dapat membunuh virus," tutupnya.
http://nonton08.com/ultraman-taiga-episode-5/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar